Mencicipi Kuliner Lokal Berbahan Porang
Tanaman porang makin banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Tanaman jenis umbi-umbian ini ternyata bisa diolah jadi aneka pangan. Salah satunya pentol. Rasanya yang unik dan lezat mengoda pejabat daerah setempat untuk ikut mencicipi.
RUSLI, Sampit
PORANG merupakan jenis umbi-umbian yang dikenal memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Petani di Kotim menjadikannya sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Karena memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan dan tinggi akan serat, para pelaku usaha mulai memikirkan pengolahan makanan berbahan tepung porang menjadi kuliner khas Kotim.
Sabtu (10/9), Wakil Bupati (Wabup) Kotim Irawati merasakan gurihnya makanan olahan jenis pentol berbahan dasar tepung porang. Apresiasi disampaikannya kepada pelaku usaha yang membuat rest area di Desa Jemaras, Kecamatan Cempaga, dengan menyajikan pentol, makanan olahan yang digemari masyarakat.
“Umbi porang yang dijadikan bahan pembuatan pentol ini punya kekhasan tersendiri. Selain rasanya enak, juga rendah gula dan kalori, bagus untuk kesehatan,” ucap Irawati.
Dikatakannya, pentol berbahan tepung porang sudah menjadi salah satu makanan khas Kotim. Ide kreatif para pelaku usaha di desa tersebut membuat hasil pertanian berupa umbi porang dapat diserap dengan baik di pasaran. Juga dapat mendukung ketahanan pangan melalui pengolahan porang menjadi pentol untuk dikonsumsi.
“Rasanya enak, semoga pentol porang ini makin diminati masyarakat. Kalau berminat untuk merasakan, silakan singgah ke rest area kilometer 40, Desa Jemaras,” kata wabup.
Irawati berharap keberadaan rest area di desa tersebut bisa berkontribusi untuk peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat setempat. Dengan adanya tempat singgah yang menyajikan pentol berbahan dasar porang, otomatis terjadi perputaran uang.
“Kepada pelaku UMKM pemilik rest area ini, apabila ingin mencari tenaga kerja, utamakan duahlu para pemuda atau warga di desa ini,” harap mantan wakil rakyat DPRD Kalteng ini.
Sementara itu, Sumadi (52) pelaku usaha menyebutkan, proses pembuatan pentol porang terlebih dahulu dicip (dibikin kerdil), lalu dibikin tepung, kemudian menghasilkan jeli yang menghasilkan tepung. Proses terakhirnya adalah pembuatan pentol. “Pentol porang ini satu-satunya yang ada di Kalimantan Tengah. Kelebihan pentol porang ini yakni dapat menurunkan berat badan, mengurangi kolestrol, sehingga cocok dijadikan makanan diet,” tukasnya.
Sumadi juga membeberkan kelebihan pentol porang dibandingkan pentol yang terbuat dari tepung biasa. Dikatakannya, pentol porang akan tetap lembut meski dalam kondisi dingin.
“Untuk bahan baku porang, kami tanam sendiri, stoknya masih aman untuk memenuhi kebutuhan dalam pembuatan pentol,” sebutnya.
Sumadi mengaku, biasanya umbi porang dijual seharga Rp10 ribu hingga Rp14 ribu per kilogram. Namun sekarang ini harga jualnya Rp2.500. Penurunan harga yang signifikan ini membuat pihaknya prihatin. Oleh sebab itu, sebagai petani pihaknya mencoba mencari cara agar bisa keluar dari krisis ini. Muncullah ide untuk mengolah umbi porang menjadi tepung untuk dijadikan bahan pembuatan pentol.
“Sampai sekarang pentol masih menjadi salah satu camilan favorit masyarakat, dengan adanya pengolahan umbi porang menjadi tepung untuk pembuatan pentol, produksi pertanian para petani khususnya porang bisa terserap dengan maksimal,” pungkasnya. (*/ce/ala)