Site icon KaltengPos

Komitmen Rudini-Piasal Memajukan Sektor Pariwisata

KUNJUNGI : Calon Bupati Kabupaten Kotim Muhammad Rudini Darwan Ali saat melihat bazar di ikon jelawat, belum lama ini

SAMPIT– Pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Muhammad Rudini Darwan Ali – Paisal Damarsing menyatakan komitmen untuk memajukan sektor pariwisata di Bumi Habaring Hurung. Hal ini juga tertuang dalam salah satu misi yang mereka usung. Yakni pengembangan sektor ekonomi, khususnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Juru Bicara Tim Pemenangan Rudini-Paisal, Dadang Siswanto, mengatakan apabila Rudini-Paisal terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, maka wisata budaya di Kotim bakal mengalami perkembangan signifikan.

“Di bawah kepemimpinan Rudini-Paisal, wisata berbasis budaya akan lebih ditonjolkan, karena budaya merupakan identitas yang harus kita lestarikan,” kata Dadang Siswanto, Selasa (5/11).

Dadang yang juga menjabat sebagai ketua Fraksi PAN ini menyebutkan, Kotim memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan. Seperti wisata bahari, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner dan lainnya. Dalam konteks ini sebenarnya Pemkab Kotim telah memiliki peraturan daerah tentang rencana induk pembangunan pariwisata daerah sampai 2025, dan sudah memuat pemetaan dan cara untuk mengembangkan sektor pariwisata.

Rencana tersebut tentunya menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kotim memiliki potensi yang besar. Namun hingga saat ini potensi itu belum berkembang optimal. Paslon nomor urut tiga itu pun memberikan atensi khusus terhadap potensi ini, sehingga memasukkannya dalam program unggulan.

“Tujuan kami adalah bagaimana untuk mengembangkan dunia pariwisata sehingga bisa memberikan dampak yang signifikan untuk daerah kita, termasuk dalam peningkatan perekonomian masyarakat kita,” ujar Dadang.

Dari banyaknya jenis pariwisata yang bisa dikembangkan di Kotim, pihaknya ingin lebih menonjolkan wisata budaya. Sebab budaya merupakan identitas masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi yang harus dilestarikan.

“Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang memudahkan budaya luar masuk ke Indonesia atau Kotim khususnya, menimbulkan kekhawatiran bahwa budaya asli daerah sendiri bakal tergerus oleh budaya luar atau munculnya tren masa kini,” ucap Dadang.

Dia menyatakan kekhawatiran itu pun semakin jelas ketika berbagai kegiatan kebudayaan di Kotim yang mulai jarang digelar dalam beberapa tahun terakhir.

Sebenarnya banyak cara yang dapat lakukan untuk melestarikan wisata budaya ini. Seperti membentuk desa adat, restorasi rumah betang, dan lainnya. Wisata budaya akan lebih ditonjolkan, di samping pengembangan wisata lainnya.

“Pengembangan sektor pariwisata ini patut mendapat atensi karena bisa berdampak pada banyak hal positif. Di antaranya peningkatan kunjungan wisatawan yang dapat memacu pertumbuhan usaha kuliner, penginapan dan lainnya,” pungkasnya. (bah/ens)

Exit mobile version