Pagi buta, ia sudah ke luar rumah. Bak “merpati”, satset satset membagikan koran ke perkantoran dan rumah-rumah pelanggan. Ia menjaga, pelanggan setianya tidak kecewa lantaran surat kabar telat datang.
IRPAN JURAYZ, Palangka Raya
SELEMBAR koran yang berada di rumah ataupun ruangan kantor pembaca tidak bisa sampai tanpa ada jasa seorang loper. Loper bagi pebisnis media cetak “darah”. Luar biasa jasanya.
Miswandi salah satunya. Menjadi pengantar surat kabar Kalteng Pos. Sudah 25 tahun menjalani profesi itu. Pria yang akrab disapa Mimis saban hari bangun pukul 04.00 Wib. Lalu mengambil koran di Gedung Kalteng Pos Grup yang ada di Jalan Tjilik Riwut Km 2,5 Palangka Raya.
Ada 200 eksemplar koran yang diantar ke pelanggan yang ada di Palangka Raya. Dulu, sebelum Covid-19, jumlah koran yang diantar bias 300 sampai 400 eksemplar koran. Penulis pun berkesempatan dibonceng Mimis dengan sepeda motornya mengantar koran.
Rute antaran mulai dari sekolah-sekolah, kantor DPRD Kalteng, Pemko Palangka Raya, dan pelanggan yang ada di daerah Kelurahan Menteng.
Sebelum bekerja menjadi loper, pria berusia 48 tahun itu pernah menjadi mahasiswa. Jurusan Pertanian. Bahkan sudah menyandang gelar sarjana pertanian di belakang namanya. Meski begitu, Mimis tak piawai di bidang tanam menanam. “Mungkin dulu saya salah jurusan,” celetuknya.
Lalu kemudian, Mimis diajak teman-temannya menjadi loper seraya mencari kerja mapan.
“Dulu sempat ikut tes PNS coba-coba, tapi gagal. Teman saya yang dulunya jadi loper, ada yang lolos jadi PNS,”sebutnya.
Bapak satu anak ini begitu menikmati menjadi loper koran. Apalagi koran Kalteng Pos, koran terbesar di Kalteng. Banyak suka duka menjadi loper. Sukanya, bisa baca koran gratis, dapat kabar berita lebih cepat, dan tentunya bisa mencukupi perekonomian keluarga. “Jam kerjanya juga singkat,”ucapnya.
Kalau bicara soal duka, ya, mungkin sepeda motor tiba-tiba mogok atau rusak. Dan yang paling ditakuti oleh loper adalah hujan di pagi hari. Mau nggak mau harus tetap berangkat. Tak harus menunggu hujan reda.
“Hujan pun tetap mengantarkan koran. Prinsip saya, kalau orangnya basah tidak masalah, yang penting korannya jangan basah,” ungkap Mimis.
Koran datang tepat waktu adalah harga mati. Kalau telat alias kesiangan, pelanggan bisa ngomel.
“Kalau kesiangan, pasti ada alasan yang kuat. Harap maklum. Tetapi tetap saya dan rekan-rekan beri penjelasan, kenapa telat. Mungkin ada kendala di jalan atau hal lainnya,” tegas Mimis.(ram)