PALANGKA RAYA-Pemerintah pusat menggelar kembali rapat koordinasi (rakor) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng dalam rangka membahas terkait capaian dan pengembangan program Food Estate di Kalteng. Salah satunya soal wacana penempatan sekitar 150 kepala keluarga (KK) di lokasi Food Estate.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kalteng Nurul Edy menyampaikan perkembangan terkini pengembangan program Food Estate di Kalteng, terutama di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) dan Kapuas. Khusus di Pulpis, lahan yang sudah ditanami saat ini hampir seratus persen, dan sudah 70 persen yang dipanen.
“Untuk di Kapuas, dalam hal ini wilayah Dadahup, lebih banyak masih dikerjakan oleh Kementerian PUPR untuk persiapan infrastruktur,” katanya.
Dijelaskan Nurul, berdasarkan perjalanan pelaksanaan program, keadaan di lapangan saat ini terkendala oleh cuaca. Kondisi air yang cukup tinggi terjadi selama dua bulan terakhir. Karena itu perlu memperkuat sarana pengairan di lokasi, khususnya di A2.
“Selama dua bulan terakhir curah hujan di Kalteng, termasuk Pulang Pisau dan Kapuas, cukup tinggi,” ujarnya.
Berkenaan dengan sumber daya manusia (SDM), pihaknya sudah melakukan inventarisasi. Tercatat akan ada penempatan kurang lebih 150 KK pada tahun ini. 120 KK merupakan masyarakat lokal, sedangkan 30 KK dari luar daerah.
“Memang keterbatasan SDM berpengaruh terhadap proses pengolahan lahan,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam rapat yang dipimpin oleh Tulus Hutagalung itu dipaparkan beberapa capaian program Food Estate yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) dan Kapuas.
Asisten Deputi Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Tulus Hutagalung mengatakan, olah tanam pada lahan seluas 3.000 hektare sudah mencapai 29.041 hektare atau 96,8 persen. Beberapa sudah panen. Saat ini juga sedang disiapkan kegiatan tahun anggaran (TA) 2021, yaitu intensifikasi pada lahan seluas 22,5 ribu hektare dan 40 hektare lebih.
“Untuk capaian oleh Kementerian PUPR, ada rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi di Blok A seluas 43 ribu lebih hektare atau 35 persen dan untuk Blok B C D sudah selesai lelang,” ucapnya dalam rakor yang dilaksanakan melalui virtual zoom, Rabu (16/6).
Dikatakannya, saat ini sudah dilaksanakan demfarm di Blok A dan juga sudah persiapan perencanaan kegiatan ekstensifikasi untuk penempatan 150 KK di lokasi Food Estate. Disebutkannya bahwa selama pelaksanaan program Food Estate ini, ada sejumlah hambatan yang ditemui.
“Pertama, terkait kejelasan status lahan yang sudah ditinggalkan kurang lebih selama 15 tahun,” tuturnya.
Kedua, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan petani yang sangat terbatas. Hal ini berdasarkan survei CPCP yang tidak sesuai. Ketiga, olah tanam terhambat karena tingginya muka air di lahan sawah belum dapat dikendalikan dengan optimal, kualitas tanah yang belum matang, serta keterbatasan alsintan. (abw/ce/ala)