Melihat Tempat Budi Daya Maggot Milik Supryadi
Berbekal pengalaman meng-ikuti pelatihan di Jakarta, Supry-adi mulai mengembangkan budi daya maggot black soldier fly (BSF). Maggot jenis ini meru-pakan larva dari lalat BSF atau lalat tentara hitam. Karena kaya akan kandungan vitamin, maka sangat cocok dijadikan pakan ternak maupun ikan.
IRPAN JURAYZ, Palangka Raya
SUPRYADI, pria 48 tahun ini bekerja pada tempat pengelola-an sampah terpadu (TPST) yang bersampingan dengan depo yang terletak di belakang Kantor Kelu-rahan Langkai. Karena sehari-hari bergelut dengan sampah, Supryadi pun berinisiatif untuk membudi-dayakan larva BSF.
Walaupun baru berjalan dua setengah bulan, Supr-yadi optimistis usahanya itu tidak sia-sia.
Karena budi daya larva BSF membutuhkan makan-an organik, maka tiap hari Supryadi memilah sampah di depo pembuangan sam-pah untuk mendapatkan sampah organik yang akan dijadikannya sebagai ma-kanan untuk maggot.
Sebelum dapat larva mag-got, pria asli Semarang ini memancing indukan lalat BSF. Menggunakan media kandang yang dindingnya terbuat dari jaring. Di da-lamnya sudah terdapat air fermentasi dari buah-buah-an yang didapatkan dari depo sampah. Air fermen-tasi itu yang akan menjadi media pancing lalat BSF untuk bertelur. Ada ribuan lalat BSF yang beterbangan di dalamnya. Tiap hari se-lalu ada telur yang dipanen untuk ditetaskan.
“Jadi telurnya kami bawa ke tempat yang aman, se-telah menetas saya taruh di biofon (tempat larva menghabiskan sampah organik) yang berisikan sampah organik sebagai makanan mereka,” ucap Supryadi sembari meng-aduk tumpukan sampah yang terdapat ribuan mag-got di dalamnya.
Ada 13 biofon yang semuanya berisikan larva BSF dan tumpukan sam-pah organik. Sembari me-manen telur BSF, bapak tiga anak ini menjelaskan bahwa walaupun budi daya mag-got terbi-lang cukup berhasil, tapi diperlukan biofon le-bih banyak lagi, agar siklus penetasan dan panen bisa teratur, sehingga tiap hari ada yang dipenan.
BSF yang sudah siap dipanen adalah yang telah berusia tiga minggu. Maggot yang dipanen itu sebagiannya akan dima-sukkan ke dalam kandang untuk dijadikan indukan lalat BSF. Dari setiap biofon bisa menghasilkan lima kilogram larva BSF. Dan larva BSF ini akan dijadikan beberapa pro-duk. Di antaranya produk pakan ikan, pakan ternak, dan pakan burung.
Sembari menampilkan produk yang sudah dibu-atnya, Supryadi merasa perlu untuk mempromo-sikan kembali maggot BSF ini. Dengan harapan makin banyak orang yang tahu bahwa ada pakan ternak yang lebih murah dan terjangkau harganya serta tidak kalah dalam hal kandungan nutrisi untuk tumbuh kembang ternak.
Maggot yang dipanen kemudian digiling dan dicampur dengan jagung atau kedelai hingga terben-tuk pakan berbahan orga-nik tanpa campuran bahan kimia. Supryadi mengaku sangat bersemangat me-ngembangkan budi daya maggot ini, walau sejauh ini belum begitu dikenal masyarakat.
“Pakan ikan atau ternak mahal mungkin eceran bisa Rp14 ribu per kilonya, tapi kalau maggot ini murah meriah, kelebihan lainnya yakni tanpa tercampur bahan kimia,” ucapnya.
Selain pakan, Supriyadi juga memproduksi pupuk organik berbahan larva maggot yang sudah mene-tas menjadi lalat, karena bekas larva bisa dijadikan pupuk organik, bahkan kualitasnya tidak kalah dari pupuk kimia. Dari usaha budi daya maggot ini, Sup-ryadi bisa mendapatkan omzet jutaan rupiah.
Usahanya itu juga men-dapat apresiasi dari dinas lingkungan hidup, ka-rena me-manfaatkan sampah organik untuk dija-dikan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat. Tiap hari Supryadi menghabiskan tiga kuintal sampah orga-nik untuk usaha budi daya ini. Ia berencana usaha budi daya maggot yang ia kembangkan ini melibat-kan lebih banyak orang agar menjadi lahan rezeki bagi sesama. “Semoga ini bisa saya kembangkan dan bisa membawa berkah bagi orang-orang yang mau be-kerja dengan saya,” pung-kasnya. (*/ce/ala/ko)