SUDAH tidak heran lagi anak anak banyak menghabiskan waktunya untuk diuar tempat tinggal dibandingkan pada dalam tempat tinggal. Teman sebaya sangat berpengaruh secara umum terhadap perilaku proaktif remaja. Seakan akan para remaja lebih mendengarkan perkataan teman sebayanya dibandingkan orang orang terdekat seperti keluarga, sehingga terkadang menimbulkan sikap menyimpang dari ajaran moral.
Menurut para pakar masa remaja ialah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian ciri-ciri diri. Remaja umunya mengalami pencarian jati diri atau keutuhan diri itu sebagai suatu persoalan utama sebab adanya perubahan-perubahan sosial. Seperti fisiologi dan psikologis di dalam diri. Maka pada proses menemukan jati diri tersebut, para remaja lebih pilih menghabiskan saat pada luar rumah. Teman sebaya lah yang menjadi pendukung dalam menemukan jati diri dan pembentukan karakter berasal seorang remaja.
Pada masa remaja korelasi menggunakan sahabat sebaya meningkat secara drastis, dan pada ketika yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Padahal keluarga merupakan galat satu konteks sosial yang krusial dalam perkembangan individu. Dari gerungan, kenakalan remaja ada akibat terjadinya interaksi sosial diantara individu sosial dengan grup sebaya.
Kelompok teman sebaya dapat memiliki pengaruh positif, suatu fakta yang telah dikenal banyak orangtua dan guru selama bertahun-tahun. Banyak orang tua mempersepsi bahwa pengaruh teman-teman sebaya dapat memiliki dampak positif pada motivasi akademik dan kinerja anak-anak muda.
Sebaliknya “bermain api” dengan obat-obatan, vandalisme, dan mencuri Juga dapat meningkat melalui interaksi dengan teman sepermainan. Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku. Pengaruh tersebut dapat berupa dampak postif dan dapat pula berupa dampak negatif. Dampak positif yang dimaksud adalah ketika individu bersama dengan teman sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat. Seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat.
Sedangkan dampak negatif yang dimaksud dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma sosial, dan pada lingkungan pendidikan berupa pelanggaran terhadap peraturan. Hubungan teman sebaya yang baik diperlukan untuk perkembangan sosio-emosional yang normal, anak-anak Yang ditolak oleh teman sebaya bisa menjadi depresi dan anak-anak yang agresif terhadap teman sebayanya berisiko menjadi depresi.
Sifat yang agresif terhadap teman sebayanya berisiko terlibat dengan sejumlah masalah, termasuk penyimpangan dan berpengaruh pada jejang pendidikan. Frekuensi interaksi teman sebaya yang dilakukan Selama bertahun-tahun baik positif maupun negatif terjadi cukup signifikan. Anak-anak banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya yaitu dengan bercakap-cakap atau bermain seperti negosiasi peran dan aturan permainan, berdebat dan menyetujui.
Berdasarkan hasil pengamatan saya temukan di lingkungan teman sebaya saya tentang bentuk pergaulan iyalah adanya rasa kekeluargaan yang sangat tinggi, memiliki rasa kesetiakawanan dan memilih teman. Dan dampak positif yang ditimbulkan oleh pergaulan teman sebaya terhadap perkembangan emosional yang dimana teman sebaya dapat membantu menyelesaikan masalah. Memiliki teman bermain dan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Seiring bertambahnya usia, kita mulai kehilangan teman-teman lama dan kesulitan untuk memulai persahabatan yang baru.
Pada masa remaja memang waktu yang tepat mencari jati diri, tapi perlu juga kesadaran dalam diri kita sendiri. Perubahan terus terjadi dalam hidup dan teman dekat kita juga terus berganti. Berpindah pekerjaan atau berpindah ke kota baru memaksa kita harus menemukan teman baru, dan tentunya kita harus cerdas dalam memilih teman baru yang akan menjadi sahabat nantinya.Setelah mengetahui betapa besar dampaknya pertemanan dalam segala aspek kehidupan kita, maka tak ada alasan lagi untuk tidak memilih-milih teman.
Kamu tidak kehilangan teman karena teman sejati tidak akan pernah hilang. Kamu kehilangan orang yang menyamar sebagai teman, dan kamu lebih baik karenanya. (*)
* Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Palangka Raya