Site icon KaltengPos

Mendengar Jeritan Pelaku Usaha di Kawasan Objek Wisata Air Hitam

DITUTUP SEMENTARA: Objek Wisata Air Hitam Kereng Bangkirai ditutup untuk pengunjung selama libur lebaran. (DENAR/KALTENG POS)

Target Mendapatkan Omzet Besar saat Libur Lebaran Meleset

Momentum libur akhir pekan dan libur panjang sejatinya menjadi berkah bagi pelaku usaha di objek-objek wisata. Namun adanya kebijakan yang ditetapkan pemerintah membuat mereka gigit jari. Melalui Surat Edaran (SE) Wali Kota Palangka Raya Nomor 556.3/390/DPPKO–Par/V/2021, pemerintah daerah memutuskan untuk menutup objek-objek wisata sejak 13 Mei lalu hingga kemarin.

AGUS JAYA-PATHUR RAHMAN, Palangka Raya

SELAMA empat hari, objek-objek wisata di Kota Palangka Raya ditutup sementara. Salah satunya yakni Objek Wisata Air Hitam di Kelurahan Kereng Bangkirai yang menjadi lokasi favorit masyarakat untuk menghabiskan waktu liburannya.

Pada libur panjang lebaran tahun ini, pemerintah memutuskan untuk menutup sementara tempat wisata tersebut. Hal itu dilakukan untuk menekan lonjakan angka persebaran Covid-19 sebagaimana yang terjadi pada libur panjang sebelumnya.

Kebijakan penutupan ini membuat para pelaku usaha yang bertahun-tahun menggantungkan hidup dari kunjungan wisatawan tidak bisa berbuat banyak. Hanya bisa pasrah menerima. Seperti yang diungkapkan Mama Agi, pedagang yang membuka usaha di kawasan Dermaga Kereng Bangkirai. Ia mengaku bahwa harapan mendapatkan pendapatan lebih pada lebaran tahun tak tergapai.

“Mau gimana lagi, dari kemarin tidak ada orang datang ke dalam sini, kalaupun ada, langsung disuruh pulang sama satgas,” ungkap Mama Agi kepada Kalteng Pos, kemarin (16/5).

Menurut perempuan yang sehari-hari berjualan gorengan, akibat penutupan tersebut, harapannya untuk bisa mendapatkan penghasilan yang besar saat liburan Idulfitri seperti tahun-tahun sebelumnya pupus.

“Dulu lumayanlah dapatnya (omzet) kalau pas lebaran, karena banyak orang yang datang, kalau sekarang paling pendapatan cuman cukup untuk beli sayur untuk sehari saja,” ungkapnya.

Dikatakan Mama Agi, sejak pemko menyatakan menutup sementara tempat wisata, ada petugas dari dinas perhubungan (dishub) dan satgas Covid-19 yang berjaga di depan pintu masuk objek wisata itu. Petugas akan menyuruh warga yang ingin berwisata untuk pulang.

“Makanya hari ini (kemarin) sepi sekali di sini,” kata Mama Agi dengan nada sedih.

Sementara itu, Amat yang merupakan pengusaha kapal getek di objek wisata tersebut mengatakan, sejak diberlakukan kebijakan pemerintah untuk menutup sementara objek wisata, kegiatan usaha para pemilik kapal hias, perahu getek, dan bebek air di tempat tersebut tidak beroperasi. Alhasil tak ada pemasukan selama libur lebaran tahun ini.

“Karena dibilang tutup, jadi semua pemilik kapal setop, nggak ada yang sewa,” tutur Amat yang mengaku sudah tiga tahun mengelola usaha penyewaan perahu getek.

Amat tak mau secara terbuka memberi penilaian terkait keputusan pemerintah daerah menutup objek-objek wisata. Ia hanya berharap agar Objek Wisata Kereng Bangkirai segera dibuka kembali.

“Katanya besok (Senin) boleh dibuka lagi, mudah-mudahan dibuka benaran, karena dari mana lagi kami berharap (dapat penghasilan) kalau bukan dari sini,” ucap Amat.

Sementara itu, anggota kelompok getek air binaan Pokdarwis, Asran mengaku ia dan teman-temannya sangat berharap akan pendapatan selama libur lebaran. Selain untuk biaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, juga untuk memperbaiki perahu getek dan bebek air yang mulai rusak.

Dari keterangan Asran, diketahui biaya untuk memperbaiki perahu getek air bervariasi, tergantung tingkat kerusakannya. “Biasa antara Rp2 juta sampai sekitar Rp5 juta,” sebutnya.

Dengan tidak dibukanya Taman Wisata Air Hitam Kereng Bangkirai saat libur lebaran kali ini, otomatis memupus harapannya untuk memperbaiki perahu getek miliknya.

Sementara itu, Jumadi selaku kepala kelompok getek air binaan Pokdarwis Taman Wisata Sebangau mengatakan bisa memahami tujuan pemerintah menutup Taman Wisata Kereng Bangkirai saat libur Idulfitri tahun ini.

“Karena ini aturan dari pemerintah, kami ikuti saja apa yang sudah ditetapkan itu,” kata pria yang mengaku sudah tiga tahun bergabung dalam kelompok getek air ini.

Menurut penuturan Jumadi, biasanya pendapatan anggota kelompok usaha getek air saat liburan hari raya berkisar Rp700 ribu hingga Rp900 ribu. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pendapatan justru bisa mencapai jutaan per harinya. Jumadi sendiri memiliki dua perahu getek air yang digunakan untuk mengangkut pengunjung. “Tapi itu tergantung rezeki masing-masing, tiap orang tidak sama,” pungkasnya. (ce/ala)

Exit mobile version