Site icon KaltengPos

Universitas Riset dengan Keunggulan Komparatif Lokal

Prof Dr Sulmin Gumiri MSc Balon Rektor Nomor Urut 2

PALANGKA RAYA-Memulai karier di Universitas Palangka Raya (UPR) sebagai seorang laboran, membuatnya lebih banyak bergelut dengan aktivitas di dunia riset. Tahun 2006, Prof Dr Sulmin Gumiri MSc mencapai jenjang tertinggi dosen. Menjadi seorang guru besar. Saat ini dipercaya sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama.

Sebagai wujud terima kasih kepada UPR, Sulmin ingin mengabdikan diri sebagai rektor dengan visi mewujudkan UPR sebagai universitas riset dengan keunggulan komparatif lokal pada tahun 2026. Visi inilah yang ditawarkan dan akan direalisasikan Sulmin jika kelak terpilih sebagai rektor UPR periode 2022-2026.

“Saya memiliki cita-cita memberikan pengabdian terbaik sebagai ekspresi terima kasih kepada UPR yang telah membesarkan dan membangun karier saya. Menjadi rektor bukan tujuan, tapi media untuk mengabdian yang lebih besar,” ujar alumus Pendidikan Matematika FKIP UPR ini.

Meski visi ini tak mudah, tapi dosen terbaik tahun 2006 itu optimistis bisa mewujudkan. Karena menurutnya, UPR memiliki potensi dan banyak orang hebat. Jika potensi-potensi itu dikelola dengan baik, diyakini bisa mempercepat perkembangan UPR agar mampu berkompetisi dengan universitas lain.

Mewujudkan visi itu, Sulmin telah menetapkan 10 misi yang akan diimplementasikan bersama potensi-potensi UPR, jika kelak dipercayakan menjabat rektor. Pertama, melanjutkan dan makin memantapkan semangat kebersamaan dalam membangun UPR melalui moto “no one left behind, sustainability, efficiency, acceleration, and competitiveness”.

Kedua, menyosialisasikan dan membudayakan HARATI sebagai prinsip dan spirit UPR kepada seluruh civitas akademika. Ketiga, makin memantapkan manajemen UPR berbasis ICT.

Keempat, meningkatkan kuantitas dan kualitas program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Kelima, meningkatkan mutu pembelajaran melalui pemberian bahan perkuliahan berbasis ilmu pengetahuan terkini yang didapat dari literatur terkini dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta inovasi yang dikembangkan oleh UPR.

Keenam, memperkuat dan terus meningkatkan budaya riset di kalangan dosen dan mahasiswa. Ketujuh, meningkatkan kuantitas dan kualitas riset berbasis pengembangan iptek dan inovasi berbasis sumber daya lokal.

Kedelapan, meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah pada jurnal terakreditasi nasional dan jurnal internasional. Kesembilan, menghasilan produk-produk inovatif yang dikembangkan berbasis sumber daya lokal. Kesepuluh, meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja sama penelitian, publikasi ilmiah, dan pertukaran ilmuan internasional.

Sedangkan untuk program kerja, Sulmin menetapkan dua program besar. Pertama adalah program pengembangan wajib yang telah diamanatkan oleh senat UPR. Program kedua yakni pembangunan inovatif dan unggulan rektor.

TANTANGAN BLU DAN PTNBH

Menjawab tantangan besar kewajiban perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi PTN badan hukum yang menuntut kemandirian secara keuangan, Sulmin melihat bahwa potensi yang dimiliki UPR tidak diragukan.

“Saya optimistis itu bisa dicapai jika teman-teman yakin bahwa saya tidak punya conflict of interest dalam mengelola universitas ini. Karena motivasi saya ingin berterima kasis kepada UPR, maka saya yakin bisa membentuk tim yang hebat,” ujar lulusan S-2 Nottingham University, Inggris.

Mengenai kemandirian keuangan sudah masuk dalam rencana program unggulan Sulmin, yakni mempercepat pembangunan dan merevitalisasi unit-unit yang akan menjadi sumber pendanaan universitas. Seperti peat techno park, kebun raya, PPIIG, poliklinik, hutan pendidikan, koperasi, dan lainnya.

Kata kuncinya adalah sumber pendanaan. Bagaimana bisa menciptakan sumber-sumber pendanaan di luar PNPB. Timnya sudah menyusun strategic bisnis plan.

“Saya juga berkiprah langsung di unit-unit yang berpotensi menghasilkan uang. Bagi saya mudah. Tidak ada yang sulit. Kuncinya saya sebagai pemimpin bisa dipercaya,” ujarnya.

Sulmin menyebut, PTNBH bukan hanya soal dana. Ada indikator lain yang dinilai. Mulai dari akademik, percepatan dosen, hingga percepatan publikasi ilmiah. Semua itu sudah dijalani dan benar-benar dipahaminya.

“Selama saya dikelilingi orang-orang hebat, saya tak ragu UPR bisa jadi PTNBH. Jangan sampai menjadi perguruan tinggi binaan,” ujar lulusan S-3 Hokkaido University ini.

Ketika ditanya bagaimana mewujudkan program studi berakreditasi unggul di UPR, yang salah satu syaratnya minimal 50 persen dosennya harus lulusan S-3, Sulmin menyebut sudah memetakan itu. Kondisi setiap program studi tidak sama. Salah satu yang jadi tantangan yakni beberapa prodi di UPR terdapat dosen senior, sehingga rekrutmen dosen muda jadi agak tersendat.

“Bukan UPR yang menyediakan dana dari PNBP untuk mereka sekolah (S-2 dan S-3), tapi dosen yang di-upgrade sehingga bisa memenangkan kompetisi beasiswa, itu yang benar,” ujar Sulmin.

Dikatakannya, pemerintah telah menyediakan dana untuk bantuan beasiswa. Tugasnya jika terpilih jadi rektor adalah menyiapkan dosen-dosen agar siap memenangkan beasiswa itu. Di antaranya kemampuan berbahasa Inggris, networking, dan penelitian.

“Memang akreditasi unggul tidak bisa dicapai sekejap, tapi saya yakin bisa mencapai target akreditasi unggul ini,” tuturnya.

Sementara terkait akreditasi internasional, Sulmin berencana menetapkan prodi yang bisa diusulkan berdasarkan standar internasional.

“Tak mungkin dalam sekejap bisa kita capai, tapi setiap tahun minimal ada satu, kemudian menularkan ke prodi lain, saya yakin akan menggelinding dan dengan sendirinya bertambah,” katanya seraya menambahkan rasa bangga pada kampus menjadi motivasi besar untuk mencapai itu.

Setelah semua program dijalankan, dia manargetkan tahun 2026 nanti UPR menjadi universitas berbasis kunggulan komparatif lokal. Semua yang diajarkan dosen kepada mahasiswa merupakan hasil riset sendiri.

Lantas riset apa yang dimaksud? Menurut Sumin, riset yang mengeskplorasi potensi lokal, baik sains, budaya, seni, dan lainnya. UPR akan terekspose karena banyaknya publikasi. Otomatis dana-dana penelitian akan mudah masuk. Seiring itu, produktivitas hasil penelitian menjadi tinggi. Saat itulah UPR akan disebut universitas riset.

Universitas riset itu artinya dosen lebih banyak belajar bersama mahasiswa sambil melakukan riset. Bukan sebatas belajar di ruang kuliah. Mahasiswa mendapat ilmu dengan mengikuti dosen melakukan penelitian.

“Itu yang saya alami di Jepang. Riset sebagai sarana belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Sulmin juga menyinggung soal program khusus untuk para profesor di UPR. Jika nanti terpilih sebagai rector, ia akan memberikan kepada para profesor otonomi penuh di prodi. Memiliki staf sendiri, punya laboratorium sendiri, dan punya ruang sendiri. Karena menurutnya itulah barometer. Profesor akan dikembalikan sebagai ilmuwan. (sma/ce/ala/ko)

Exit mobile version