Kayu-kayu papan disusun sedemikian rupa. Dijadikan penghambat air yang mengalir di kanal, sehingga bisa meluber ke lahan gambut di Taman Nasional Sebangau (TNS). Alhasil, gambut-gambut itu tetap basah sampai kemarau tiba.
AGUS PRAMONO, Palangka Raya
PAGI itu begitu cerah. Saya (penulis) dan rombongan bertolak dari Dermaga Kereng Bangkirai. Perahu ces dengan panjang sekitar lima meter telah siap untuk mengantar kami ke lokasi tujuan. Perahu itu ditumpangi empat orang, termasuk motoris.
Motoris bernama Mahriadi itu langsung menghidupkan mesin perahu. Dia duduk di bagian belakang sembari mengendalikan kemudi. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan berupa tumbuhan rasau dan air hitam yang menjadi ciri khas TN Sebangau.
Sekitar 40 menit perjalanan, kami pun tiba di Resort Sebagau Hulu yang ada di Sungai Koran. Di sana sudah menunggu Kepala Resort Sebangau Hulu, Anak Agung Gede Eka Purnata bersama rombongan besar. Rombongan itu merupakan pekerja yang akan membangun sekat kanal. Sehari-hari mereka merupakan pelaku usaha di bidang pariwisata di TN Sebangau. Ada yang merupakan pemandu wisata. Ada juga yang merupakan motoris. Semuanya adalah warga binaan dari Balai TN Sebangau.
Peralatan pertukangan pun disiapkan. Mulai dari gergaji, palu, hingga karung. Material kayu sudah diangkat terlebih dahulu pada hari-hari sebelumnya. Setelah dipastikan sudah berada di atas perahu, rombongan sebanyak 18 orang berangkat menuju lokasi pembangunan sekat kanal.
Lokasinya berada di kanal-kanal yang ada di Sungai Koran. Dahulu saat masih maraknya pembalakan liar, kanal-kanal itu merupakan jalur untuk melarutkan kayu-kayu yang ditebang.
Kami pun menyusuri Sungai Koran yang kebetulan sedang pasang. Pemandangan hutan alami di sekitarnya begitu memanjakan mata. Air hitam begitu segar dipegang. Bapak Agi, sapaan akrab Mahriadi, begitu lihai dalam mengendalikan kemudi bundar.
Setengah jam berlalu, perahu yang kami tumpangi tambat di titik pertama pembangunan sekat kanal. Kemudian rombongan berjalan kaki sekitar 100 meter. Melewati tanah bergambut. Setelah sampai, para pekerja langsung tancap gas. Untuk membuat satu sekat, menghabiskan waktu sekitar empat sampai lima jam.
Papan-papan digergaji sesuai ukuran. Karung-karung yang berisi tanah gambut digunakan untuk mengisi bagian dalam sekat. “Ini lokasi terdekat pembangunan sekat kanal yang ada di Sungai Koran,” ucap Kepala Resort Sebangau Hulu, Anak Agung Gede Eka Purnata, beberapa waktu lalu.
Sebanyak 18 sekat kanal baru dibangun di TN Sebangau. Pembangunan dilakukan selama periode September-Oktober 2022. Sekat untuk memperlambat laju air sekaligus membasahi gambut sekitar itu, dibangun di kanal-kanal yang ada di Sungai Koran. Ukuran sekat kanal bervariasi. Menyesuaikan lebar kanal. Tipe 1, lebar 1-1,5 meter. Tipe 2, lebar 1,5-2,5 meter. Tipe 3, lebar 2,5-3,5 meter.
“Pembangunan kanal ini tujuannya untuk membasahi gambut. Bisa dilihat sendiri, setelah sekat sudah selesai, aliran air melambat dan air meluber ke permukaan gambut. Dengan begitu, gambut akan aman dari ancaman kebakaran,” kata pria bergelar sarjana kehutanan itu.
Pembangunan sekat kanal ini mendapat dukungan dari Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia. Mereka turut berkontribusi dalam menjaga TN Sebangau agar tetap hijau dan lestari.
Koordinator Hidrologi dan DAM BNF Indonesia, Muhammad Idrus memantau langsung proses pembuatan sekal kanal itu. Pihaknya juga menyiapkan material dan biaya operasional.
“Di sisa tahun ini, kami usahakan ada pembangunan sekat kanal lagi. Kami akan cek kondisi sekat-sekat kanal yang sudah uzur, entah itu sengaja dirusak atau rusak secara alami,” tutur pria berusia 40 tahun itu.
Untuk tahun depan, ada rencana pendataan dan survei langsung sekat-sekat yang sudah dibangun sejak beberapa tahun lalu. Pihaknya akan mendata perbedaan lokasi sebelum dibuat sekat dan sesudah dibuat sekat.
“Dari situ nanti terlihat, apakah ada perbedaan debit air dan kecepatan air,” ungkapnya. (ram/ce)