JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat ini sedang menerapkan kurikulum prototipe di 2.500 Sekolah Penggerak dan 1.000 SMK Pusat Keunggulan. Dengan ini diharapkan akan semakin banyak sekolah yang menjalankan kurikulum opsional tersebut.
Sebab, penerapan kurikulum prototipe itu akan berdampak langsung pada sistem Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada masa mendatang. Sebab, kurikulum prototipe ini akan menghapus jurusan IPA dan IPS bagi lulusan SMA.
Dalam kata lain, saat lulusan SMA melakukan pendaftaran SNMPTN, sistem tak lagi bisa memisahkan siswa berdasarkan jurusan. Melainkan hanya melihat dari mata pelajaran yang diambil siswa.
“Kalau anda ingin (kuliah) kedokteran, pilihlah matematika, biologi, ini, ini, ini. Kalau di teknik ini, ini, ini. Jadi sebenarnya yang berubah adalah mapping-nya, tapi mata pelajarannya enggak berubah. Sehingga dari sisi seleksi, kita tinggal menyesusaikan dari IT-nya saja,” ungkap Ketua Umum LTMPT Mochamad Ashari di Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Selasa (4/1).
Adapun, proses penyesuaian sistem itu tak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Oleh karena itu, pihaknya belum akan memasukkan model penghapusan jurusan itu dalam sistem SNMPTN pada tahun 2022.
“Jadi ada perubahan di seleksi masuknya itu di 2024. Tetapi mulai dari sekarang data sudah masuk. Itu enggak masalah, kita data basenya masih sama. Kita akan melakukan adaptasi, penyesuaian dan seterusnya, sambil berjalan,” imbuh dia.
Lagi pula menurut Ashari, saat ini kurikulum prototipe tak dijalankan oleh seluruh tingkatan kelas di SMA. Hanya siswa yang ada di kelas 10 yang menjalankan kurikulum prototipe tersebut.
“Sehingga di seleksi ini nanti, toh nantinya akan berjalan di 2024, karena sekarang anak-anak ini sedang ada di kelas 10 SMA,” tandas Rektor ITS itu. (sai/nur/jp)