Site icon KaltengPos

Tiang Jembatan Ditabrak Tongkang, Dishub dan PUPR Langsung ke Lapangan

CEK JEMBATAN: Kepala Dinas PUPR Barito Utara M Iman Topik didampingi Kabid Bina Marga Dedy dan Kabid Perhubungan Sungai dan Penyeberangan Rizalfi mengecek tiang jembatan di pelabuhan terapung Kantor Kecamatan Montallat di Kelurahan Tumpung Laung 2, Rabu (8/9) lalu. (DINAS PUPR BATARA UNTUK KALTENG POS)

MUARA TEWEH-Tiang jembatan yang menghubungkan Kelurahan Tumpung Laung 2 menju Desa Sikan Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara (Batara), ditabrak tongkang bermuatan ribuan ton batu bara di Sungai Barito. Akibatnya, sebagian tiang jembatan itu mengalami kerusakan yang cukup parah.

“Kami melakukan pengecekan atas insiden yang terjadi pada Selasa (7/9) malam sekitar pukul 20.00 WIB tersebut yang memyebabkan tiang pancang pada titik pier 3 (P3) mengalami kerusakan antara 75-80 persen,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Barito Utara Muhammad Iman Topik di Tumpang Laung, Montallat, Rabu (8/9) lalu.

Menurut dia, dalam pengecekan tersebut, pihaknya didampingi dari Dinas Perhubungan Barito Utara serta Kepala Bidang Bina Marga Dedy dan pejabat teknis PUPR lainnya.

“Kami masih melakukan insvestigasi atas sisa material yang ada, dan kawan-kawan dari Bidang Bina Marga terus melakukan pendalaman untuk melakukan perhitungan-perhitungan dan penganalisaan atas beberapa kerusakan serta efek yang terjadi,” jelas Topik.

Dijelaskannya, Dinas Perhubungan memberi dukungan serta support melalui bidang sungai untuk melihat lebih datail posisi letak tiang jembatan itu. “Secara prosedur dan aturan bahwa P3 berada pada posisi yang aman. Dalam artian posisi tidak mengganggu zona lalu lintas pelayaran di Sungai Barito atau di sekitar pekerjaan proyek,” kata mantan Kepala Dinas Kominfosandi Barito Utara ini.

Disampaikannya, atas kerusakan yang tejadi, Dinas PUPR Barito Utara sudah berkoordinasi dengan Polres Barito Utara melalui Polsek Montallat.

“Ini merupakan inseden ketiga kali, di area pekerjaan proyek jembatan penyeberangan Tumpung Laung-Sikan yang sedang dikerjakan,” ungkapnya.

Dari hasil pengecekan ini, jembatan ini terdapat tiang pancang P3 itu sebanyak 22 tiang. Akibat kejadian tersebut menyebabkan 8 tiang tenggelam, kemudian 8 tiang yang miring serta goyang. Sedangkan tiang yang masih berdiri tegak tersisa 6.

“Untuk sementara, tiang yang masih tersisa dalam kondisi baik ada sebanyak enam tiang saja. Sedangkan tiang lainnya ada yang hilang dan rusak,” ungkap Dedy.

Sedangkan, Kabid Perhubungan Sungai dan Penyeberangan Dinas Perhubungan (Dishub) setempat Rizalfi secara terpisah menjelaskan, tongkang bermuatan ribuan ton batu bara itu ditarik oleh kapal tunda (tugboat) TB Brahma 7 dan BG Anand 5, mengangkut batu bara di wilayah Kapuas melalui pelabuhan PT TOP Paring Lahung Kabupaten Barito Utara.

“Informasi dari petugas pandu di lokasi, Saniansyah pada saat kejadian cuaca cukup cerah dan jarak aman untuk berlayar. Di samping itu, pada rangkaian tiang pancang jembatan sudah dipasang penerangan (lampu sorot) dan ramburambu,” tegas Rizalfi.

Pada saat kapal dengan jarak sekitar 1.500 meter dari posisi tiang pancang, petugas pandu sudah menginformasikan kepada kapten kapal agar kapal menarik tongkang ke arah kiri hilir (ke tengah sungai) karena posisi tongkang dekat dengan bangunan terapung (lanting) milik masyarakat.

Komunikasi antara pandu dengan kapten kapal terus berlangsung melalui radio, namun posisi kapal tidak kunjung ditarik sehingga tongkang terus terdorong arus yang kuat ke arah kanan turun, sehingga tertabraknya tiang pancang jembatan tersebut. Padahal saat kapal melintas dari jarak 1.000 meter dari arah hulu telah dipandu melalui asis kapal bantu milik masyarakat setempat.

“Hasil pemantauan kami di lapangan arus sungai di lokasi saat itu memang sangat deras dan mengarah ke kanan turun tempat posisi rangkaian tiang pancang, namun alur pelayaran sangat lebar, karena jarak tiang dengan tiang lainnya sekitar 200 meter dan juga jarak pandang cukup jauh, kurang lebih 2.000 meter dari tikungan,” tegas Rizalfi.

Selain itu, lanjut dia, letak dan posisi rangkaian tiang pancang sudah berada di pinggir sungai dengan jarak sekitar 20 meter dari bibir sungai. Pada saat kejadian, debit air naik (banjir) dan posisi tersebut hampir sejajar dengan bangunan terapung milik masyarakat. Jembatan dengan panjang 697 meter lebar 8 meter ini sedang dibangun menggunakan sistem multiyears (tahun jamak) dengan nilai kontrak Rp21,8 miliar yang dimulai sejak Januari 2020 lalu. (her/ens)

Exit mobile version