JAKARTA – Task Force Energy, Sustainability & Climate (ESC) Business Group 20 (B20) menegaskan komitmennya dalam mendukung tiga isu utama transisi energi yang disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif pada forum Energy Transition Working Group (ETWG) dalam Government Group 20 (G20). Tiga isu transisi energi tersebut adalah masalah akses, teknologi, dan pendanaan.
Deputy Chair Task Force ESC B20, Agung Wicaksono menyampaikan bahwa tiga isu utama transisi energi sangat penting bagi komunitas bisnis yang tergabung dalam Task Force ESC B20. Gugus tugas energi, berkelanjutan dan iklim ini bekerja dan berkolaborasi dengan komunitas bisnis untuk mendukung agenda transisi energi, dan rencana aksi yang diusul untuk mencapai tujuan dan target transisi energi.
“Kami juga memahami bahwa peran bisnis dalam agenda transisi energi selaras dengan isu prioritas Energy Transition Working Group,” ujar Agung dalam acara ETWG G20 yang berlangsung di Yogyakarta pada Jumat, 25 Maret 2022.
Menurut Agung, tiga isu utama transisi energi yang disampaikan oleh ETWG G20 juga selaras dengan isu dan kepentingan pada Task Force ESC B20. Pertama, terkait akses. Mengamankan aksesibilitas energi di mana komunitas bisnis akan mengejar kemajuan aksesibilitas untuk mewujudkan energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern, termasuk akses dan transisi energi juga termasuk elektrifikasi di daerah pedesaan dan memasak bersih.
Isu kedua, peningkatan teknologi energi cerdas dan bersih. Dengan isu ini, komunitas bisnis akan mengejar peningkatan teknologi dengan pesat terutama untuk mengantisipasi tantangan transisi energi di masa depan, termasuk integrasi energi terbarukan, efisiensi energi, bahan bakar alternatif rendah emisi, dan sebagainya.
Pada isu ketiga, mengenai pembiayaan energi berkelanjutan. Komunitas bisnis juga akan mendorong ekosistem pembiayaan hijau melalui kolaborasi dengan semua komunitas pembiayaan dengan mempertimbangkan praktik dan metode bisnis terbaik.
“Dari ketiga pilar tersebut, saat ini kami di TF ESC B20 sedang menjabarkan vektor tindakan, yang diterjemahkan ke dalam rekomendasi dan policy action,” ungkap Agung.
Sebagaimana diketahui Task Force ESC B20 memiliki tiga vektor utama, yaitu mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau serta peningkatan kerja sama global untuk menjamin ketahanan energi. Melalui tiga vektor tersebut, Task Force ESC B20 tengah mengembangkan 14 policy action.
“Komunitas bisnis berperan mewujudkan transisi energi terutama melalui business action, dengan menghasilkan solusi berupa tindakan nyata. Selain kerja sama yang telah dilakukan Pertamina dengan mitra bisnis nasional maupun internasional untuk dekarbonisasi, perlu lebih banyak lagi aksi bisnis dihasilkan oleh pelaku bisnis melalui B20 sebagai partner dialog dari G20 ini,” ujar Agung.
Agung melanjutkan, aksi bisnis transisi energi telah diwujudkan Pertamina sebagai bagian dari Task Force ESC B20. Pertamina telah menjalin kerja sama dengan mitra untuk mendorong kemitraan global dalam penyaluran keuangan, teknologi, dan peningkatan kapasitas. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan kesepakatan pada Stakeholder Consultation ke-2, pada 18 Januari 2022 lalu, yaitu pengembangan ekosistem EV antara Pertamina Power Indonesia, Pertamina Patra Niaga, dan Grab Indonesia, pengembangan produksi LNG bersih antara PT Pertamina (Persero) dan INPEX Corporation, studi penerapan teknologi CCSU antara PT Pertamina (Persero) dan Chiyoda serta identifikasi dan evaluasi pengembangan Green Industry antara PT Pertamina (Persero) dan Jababeka.
Selain kemitraan global, katanya, Task Force ESC B20 juga mendukung Side Events untuk menunjukkan dan mengomunikasikan inisiatif dekarbonisasi yang dapat menjadi warisan dan proyek percontohan ke negara berkembang lainnya.
“Salah satu proyek untuk menunjukkan desentralisasi ketahanan energi adalah Desa Energi Berdikari yang bertujuan meningkatkan akses masyarakat terhadap energi yang ramah lingkungan, terjangkau, berkelanjutan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat, sekaligus berpotensi menurunkan emisi CO2 sebesar 261.595 MT/tahun,” pungkas Agung.(*/ko)