Melihat Upaya Pemerintah Menjaga Cagar Budaya di Kota Cantik
Sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya atas cagar budaya yang sudah ditetapkan, melalui dinas pariwisata, kebudayaan, pemuda dan olahraga diserahkan bantuan peralatan dan kegiatan pemeliharaan cagar budaya Sandung Ngabe Soekah di Jalan Darmosugondo Palangka Raya.
HUSRIN A LATIF, Palangka Raya
NGABE Soekah termasuk salah satu tokoh pendiri Kota Palangka Raya. Tanpa peran dan keterlibatan tokoh ini, barangkali tidak akan ada yang namanya kampung (lewu) Pahandut. Sebab, Pahandut inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Palangka Raya, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) saat ini.
Anak cucu keturunan Ngabe Soekah sekarang ini tersebar ke mana-mana. Di antaranya Prof Dr Ir Bambang Lautt (seorang guru besar yang sekarang ini menjabat kepala Prodi Pascasarjana di Universitas Palangka Raya), Ir Sipet Hermanto (mantan kepala dinas kehutanan provinsi yang sekarang menjabat ketua GKE), dan Dr HM Wahyudie F Dirun SP MM (direktur PT Kalteng Pos yang sekarang menjabat ketua Tanfidziyah PWNU Kalteng).
Masih banyak anak cucu dan cicit Ngabe Soekah yang berkarier dan berkarya di berbagai bidang pembangunan di Kalimantan Tengah. Seperti Dr HM Katma F Dirun yang masih menjabat sebagai asisten di Pemprov Kalteng dan Absiah SE yang menjabat kepala badan keuangan dan aset kota. Selain itu, beberapa lagi berprofesi sebagai advokat dan notaris.
Untuk menghargai jasa-jasa Ngabe Soekah, wali kota menetapkan Sandung Ngabe Soekah sebagai salah satu cagar budaya yang dimiliki Palangka Raya. Artinya, pemeliharaan dan perawatan terhadap sandung tokoh terkenal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemko Palangka Raya.
Penyerahan bantuan peralatan kebersihan yang dilaksanakan kemarin berupa cat, cairan pembersihan, dan alat-alat kebersihan lainnya, berikut uang operasional. Dalam kesempatan itu, Murni Pelita selaku kepala bidang (kabid) kebudayaan di dinas pariwisata, kebudayaan, pemuda dan olahraga yang hadir mewakili plt kepala dinas menyampaikan bahwa penyerahan bantuan peralatan kebersihan serta uang operasional merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Pemko Palangka Raya untuk merawat dan memelihara cagar budaya yang ada di wilayah ini.
Murni menyampaikan bahwa sebenarnya ada dua puluh (20) tempat bersejarah yang direkomendasikan Pemko Palangka Raya untuk dijadikan cagar budaya. Namun hanya delapan (8) yang ditetapkan sebagai cagar budaya oleh tim ahli dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim. Salah satunya adalah Sandung Ngabe Soekah.
Karena itu pihak pemko mengharapkan agar masyarakat yang tinggal di sekitar sandung tersebut terlibat dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perawatan. “Seiring berkembangnya kota, maka pemeliharaan tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah dan ahli waris Ngabe Soekah saja. Semua pihak sebaiknya terlibat untuk memeliharanya,” harap Murni.
Untuk diketahui, kedelapan cagar budaya yang telah ditetapkan Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim yakni Sandung Ngabe Soekah, Rumah Pahlawan Nasional Tjilik Riwut, Pesanggrahan Tjilik Riwut, Tugu dan Tiang Pancang Pembangunan Kota Palangka Raya, Gedung Serbaguna Tjilik Riwut, Tower PDAM, Rumah Tradisional (Huma Hai) Sei Gohong, dan Rumah Tradisional (Huma Hai) Mahing.
Prof Bambang Lautt mewakili ahli waris Ngabe Soekah menyampaikan terima kasih atas perhatian dan bantuan Pemko Palangka Raya terhadap sandung datu mereka. Karena sandung tersebut sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, maka pihaknya selaku keturunan Ngabe Soekah akan berusaha maksimal untuk merawat dan memeliharanya.
“Keberadaan sandung ini jangan dianggap sebagai kebanggaan para ahli waris Ngabe Soekah saja, justru harus menjadi kebanggaan warga Palangka Raya,” ucapnya.
Oleh karena itu, guru besar di Universitas Palangka Raya (UPR) ini mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pemeliharaan sandung. “Memelihara sandung tokoh pendiri sebuah kota merupakan bentuk terima kasih warga atas perjuangan mereka,” pungkasnya. (*/ce/ko)