Site icon KaltengPos

Transformasi Digital di UPR

Rony Teguh SKom MT PhD - Bakal Calon Rektor Nomor Urut 12

PALANGKA RAYA-Transformasi digital dan linking science to policy merupakan dua poin utama yang ditawarkan bakal calon rektor nomor urut 12 Rony Teguh Skom MT PhD untuk membawa perubahan bagi Universitas Palangka Raya (UPR). Yang ditawarkan ini tak lepas dari latar belakangnya sebagai dosen di bidang IT, Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UPR.

Menurutnya UPR sebagai perguruan tinggi harus mampu membawa dampak terhadap masyarakat, bisnis, dan pemeritah daerah dalam setiap kebijakan dan rencana strategis.

“Saya ingin bagaimana UPR ini menjadi bagian dari linking science to policy (menghubungkan sains dengan kebijakan). Bagaimana pembelajaran kita, pola ilmiah pokok, dan kurikulum menjadi aspek eskternalnya linking science to policy. UPR bisa memberi dampak terhadap masyarakat, bisnis, pemerintah daerah, dan IKU,” ujar Rony yang memiliki 6 hak kekayaan intelektual (HAKI), 1 hak merek, dan 1 hak lisensi.

Tahun pertama Roni menargetkan transformasi digital. Targetnya adalah di tri dharma perguruan tinggi, yang meliputi pendidikan, penelitian dan riset, serta pengabdian masyarakat. Di bidang pendidikan ini, transformasi digital dimulai dari sistem informasi akademik (Siakad).

Melalui transformasi digital, semua data akan terkumpul, sehingga memudahkan jika diperlukan. Misalnya, profil dosen bisa terlihat bidang kepakaran. Ketika akreditasi, data bisa langsung diambil. Selama ini justru data tersebar di mana-mana secara parsial.

“Saya ingin data-data ini bisa terkumpul di satu tempat melalui transformasi digital. Saya menyebut rancangan ini, UPR satu data. Dari delapan fakultas, prodi sampai universitas bisa mengakses sistem ini secara penuh,” ujar Rony yang menyelesaikan S-2 di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selanjutnya terkait sarana belajar. Jika kelak terpilih menjadi rektor, Rony berencana membangun perpustakaan digital, smart digital room, fasilitas laboratorium, internet, serta ruangan perkuliahan yang nyaman untuk mencapai sebuah smart university.

Sedangkan untuk sarana penunjang, akan dibangun kantin berbasis modern, fasilitas untuk disabilitas, inkubator bisnis digital, klinik kesehatan modern, student center, dan keindahan kampus.

“Stunting itu bukan hanya untuk balita saja, mahasiswa dan dosen juga bisa kena, jika yang dikonsumsi hanya mi instan. Itu nutrisi dan gizinya rendah. Saya belajar kantin modern itu di Jepang. Bagaimana mereka memiliki porsi nutrisi dan gizi yang baik,” ujar Rony yang menyelesaikan studi S-3 di Universitas Hokkaido, Jepang.

Mengenai inkubator bisnis digital, Rony menyebutnya dengan crypto. Cypto ini bisa dalam bentuk desain gambar maupun kartu yang bisa diakses. Jika dilempar ke pasar crypto, bisa menghasilan bisnis digital.

Kemudian untuk peningkatan karier dosen, Rony mencanangkan percepatan guru besar. Diawali dengan pemetaan jabatan akademik, dilanjutkan dengan program percepatan jabatan akademik, lektor-lektor kepala, hingga guru besar. Ada juga program pendampingan oleh guru besar untuk mempercepat jabatan akademik.

Selanjutnya soal alumni, menurut Rony, berdasarkan pengalamannya di Jepang, sebelum lulus biasanya para mahasiswa mengikuti wawancara kerja. “Jika diterima, maka mahasiswa bersangkutan harus segera menyelesaikan studi S-1 dalam waktu enam bulan. Jika tidak, maka tidak bisa diterima untuk bekerja,” pungkasnya.  (sma/ce/ala/ko)

Exit mobile version