INDONESIA masih menghadapi tantangan dalam kesehatan ibu dan anak, salah satunya adalah angka mortalitas. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kematian ibu mengalami peningkatan pada tahun 2020 sebesar 4.627 kematian dengan sebagian besar disebabkan akibat pendarahan.
Sedangkan, dari 28.158 kematian balita sebanyak 72,0 persen kasus (20.266 kematian) terjadi pada usia 0-28 hari (neonatus). Sementara 19,1 persen terjadi pada usia 29 hari sampai 11 bulan dan 9,9 persen terjadi pada usia 12-59 bulan dengan penyebab utama Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, menyebut bahwasanya faktor utama untuk mencegah kematian dan memastikan kesehatan ibu dan anak adalah perencanaan kehamilan.
“Pada dasarnya terdapat 4 faktor yang mempunyai pengaruh besar bagi kesehatan ibu dan anak, yaitu dikenal dengan 4 terlalu, yaitu Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Sering, dan Terlalu Banyak,” ungkap dia beberapa waktu lalu.
Menurut Muhadjir, bahkan untuk kelompok rentan dan wanita usia subur sangat berisiko tinggi terjadi anemia dan kurang energi kronik. Begitu juga kelompok usia produktif yang ke depannya akan menghasilkan generasi berikutnya perlu mendapat edukasi untuk mempersiapkan diri termasuk merencanakan kehamilan.
Kesiapan wanita pada usia subur, baik dari kesehatan fisik, mental dan gizi menjadi kunci utama keberhasilan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Jika kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik, anak yang dilahirkan akan memiliki IQ rendah.
“Saya kira tantangan yang kita hadapi memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin bagi kita untuk melewatinya. Kolaborasi dan koordinasi sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang harus dilakukan bersama-sama,” tegas Menko PMK. (jpg)