Oleh: Lukman Juhara
Palangka Raya, 7 Mei 2021
ADA kabar yang masih menjadi misteri di Jalan Lele. Misteri itu tentang ikan lele dan Jalan Lele itu. Mungkin tidak semua orang tahu tentang kabar yang masih menjadi misteri itu. Jangankan warga dari luar Jalan Lele, warga yang sudah lama bermukim di Jalan Lele pun belum tentu tahu adanya kabar misteri tentang lele di Jalan Lele.
Jalan Lele adalah jalan biasa seperti jalan-jalan lain di pinggiran kota Palangka Raya ini. Jalan yang menggunakan nama ikan-ikan lain juga banyak. Ada Jalan Bandeng, Jalan Papuyu, Jalan Paus, Jalan Nila, Jalan Patin, Jalan Haruan, dan sebagainya. Lalu apa yang tidak biasa? Kabar yang menyebutkan bahwa di Jalan Lele ada warga yang memelihara ikan lele tentu hal biasa. Memang ada sebagian warga yang memelihara ikan lele di kolam. Ada juga yang memelihara ikan lele di dalam bak. Pun ada yang memelihara di dalam ember-ember besar.
Itu bukan kabar aneh, tentu juga bukan sekadar selentingan tidak jelas. Tentu itu juga bukan kabar hoaks seperti yang biasa beredar di media sosial. Kabar tentang adanya ikan-ikan lele yang mati dan tergeletak di dasar kolam atau di dasar bak kemudian sebagian mengapung itu juga benar kiranya. Memang kadang-kadang ditemukan ikan dalam keadaan tidak hidup lagi saat pemeliharanya membersihkan atau menguras air kolam atau bak. Sesekali ditemukan ikan lele mati tinggal kepalanya. Pernah juga ikan lele mati tinggal tulangnya saja. Bahkan, mungkin juga ada ikan lele mati dimakan oleh sesamanya dan tidak tampak lagi.
Tentu itu juga hal yang lumrah dan bukan merupakan misteri. Bukankah ikan juga makhluk hidup yang pada akhirnya pasti mati? Tentang kabar yang menyebutkan bahwa di Jalan Lele kadang-kadang ada penjual ikan yang lewat menjajakan ikan, termasuk ikan lele juga bukan kabar aneh. Benar adanya penjaja ikan berteriak-teriak menawarkan ikan sambil berteriak-teriak menyebut nama ikan-ikan yang dibawanya sambil mengendarai motor atau mengayuh sepedanya. Tentu ini juga kabar biasa, bukan kabar misteri.
Soal kabar yang mengiformasikan bahwa parit kecil dan parit besar di sekitar kompleks perumahan Jalan Lele sering dijumpai ikan lele yang berkelebat juga tidak salah. Beberapa orang yang suka memancing, termasuk anak-anak yang suka menangkap ikan di parit memang pernah mendapati ikan itu. Kabar ini jelas bukan suatu misteri, melainkan peristiwa yang menggembirakan.
Bahkan, banyak yang mengharapkan bahwa saluran air di sekitar Jalan Lele atau di mana saja banyak dihuni berbagai jenis ikan, termasuk lele. Tentu kabar-kabar itu layak untuk dipercaya karena memang logis dan benar adanya. Jika tidak percaya juga tidak masalah karena memang tidak ada peraturan yang mengharuskan apalagi mewajibkan percaya tentang kabar lele-lele di Jalan Lele.
Namun, ada pula kabar-kabar yang sulit dipercaya dan meragukan seputar Jalan Lele. Kabar itu benar-benar menjadi misteri, seperti dalam cerita saja. Mungkin pula memang itu hanya cerita saja. Bagi Haji Lemansyah, salah seorang pemelihara lele dan pemilik barak yang suka menyimak dan membaca cerita, kabar-kabar misterius itu dianggap angin lalu. Meskipun begitu banyak cerita atau kabar yang masih menjadi misteri, ia tidak percaya begitu saja.
Pernah ia mendengar ada cerita yang menyebutkan bahwa Jalan Lele beberapa tahun lalu pernah dijanjikan akan diperbaiki dengan kualitas yang bagus oleh seorang tokoh yang mencalonkan diri menjadi wali kota. Calon itu akhirnya menang dan terpilih menjadi wali kota. Namun, Jalan Lele tetap tak kunjung diperbaiki sesuai janjinya.
Alasannya, ia memang menang dan terpilih menjadi wali kota, tetapi perolehan suaranya khusus di Jalan Lele sangat sedikit. Oleh karena itu, ia memprioritaskan memperbaiki jalan-jalan lain tempat ia memperoleh suara yang lebih banyak daripada rivalnya. Ya, tentu saja kabar itu pun menjadi misteri belum tentu benar. Benar atau tidak bukan urusan Haji Lemansyah.
Urusannya adalah mengurus ikan-ikan lele dan barak 13 pintu yang semuanya bergambar ikan lele. Sebagian besar warga Jalan Lele pun sebenarnya tidak tertarik dengan kabar misteri itu. Bukan hanya tidak tertarik, percaya pun tidak meskipun misteri itu menarik untuk diceritakan. “Lalu apa misteri lele di Jalan Lele?” tanya seseorang yang hendak menyewa kamar barak milik Haji Lemansyah. “Nah, inilah yang masih menjadi misteri.”
“Jangan menyampaikan misteri yang meresahkan. Saya jadi takut.”
“Kenapa harus takut. Bukankah saya katakan tadi kabar itu masih menjadi misteri.”
“Justru kata misteri itu yang bisa mendatangkan rasa takut.”
“Nah, ketakutanmu itu belum jelas. Ini juga misteri. Jadi, tidak perlu ragu untuk tinggal di salah satu barak di Jalan Lele. Di sini aman. Tidak pernah ada keributan atau kerusuhan. Paling-paling yang membuat riuh kalau ada penjual es krim, penjual bakso, penjual roti, penjual dawet, penjual tahu bulat, dan sebagainya lewat bersamaan dan dan sama-sama meneriakkan dagangannya atau membunyikan tanda khasnya.”
“Tapi saya kok jadi ragu menyewa barak di Jalan Lele setelah mendengar kata misteri itu.”
“Kalau ragu, sebaiknya menyewa barak di jalan lain yang tidak memiliki cerita misteri agar bisa tinggal lebih tenang,” tutur Haji Lemansyah santai.
Maka terus berhembuslah terus kabar misteri itu. Kabar itu mengatakan bahwa pada malam hari ada ikan-ikan lele yang naik ke darat dan menelusuri Jalan Lele yang sunyi dan agak gelap dan gelap sekali saat listrik padam. Lele-lele itu sebagian menggerogoti jalan sehingga sehingga rusak. Tanah kerikil dan aspal tipis yang tidak merata pun terkoyak. Lubang-lubang yang terbentuk membuat kondisi Jalan Lele pun tidak rata lagi.
“Inilah ulah lele-lele yang penuh misteri. Jalan Lele jadi tak pernah rata. Lele-lele yang naik ke darat telah menggerogotinya,” tulis seorang warga di grup WA.
“Apakah benar Jalan Lele digerogoti lele-lele yang penuh misteri. Aneh kalau benar. Betul-betul misterius. Ini harus dipastikan agar tidak timbul isu yang meresahkan,” komentar anggota grup lainnya.
“Benar atau tidak ini masih menjadi misteri. Tidak ada orang yang benar-benar tahu. Tidak ada orang yang berani memastikannya. Selain itu memang hanya sedikit orang yang merasakan misteri ini. Orang-orang yang sudah lama tinggal di sini termasuk para tokoh di sini pun tidak tahu ada misteri ini. Dan ini tentu juga merupakan misteri tersendiri,” tutur tokoh tua admin grup WA.
Haji Lemansyah ikut mengomentari percakapan itu. Ia langsung menghapusnya dan berusaha mengenyahkan misteri yang berputar-putar di kepalanya. Ia tidak ingin pikirannya dipenuhi misteri yang tidak jelas yang tidak masuk akal. Itu bisa mengganggu kewarasan dan kesadaran yang sehat dan logis.
Berbagai upaya dialihkan untuk mengusir misteri itu dari kepalanya. Setiap kali misteri itu datang, ia berusaha mengalihkan dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang diharapkan dapat melupakan misteri itu. Tentu aktivitas sehari-hari juga tidak dilupakannya. Mandi, salat, makan, minum, bekerja, membaca, dan berkomunikasi di media sosial merupakan aktivitas rutinnya.
Tugas Haji Lemansyah sebagai pengusaha ikan lele adalah mengurus ikan-ikan lele. Kesibukan utamanya tentu mengurus peliharaannnya dalam kolam dan bak-bak besar di sekeliling rumahnya dan melayani orang jika ada yang mau membelinya. Ia sendiri tidak begitu suka makan ikan. Ia hanya suka melihat lele-lele berebut berloncatan sambil membuka mulutnya ketika ia taburkan pakan di permukaan air.
Nah, pekerjaannya memelihara lele dalam bak inilah yang membuat misteri itu hadir di kepalanya. Ia seperti melihat lele-lele itu berloncatan pada malam hari dan menuju ke jalan. Badan lele yang licin tak bersisik begitu cepat melesat menyusuri jalan dan mengerogoti pasir, kerikil, tanah. Padahal, tiga kali sehari ia selalu memberikan lele itu dengan makanan khusus. Jadi, tidak mungkin lele-lele itu kelaparan dan ingin keluar dari kolam bak untuk makan pasir, kerikil, dan tanah jalan. Tapi, yang namanya misteri memang aneh.
Misteri itu tentu tidak benar-benar terjadi. Misteri itu bisa jadi hanya ada dalam pikirannya. Jika misteri memang sungguh-sungguh terjadi, tentu akan banyak warga yang tahu dan mempercayainya. Lalu muncullah berita mengejutkan dan menggembirakan bagi warga Jalan Lele. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memasang palng warna kuning di salah satu sisi Jalan Lele.
Plang itu berisi informasi program pelebaran dan perbaikan Jalan Lele. Tentu informasi ini bukan misteri. Informasi itu jelas benar dan resmi dari pihak pemerintah kota. Apalagi informasi itu cukup lengkap. Ada nilai kontrak, sumber dana, dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Haji Lemansyah mendapat informasi itu pertama kali dari grup WhatsApp Keluarga Besar Warga Jalan Lele.
Ada seorang anggota grup yang memfoto plang rencana perbaikan Jalan Lele. Ia pun ingin membuktikan sendiri dengan melewati Jalan Lele Induk. Ia melihat langsung plang kuning itu serta alat berat yang tengah bekerja meratakan jalan, sama seperti foto yang dikirimkan di grup WhatsApp. Kali ini jelas, bahwa kabar yang ini pasti bukan misteri. Tentu ia pun turut senang dan bersyukur.
Haji Lemansyah berharap Jalan Lele yang diperbaiki nanti benarbenar bagus, kuat, aman, dan bisa bertahan lama. Ia berharap Jalan Lele tidak akan rusak lagi agar tidak memunculkan misteri. Ia juga tak ingin suatu saat nanti ada kabar misteri bahwa ikan-ikan lelenya peliharaannya pada malam hari meloncat dari kolam dan menggerogoti Jalan Lele. (*)
*) Penulis adalah guru SMAN 5 Palangka Raya. Ia suka menulis cerpen, pantun, puisi, dan laporan kegiatan di sela-sela kesibukannya.