Site icon KaltengPos

Ini Pesan Pj Bupati Lisda Arriyana terhadap Umat Hindu di Barsel

BENTUK PERHATIAN : Pj Bupati Barsel, Lisda Arriyana membagikan tali asih kepada umat Hindu di Barsel. DENAR/KALTENG POS

BUNTOK – Umat Hindu di Kabupaten Barito Selatan (Barsel) menggelar Dharma Santi Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Jaro tersebut dihadiri oleh Pejabat Bupati (Pj) Barsel Lisda Arriyana. Kegiatan mengangkat tema “Melalui Dharma Agama Dharma  Negara, Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia”. Hal ini menunjukkan tekad dan kepedulian umat Hindu, untuk turut memperkuat nilai-nilai kebangsaan dalam spiritualitas.

Diungkapkan Lisda Arriyana, dengan momentum hari suci Nyepi agar kiranya semuanya bisa mewujudkan nilai nilai keimanan dalam melaksanakan dharma agama , sehingga dapat diwujudkan nilai nilai dharma, terwujudnya kehidupan yang damai dan tentram, hidup rukun berdampingan sesama anak bangsa. Apabila situasi itu terwujud merupakan salah satu modal tidak ternilai dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan bagi bangsa khususnya membangun di Bumi Dahani Dahanai Tuntung Tulus, julukan Kabupaten Barsel.

“Pengharapan seperti itulah, pemerintah bersama masyarakat Hindu Barito Selatan, ikut menyambut  Dharma Santi Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 ini. Semoga peringatan ini dapat meningkatkan bhakti umat Hindu khususnya  di wilayah Barito Selatan, yakni keimanan dan ketaqwaan, sebagai wujud puji dan syukur kita ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Lisda Arriaya, Senin (1/5).

Selian itu,  Lisda turut menyampaikan, berkaitan pemilihan serentak tahun 2024, akan menjadi fase pembuktian kedewasaan demokrasi bangsa Indonesia. Tak lepas, Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo, pernah menyampaikan, bahwa sedikitnya terdapat lima)tantangan penyelenggaraan pemilihan serentak kelak. Yaitu teknis persiapan Pemilu tingkat partisipasi pemilih, transparansi, akuntabilitas tata kelola pemilu, dan masa kampanye.

“Apalagi kita tahu bersama ketika kemajuan teknologi menjadi sedemikian adiktif dan massif melingkupi kehidupan, sehingga terkadang memberikan dampak negatif bagi masyarakat penggunanya. Penggunaan teknologi tersebut, apabila tidak diiringi dengan kedewasaan dan keimanan, justru dapat menjadi alat provokasi dan pada akhirnya mereduksi kohesi sosial,”ungkap Lisda.(ena/ram)

 

Exit mobile version