Site icon KaltengPos

Gunakan Speed Boat Menjangkau Sekolah Terjauh

KUNJUNGI SEKOLAH: Kasi Intel Kejari Kobar Indra Nasution bersama stafnya melakukan kunjungan ke sekolah di Desa Tanjung Putri. FOTO: KEJARI KOBAR UNTUK KALTENG POS

Berbagai cara terus dilakukan jajaran Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) untuk memberikan edukasi kepada para pelajar. Dari satu sekolah ke sekolah lainnya, demi melaksanakan program Jaksa Masuk Sekolah (JMS). Bahkan dimasa pandemi seperti ini mereka harus meluangkan waktu dan mendatangi lokasi yang tidak jarang berbagai hambatan dilalui.

SONY, Pangkalan Bun

PROGRAM JMS di Kejari Kobar kembali berjalan normal setelah beberapa sekolah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Kegiatan ini menjadi kesempatan jaksa memberikan penyuluhan atau edukasi tentang hukum kepada generasi penerus bangsa. Terakhir dilaksanakan di sekolah satu atap di Desa Tanjung Putri, Kecamatan Arut Selasa (Arsel). Untuk menjangkau ke lokasi, jaksa menggunakan transportasi air berupa speed boat.

Kajari Kobar Dandeni Herdiana melalui Kasi Intel Indra Nasution mengatakan, apa yang dilakukan ini ingin memberikan edukasi kepada para pelajar. Supaya mereka mengerti baik kinerja Kejaksaan maupun berbagai ancaman tindakan hukum.

Kali ini mendatangi sekolah satu atap yang hanya diisi Sekolah Dasar dan SLTP dengan jumlah murid sedikit. Bahkan tenaga penagajarnya hanya enam. Empat pegawai negeri sipil dan dua honorer. Kondisi sekolah sendiri cukup memprihatinkan yang notabene cukup susah didatangi. Apalagi pada saat musim hujan kendaraan akan kesulitan masuk ke wilayah tersebut.

“Inilah fungsi kami juga dalam bentuk sosial melihat kondisi sekolah yang memang butuh perhatian. Kami langsung melaporkan ke dinas terkait, agar sekolah ini bisa diperhatikan,”katanya.

Indra menambahkan, bahwa pelajar hanya membutuhkan ilmu pendidikan yang layak. Untuk itu agar pemerintah daerah bisa memberikan atau mendatangi untuk membantu mereka. Sarana dan prasarana yang sangat minim dan tidak jarang mereka harus melepas sepatu serta sandalnya. Hal ini diakibatkan karena pada saat musim penghujan sekolah banjir. Selain itu kondisi bangunan yang bocor membuat anak-anak harus basah kuyub. Belum lagi apabila terjadi gangguan wifi mereka harus berhenti pada saat ujian.

“Banyak hal yang perlu dilakukan, anak-anak ini begitu antusias pada saat kami datang. Kami yakin nantinya mereka bisa menjadi pemimpin dimasa yang akan datang apabila sarana dan prasarana terpenuhi,”ucapnya. (son/ala)

Exit mobile version