PALANGKA RAYA-Melonjaknya harga kebutuhan pokok menjelang ramadan disinyalir memicu laju inflasi di Kalteng. Hal ini merupakan imbas dari meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang hari besar keagamaan. Meski demikian, sampai saat ini inflasi di Kalteng masih aman terkendali. Walau begitu, masyarakat harus tetap menghindari panic buying.
Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan (Ekobang) Yuas Elko mengatakan inflasi di Kalteng saat ini masih aman terkendali. Hal itu disimpulkan berdasarkan hasil rapat inflasi dengan pemerintah pusat yang memperlihatkan bahwa Kalteng tidak termasuk zona merah kenaikan inflasi.
“Berdasarkan rapat inflasi bersama Mendagri RI tadi, Kalteng tidak termasuk zona merah daerah yang mengalami inflasi pangan,” ujar Yuas kepada wartawan usai mengikuti rapat rutin pengendalian inflasi di daerah bersama Kemendagri RI secara virtual di Aula Jayang Tingang, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Senin (20/3).
Yuas menyebut untuk bahan pokok penting seperti beras, cabai, bawang, dan lain-lain di Kalteng akan tetap tersedia hingga tiga bulan ke depan. “Ketersediaan stok bahan pokok kita aman sampai tiga bulan ke depan, saat ini kan musim panen, baik beras, cabai, dan lain-lain,” tuturnya.
Meskipun saat ini Kalteng sudah memasuki masa panen raya, tetapi biaya produksi juga naik. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Kalteng Hj Sunarti menambahkan akibat kenaikan biaya produksi itu, pada tanggal 15 Maret lalu telah ditentukan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras premium dan beras medium di Kalteng oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas).
“Kalteng termasuk wilayah zona II, HET beras medium sudah Rp11.500, yang sebelumnya hanya Rp8.700, namun kita sudah menjual beras subsidi hasil petani lokal, kemudian membantu memasarkannya, untuk saat ini per kilonya Rp11 ribu, jadi subsidi kami antara Rp500-Rp1.000 rupiah per kilonya,” pungkasnya. (dan/abw)