Site icon KaltengPos

Langganan Tampil di MTQ Nasional, Dipercaya Jadi Imam Salat Tarawih

MEMBANGGAKAN: Muhammad Firja Fawwaz, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an menunjukan trofi juara MTQH XXXI Tingkat Provinsi Kalteng di Pangkalan Bun tahun 2023.  FOTO: IRPAN JURAYZ/KALTENG POS

Muhammad Firja Fawwaz merupakan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Wafa Kota Palangka Raya. Selain sebagai santri, ia juga merupakan seorang tahfiz Al-Qur’an. Berkat kemampuan itu, ia aktif mengikuti event keagamaan tingkat provinsi hingga nasional.

 IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

 NAMA Muhammad Firja Fawwaz sangat familiar, karena kerap menjuarai Musabaqah Tilawail Qur’an (MTQ) tingkat Provinsi Kalteng. Pada Ramadan tahun ini, Firja– sapaan akrab Muhammad Firja Fawwaz, dipercaya menjadi Imam salat Tarawih dan Witir di Musala At-Taqwa, Jalan Minun Dehen, RT 23 RW 08, Kota Palangka Raya.

Di mata pimpinan Ponpes Al-Wafa, Ustaz Rahmat Rosyadi, Firja merupakan sosok santri yang cekatan dalam menghafal Al-Qur’an. Firja mampu menyelesaikan hafalan dalam waktu tiga tahun.

“Dia ini santri yang terbilang cepat dalam menghafal Al-Qur’an. Dia kan sudah empat tahun masuk ponpes, tetapi untuk menyelesaikan hafalan, dia cuman butuh waktu tiga tahun. Kini Firja tinggal melakukan murajaah agar tidak lupa hapalannya,” ungkap Ustaz Rahmat saat bincang-bincang dengan Kalteng Pos di Ponpes Al-Wafa, Senin (11/3).

Rahmat menjelaskan, sebelum mendaftar masuk Ponpes Al-Wafa, Firja sudah diajarkan membaca Al-Qur’an oleh orang tuanya, sehingga ia telah hafal satu juz Al-Qur’an.

Dalam proses di ponpes, sebelum memasuki tahap tahfiz, putra dari pasangan Ahmadi dan Nike Ellistina itu bergabung dalam kelas tahsin. Tahsin merupakan sebuah metode atau upaya memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Tahsin adalah upaya seorang muslim untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Di kelas tersebut, Firja hanya butuh waktu yang lama, karena memang ia sudah fasih membaca Al-Qur’an, berkat pendidikan yang diberikan orang tuanya.

“Sebelum di tahfiz, biasanya masuk tahap tahsin. Firja cuman sebentar di kela tahsin, karena pelajaran yang diberikan orang tuanya membuatnya sangat bagus dalam membaca Al-Qur’an. Tinggal bagaimana kami memberikan pembelajaran sedikit untuk memperbaiki yang kurang tepat. Baru setelah itu masuk tahfiz. Itu sudah ia selesaikan satu tahun yang lalu,” beber Rahmat.

Menghafal Al-Qur’an di Ponpes Al-Wafa dimulai setelah salat Isya. Setelah salat Isya, para santri sudah mulai menghafal surah atau ayat baru. Kemudian setelah salat Subuh, para santri menyetorkan hafalan tersebut. Selanjutnya pada siang hari setelah salat Zuhur, para santri melakukan murajaah hafalan yang lama, dan setelah salat Magrib melakukan murajaah hafalan yang baru.

Itulah rutinitas yang dilakukan Firja dalam proses penghafalan Al-Qur’an hingga berhasil menuntaskan hafalan.

Rahmat menyebut, Firja juga sering mengikuti perlombaan di tingkat kota maupun nasional. Baru-baru ini ia berhasil mendapat juara pertama lomba tahfiz 30 juz pada event MTQH yang digelar di Kotawaringin Barat. Selanjutnya ia menunggu jadwal berangkat mengikuti lomba tahfiz tingkat nasional di Kalimantan Timur.

Pada saat mempersipakan dan mengikuti lomba, Firja sering ketertinggalan mata pelajaran. Namun kemudian ia tetap bisa menyesuaikan lagi.

“Walaupun ia sering keluar ponpes mengikuti lomba, Firja tetap bisa menyeimbangkan mata pelajaran yang tertinggal. Bahkan dalam ujian akhir, nilainya bisa melebihi teman-temannya,” tutur Rahmat.

Ia berharap Firja bisa melanjutkan studinya ke keperguruan tinggi dengan mengambil program studi yang masih berkaitan dengan ilmu Al-Qur’an. Karena menurutnya, Firja memiliki potensi di bidang ilmu Al-Qur’an.

Di tempat yang sama, Firja bercerita bahwa dorongan baginya untuk menjadi penghafal Al-Qur’an datang dari ajaran orang tua, khususnya ayah. Sebelum masuk ke Ponpes Al-Wafa, ia sudah bisa menghapal 1 juz, yakni juz ke-30.

Selain itu, ia pun dilibatkan mengikuti event MTQ hingga tingkat nasional. Pada 2016 lalu ia menjadi utusan Kalteng mengikuti perlombaan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kemudian tahun 2020 di Padang dan berhasil masuk 7 besar. Tahun 2024 nanti ia diutus lagi ke Kalimantan Timur untuk mengikuti perlombaan kategori 10 juz.

“Nah, dari modal itulah saya bersemangat untuk meneruskan ke Ponpes Al-Wafa di Palangka Raya,” ucap Firja kepada Kalteng Pos.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu juga memberikan saran, siapa pun yang ingin sukses dalam menghafal Al-Qur’an, sebaiknya bekali dahulu dengan hafalan 1 juz dan sesering mungkin mengikuti berbagai event MTQ.

Selama proses penghafalan, yang dilakukan Firja hampir sama yang diterapkan sesama penghuni ponpes, yakni mengulang berkali-kali sampai hafal.

Diawali dengan satu ayat atau lebih, baru diulang-ulang hingga hafal. Kemudian barulah menambah lagi hafalan. Lalu diulang atau digabung dengan hafalan ayat pertama hingga benar-benar menghafal. Begitu seterusnya.

“Cara saya, yang sudah dihafal, saya jadikan wirid, saya pastikan tidak lupa, barulah saya tambah lagi, saya tidak mau terburu-buru memperbanyak hafalan kalau yang sebelumnya belum benar-benar dihafal. Jangan sampai hafalan bolong-bolong, karena bisa menghilangkan semangat menghafal. Jadi, walau sedikit, tetapi saya pastikan benar-benar hafal,” cerita Firja.

Ia menyarankan para santri atau siapa pun yang berminat menghafal aya-ayat Al-Qur,an agar tidak bosan untuk menghafal dan mengulang.

“Mulailah menghafal dengan satu ayat dan pastikan ayat itu benar-benar dihafal, dengan cara itu bisa memotivasi kita untuk lebih semangat dalam menghafal. Hal yang juga penting adalah jangan terburu-buru,” ujarnya.

“Dan yang terpenting lagi, kita niatkan karena Allah untuk kedua orang tua kita dan janji-janji Allah dan pesan-pesan Nabi, bahwa akan ada keberuntungan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an, baik di dunia maupun kelak di akhirat,” tambahnya.

Firja menuturkan, dirinya dibesarkan di lingkungan dengan didikan orang tua yang sangat disiplin.

“Sehari-hari Abah mengajarkan saya di rumah, memiliki TKA, TPA  TQA bernama Aira Firhaz, praktis tidak ada kendala berarti yang saya temui, karena Abah saya menanamkan semangat dan niat yang kuat,” pungkasnya. (*/bersambung/ce/ala)

Exit mobile version