PALANGKA RAYA- Sepekan menjelang hari raya Idulfitri 1444 H/2023 M, sejumlah masyarakat mulai berburu baju lebaran. Toko-toko baju pun tampak ramai dikunjungi warga meski bersaing dengan produk-produk di toko online.
Pantauan Kalteng Pos di Toko Yulia Fashion, berbagai jenis pakaian seperti kemeja, kaos, gamis, celana jeans, sarung, baju batik, daster, dan tas tampak menggoda pengunjung. Begitu juga kopiah, sejadah, hingga mukena yang beraneka ragam motifnya.
Dewi, salah satu karyawan yang bekerja di Toko Yulia Fashion itu menerangkan bahwa jenis pakaian yang paling laris pada saat-saat mendekati hari raya ini ialah dres muslim. Baik anak-anak maupun dewasa.
“Untuk sekarang, yang paling dicari ialah baju koko, sejadah, peci, dan mukena,” tuturnya pada saat berbincang dengan Kalteng Pos pada, Minggu (16/4).
Dewi juga menambahkan, antusias pembeli di tengah maraknya platform belanja online ini sama sekali tidak berpengaruh di Yulia Fashion ini. Sebab sebagian orang yang berbelanja di Yulia Fashion ini mereka ingin mengetahui kualitas kainnya, kelembutannya, desain atau model, warnanya, perbandingan harga, serta ukurannya.
“Biasanya kan, kalau beli di online shop ukuran baju sering tidak sesuai dengan badan. Maka dari itu pelanggan berkunjung kesini supaya mereka dapat melihat dan mencoba secara langsung apakah bahan dan ukuran ini cocok atau tidak, ” ujarnya.
Untuk perbedaan pengunjung pada hari-hari biasa dengan hari mendekati Idulfitri ini, lanjut Dewi, sangat berbeda. Apabila mendekati lebaran, pelanggan datang lebih banyak. Masyarakat akan berbondong-bondong untuk mencari pakaian yang baru, baik untuk diri sendiri, anak-anak, serta orang tuanya.
“Kalau hari biasa tidak seramai ini, sebab mereka mencari pakaian untuk keperluannya saja. Misal mereka memerlukan batik ya mereka hanya membeli batik,” katanya.
Pemandangan juga terlihat di deretan toko pakaian di Pasar Besar. Beberapa ibu-ibu bersama anaknya terlihat melihat-lihat dan sesekali mencoba pakaian yang diinginkannya.
“Saya udah dari tadi keliling sama mamah cuman belum ada yang pas, kami cari baju yang sama jadi bisa kembar gitu,” ucap Siska.
Terlihat pula Nadiro, pedagang yang sedang melayani Susi. Nadiro menawarkan beberapa pakaian yang sedang ramai dicari kaum remaja. Menurut ibu pedagang baju muslim di pasar besar ini, baju jenis arina itu berbahan halus, kain yang jatuh dan terlihat mewah sangat cocok untuk Susi dan Siska.
“Baju jenis arina ini bahannya halus, kainnya juga jatuh kalo dipakai kesannya mewah, ini juga ada jenis brukat, baju model ini juga banyak dicari sama anak-anak muda,” ucap Nadiro kepada Susi sambil mengangkat bajunya yang dijelaskannya.
Akhirnya ibu satu anak itu memilih baju model brukat dengan tangan seperti balon berwarna krim. Baju model remaja ini lebih banyak diminati, seperti Susi yang memilih baju dengan model remaja, agar terlihat kembar dengan sang anak. Namun baju anak usia 7 tahun hingga 12 tahun juga banyak diburu.
Meskipun banyak penjual atau toko online, namun minat masyarakat masih tinggi terhadap pasar tradisional. Banyak dari pembeli merasa lebih nyaman dan aman saat memilih serta membeli secara langsung baju yang diinginkan.
Lima hari mendekati lebaran jika dibandingkan pada saat pandemi, tentu omzet dagangannya menurun. Ibu dua orang anak itu mengatakan, jika sebelum pandemi pendapatnya mulai Rp4 juta hinggal Rp6 juta rupiah dalam sehari, namun saat pandemi omzet yang diterima hanya setengahnya sekitar Rp2 juta per hari.
“Kalau pas pandemi pasti semuanya turun, saya aja yang biasanya mendekati lebaran bisa sampai Rp6 juta sehari namun saat pandemi turun sampai setengahnya,” tuturnya sambil melihat dagangannya.(*mut/*ham/ram)