Site icon KaltengPos

Aspal Lumpur

Agus Pramono

Oleh; Agus Pramono

 

PEMBAHASAN soal ruas jalan Palangka Raya–Gunung Mas selalu menarik untuk dibahas. Bukan karena keindahan atau kualitasnya, tapi karena selalu masuk dalam daftar perbincangan. Bukan setahun dua tahun, tapi bertahun-tahun.

Tapi, bagi warga yang rutin melintas, mungkin sudah bosan membahas. Mereka juga sudah bosan mengeluh. Karena, mereka sadar, tak pernah ada solusi mulus. Kerusakan di beberapa titik seolah menjadi pemandangan umum.

Gubernur Kalteng, H. Sugianto Sabran, kali ini mengambil langkah yang lebih tegas mengancam akan menutup akses jalan ini bagi truk berat. Semoga tidak gertak sambal.

Apa yang disampaikan orang nomor satu di Kalteng itu sangat bagus. Karena jika jalan tak bisa dilewati, otomatis tak akan rusak lagi, bukan?

Jangan kaget kalau tahu berapa uang yang sudah dikucurkan untuk perbaikan jalan ini. Dari 2016 hingga 2024, Pemprov Kalteng sudah menggelontorkan Rp784 miliar untuk menangani 191,14 kilometer jalan.

Dengan nominal sebesar itu, seharusnya jalan ini bisa lebih mulus dari sirkuit MotoGP Mandalika. Tapi realitas berkata lain.

Alih-alih makin baik, sekarang ada 10 titik dengan kerusakan berat di kawasan Bukit Liti-Bawan dan Bawan-Kuala Kurun.

Total, 7.723 meter jalan rusak, ditambah 98 titik dengan kerusakan ringan, menjadikannya hampir 8 kilometer jalan rusak.

Apakah ini bagian dari strategi pembangunan jalan dinamis, selalu bisa rusak dan diperbaiki lagi, agar proyek tak pernah berhenti?

Lalu, siapa pewaris mahakarya jalan rusak ini? Agustiar Sabran, sang gubernur terpilih? Apakah proyek tambal sulam ini akan dilanjutkan, atau kita akan menyaksikan episode baru dari drama infrastruktur Kalteng?

Yang jelas, hasilnya tetap sama: jalan rusak, uang negara mengalir. Kepemimpinan Sugianto periode kedua akan segera berakhir, dan kini aspal pun ada yang menjadi bubur, eh lumpur.(*)

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kalteng Pos

Exit mobile version