Site icon KaltengPos

Pesan Ramadan Ustaz Syaifullah Sahlan; Bukber Jangan Sampai Melalaikan Salat

SAMBUT RAMADAN: Ustaz Syaifullah Sahlan berbagi pesan Ramadan dalam Podcast Ruang Redaksi, Selasa (25/2). FOTO: ERIK/KALTENG POS

Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus. Bagi anak muda, bulan suci ini bisa menjadi momentum terbaik untuk upgrade diri, baik dari sisi spiritual, sosial, maupun kebiasaan sehari-hari. Hal ini diungkapkan oleh Ustaz Syaifullah Sahlan dalam podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos, Selasa (25/2) yang menekankan bahwa Ramadan adalah madrasah kehidupan yang mengajarkan disiplin, kesabaran, serta meningkatkan kualitas ibadah. 

 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

 

MENURUT Ustaz Syaifullah, ada dua aspek penting yang bisa dikembangkan anak muda selama Ramadan, yakni spiritual dan sosial. Secara spiritual, Ramadan menjadi kesempatan emas untuk memperkuat hubungan dengan Allah Swt. Ibadah seperti salat wajib, salat tahajud, tadarus Al-Qur’an, dan ibadah lainnya harus lebih ditingkatkan.

“Ramadan ini bulan latihan. Kita dilatih untuk lebih disiplin, jujur, dan sabar. Anak muda jangan cuma fokus ke buka puasa dan sahur saja, tetapi juga maksimalkan ibadah,” ucapnya.

Dari sisi sosial, Ramadan mengajarkan kepedulian terhadap sesama. Kegiatan seperti berbagi takjil, membantu orang tua, ataupun berpartisipasi dalam kegiatan masjid menjadi bentuk nyata dari nilai-nilai kebaikan yang diajarkan selama bulan suci ini.

“Anak muda harus aktif, jangan hanya tidur seharian. Ramadan itu waktunya untuk lebih semangat, lebih produktif, jadi jangan sampai bermalas-malasan,” tambahnya.

Namun, tidak sedikit juga anak muda yang merasa Ramadan menjadi bulan yang berat. Rutinitas yang berubah, energi yang menurun, serta kebiasaan begadang sering kali membuat mereka merasa kesulitan untuk menjalani puasa dengan optimal.

“Sebenarnya, Ramadan itu bukan tentang energi yang habis, tetapi tentang bagaimana kita mengatur waktu dengan baik. Kalau jam istirahat terjaga, ibadah lancar, aktivitas tetap bisa berjalan seperti biasa,” jelas Ustaz Syaifullah.

Ia menyarankan agar anak muda lebih bijak dalam mengatur jadwal, seperti menghindari begadang yang tidak perlu. Jika tetap ingin melakukan kegiatan malam, pastikan ada waktu istirahat yang cukup agar tidak mengorbankan salat subuh dan ibadah lainnya.

Salah satu fenomena yang sering terjadi di kalangan anak muda saat Ramadan adalah buka puasa bersama (bukber). Momen ini memang baik untuk mempererat silaturahmi. Sayangnya, sering kali bukber justru membuat banyak orang lalai dalam menjalankan salat, terutama salat Magrib dan salat Isya.

“Bukber itu bagus, silaturahmi itu dianjurkan, tetapi jangan sampai karena terlalu asyik ngobrol, kita malah meninggalkan salat yang merupakan kewajiban utama,” tegasnya.

Banyak kejadian ketika anak muda berkumpul untuk bukber, tetapi ketika azan Magrib berkumandang, mereka menunda salat dengan alasan masih makan atau asyik berbincang. Bahkan, ada yang melewatkan salat Isya dan tarawih karena terlalu lama nongkrong setelah bukber.

“Kalau kumpul-kumpul, jangan lupa salat. Magrib itu waktunya sempit, jadi jangan ditunda. Apalagi Isya dan tarawih. Jangan sampai gegara bukber, kita kehilangan kesempatan mendapat pahala Ramadan,” tambahnya.

Ustaz Syaifullah mengingatkan bahwa Ramadan bukan hanya soal kebersamaan dengan teman, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan Allah. Oleh karena itu, anak muda harus bisa menyeimbangkan antara kegiatan sosial dan ibadah.

Bagi yang ingin hijrah dan memperbaiki diri, Ramadan adalah waktu yang paling tepat. Bulan ini mengajarkan bagaimana menahan hawa nafsu, termasuk dalam berbicara, bersikap, hingga mengendalikan kebiasaan buruk.

“Selama Ramadan kita harus bisa lebih disiplin. Yang biasanya malas salat, coba mulai perbaiki. Yang jarang baca Al-Qur’an, ini saatnya memulai. Bahkan kalau bisa, punya target untuk khatam Al-Qur’an selama Ramadan,” pesannya.

Untuk mempermudah membaca Al-Qur’an, Ustaz Syaifullah memberikan tip praktis.

“Baca minimal dua lembar Al-Qur’an setelah tiap salat fardu. Jika dilakukan konsisten, satu bulan bisa khatam 30 juz. Bergabung dalam komunitas tadarus atau mengikuti program tahsin agar bisa memperbaiki bacaan dan memahami tajwid dengan benar. Lalu, gunakan teknologi seperti aplikasi Al-Qur’an digital untuk mempermudah akses kapan saja dan di mana saja,” jelasnya.

Ia juga menyoroti fenomena banyaknya anak muda yang merasa malu belajar mengaji karena menganggap diri sudah dewasa. Padahal, tidak ada kata terlambat untuk belajar.

“Jangan malu kalau belum bisa baca Al-Qur’an. Yang penting mau belajar. Justru lebih baik belajar sekarang daripada tidak sama sekali,” tegasnya.

Ramadan adalah momen yang sangat berharga. Jangan sampai hanya dilewatkan tanpa perubahan berarti. Ustaz Syaifullah mengingatkan anak muda agar tidak sekadar menjadikan Ramadan sebagai ajang berkumpul, tetapi juga kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama.

“Jangan sampai Ramadan ini berlalu tanpa ada perubahan dalam diri kita. Setidaknya ada satu hal yang lebih baik dari Ramadan sebelumnya. Entah itu lebih rajin salat, lebih disiplin, atau lebih peduli dengan sesama,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version