PALANGKA RAYA-Pemungutan suara ulang (PSU) pemilihan kepala daerah (pilkada) di Kabupaten Barito Utara (Batara) akan digelar Sabtu (22/3/2025).
Dua tempat pemungutan suara (TPS) di Desa Malawaken dan Kelurahan Melayu akan menggelar coblosan ulang sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) RI.
Sebelumnya, pasangan calon (paslon) H Gogo Purman Jaya-Hendra Nakalelo meraih kemenangan telak di dua TPS tersebut. Lantas, mampukah pasangan Gogo-Helo mempertahankan keunggulan mereka dalam PSU mendatang?
Berdasarkan data C-Hasil KWK-Bupati, pasangan Gogo-Helo unggul di dua TPS tersebut. Di TPS 01 Kelurahan Melayu, pasangan nomor urut 01 ini meraih 281 suara, sedangkan pasangan nomor urut 02, Akhmad Gunadi Nadalsyah-Sastra Jaya (Agi-Saja), mengumpulkan 149 suara.
Pasangan Gogo-Helo juga menang di TPS 04 Desa Malawaken dengan meraup 211 suara, sedangkan Agi-Saja mengoleksi 166 suara.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Batara telah memutuskan pasangan Gogo-Helo sebagai pemenang pilkada dengan raihan 42.310 suara, sedangkan pasangan Agi-Saja mendapat 42.302 suara. Hanya selisih 8 suara.
Hasil ini membuat pasangan Agi-Saja menggugat ke MK, hingga kemudian MK memutuskan menggelar PSU di dua TPS.
Dinamika politik ini mendapat sorotan dari banyak pihak, mengingat selisih suara yang tipis. Tensi politik pun kian memanas beberapa hari terakhir. Mulai dari aksi penggerebekan dugaan politik uang (money politic) hingga aksi massa di depan Kantor Bawaslu Batara.
Melihat dinamika ini, pengamat politik IAIN Palangka Raya Hakim Syah mengatakan, PSU di dua TPS yang akan dilaksanakan setelah putusan MK, bisa saja mengubah perolehan suara kedua paslon.
“Jika mengacu pada basis pemilih, maka ada kemungkinan besar terjadi perubahan suara dari sebelumnya,” kata Hakim Syah, Senin (10/3/2025).
Yang patut menjadi perhatian adalah loyalitas pemilih dan antusiasme pemilih untuk datang ke TPS menggunakan hak pilih.
Menurut Hakim, butuh ikhtiar tersendiri untuk menarik pemilih datang dan menggunakan hak pilih saat hari pelaksanaan PSU nanti.
Jika antusias dan partisipasi pemilih rendah, kemungkinan hasil perolehan suara tidak akan berubah signifikan dan potensi selisih perolehan suara kedua paslon tidak terlalu besar.
“PSU harus dilaksanakan secara fair play, tanpa diwarnai dengan praktik kecurangan demi keberlanjutan pembangunan di Barito Utara lima tahun ke depan. Siapa yang pada akhirnya nanti memenangkan kontestasi elektoral, tentu itulah suara rakyat yang berdaulat,” tegasnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR), Farid Zaky, mengatakan kedua pasangan akan saling mengangamankan posisi.
“Masing-masing masih punya peluang untuk membalikkan keadaan,” ucap Farid.
Ia menilai pasangan Agi-Saja akan kesulitan, karena TPS yang digelar PSU merupakan basis massa pasangan Gogo-Helo. Karena itu, pasangan Agi-Saja harus bekerja keras agar unggul. Menurut Farid, yang akan memainkan pengaruh besar adalah Nadalsyah, karena dinilai mampu membantu putranya untuk menang.
“Tentu dengan selisih suara seperti itu, pasangan Agi-Saja akan all out untuk memenangkan suara di dua TPS itu yang merupakan basis massa pasangan Gogo-Helo. Jadi, paslon yang bisa menang telak pada PSU kali ini, itulah yang akan menang, dengan bayang-bayang money politic yang tentu akan terjadi,” kata Farid.
Lebih lanjut ia mengatakan, pada PSU di Kabupaten Batara akan terjadi politik simbol, apakah rezim baru maupun rezim lama yang akan terus berlanjut.
“Prediksi saya, pasangan Agi-Saja akan unggul dengan kerja keras,” ungkap Farid.
Menurutnya, pasangan Gogo-Helo akan menang jika lapisan masyarakat tidak puas dengan kinerja bupati sebelumnya. Apalagi bertebar isu bahwa Ahmad Gunadi kurang berpengalaman, sehingga pemilih akan berpindah ke pasangan Gogo-Helo.
“Kalau dua isu itu diembuskan, maka PSU kali ini banyak pemilih yang akan menjatuhkan pilihan pada pasangan Gogo-Helo,” tuturnya.
Terpisah, Ricky Zulfauzan selaku pengamat politik dari Universitas Palangka Raya (UPR), mengatakan kondisi saat ini di mana terjadi OTT oleh Gakkumdu atas dugaan money politic, tentu akan menggerus suara paslon yang diduga melakukan tindakan curang itu, jika tidak mampu diantisipasi.
Selain itu, Ricky berpendapat mungkin saja masih ada swing voter yang akan menentukan pilihannnnya pada hari-H nanti. Namun, hal itu tidak banyak, karena perkelompokan masyarakat sudah terjadi.
“Menurut saya sangat kecil kemungkinan swing voter, karena air dan minyak sudah terpisah, sudah ada kelompok masing-masing,” sebutnya. (irj/ce/ala)