Site icon KaltengPos

Menikmati Jadi Pemangkas Rambut di Tengah Kesibukan Kuliah

PEMUDA MANDIRI: Sudah satu tahun lebih Muhammad Riyan Aditya membuka usaha pangkas rambut di Jalan Yos Soedarso, Palangka Raya.

MUHAMAD Riyan Aditya menunjukkan tekad luar biasa dalam menjalani kuliah sambil bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Di tengah kesibukan kuliah, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya ini mengelola usaha pangkas rambut yang diberi nama Ameba Pangkas Rambut.

Usaha mandiri itu dibukanya pada 2023 lalu di Jalan Yos Soedarso. Tak jauh dari kampus terbesar di Kalteng. Dengan jadwal yang padat menimba ilmu di jurusan Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Riyan meluangkan waktu untuk bekerja pada malam hari. Meski saat ini sibuk mengerjakan skripsi, karena sudah menginjak semester sembilan.

“Tidak mudah menjalani dua peran ini, tapi saya cukup menikmati,” ungkapnya.

Keputusannya untuk membuka usaha mandiri karena ia menyadari pentingnya punya kemampuan dan tidak tergantung pada orang lain. Apalagi ketika dihadapkan dengan momen seperti pandemi, yang telah berdampak signifikan pada perekonomian global, termasuk di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Bermodal uang tabungan Rp40 juta hasil bekerja di pangkas rambut sebelumnya, mahasiswa berusia 23 tahun memutuskan membuka usaha sendiri di lingkungan kampus, menyasar mahasiswa yang membutuhkan layanan berkualitas dengan harga terjangkau. Pengalaman kerja sebelumnya memberinya bekal keterampilan dan kepercayaan diri untuk membuka usaha mandiri.

“Saya yakin dengan kemampuan dan pengalaman saya, jadi saya nekat buka usaha pangkas rambut sendiri,” ujar Riyan yang sudah mengenal alat cukur sejak kelas XI sekolah menengah atas (SMA).

Dalam sehari, usaha pangkas rambutnya melayani sekitar 10-15 pelanggan, dengan pendapatan harian Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Omzet bulanannya berkisar Rp6 juta hingga Rp9 juta. Sebagian besar uang itu digunakan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) sebesar Rp1,5 juta per semester serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dan hidup dalam keluarga berekonomi sederhana, Riyan termotivasi untuk membantu perekonomian keluarga. Sang ayah, Abdul Manafiyah, bekerja sebagai sopir angkutan barang di Kumai. Sementara ibunya, Juwariyah, merupakan ibu rumah tangga yang mengidap diabetes, mengurus rumah tangga dengan penuh kasih.

“Saya ingin mandiri dan tidak ingin bergantung pada orang tua, terutama dalam biaya kuliah,” tegasnya.

Selain mengurus kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah, Riyan menyisihkan penghasilannya untuk membantu keluarga di kampung halaman. “Saya berusaha menyisihkan sedikit untuk membantu orang tua dan teman yang membutuhkan bantuan,” ucapnya.

Riyan mengedepankan layanan berkualitas dengan harga terjangkau, terutama bagi mahasiswa. Keahliannya membuat banyak pelanggan tak ingin berpaling. Ia juga punya keinginan memperluas usaha pangkas rambutnya setelah lulus kuliah nanti. Dengan pengetahuan akuntansi syariah yang dipelajarinya, Riyan yakin mampu mengembangkan bisnisnya lebih profesional di masa depan.

“Ini bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang mengembangkan diri dan memperluas jaringan sosial. Tiap pelanggan memberikan wawasan baru bagi saya,” ujarnya.

Melalui usaha dan dedikasinya, Riyan ingin membuktikan bahwa pendidikan bisa berjalan seiring dengan usaha untuk mandiri. Ke depan, ia bercita-cita membuka cabang baru dan mengembangkan bisnis pangkas rambut yang lebih besar.

“Harapan saya sih agar menjadi pria yang mandiri dan berkontribusi membantu perekonomian keluarga,” ungkapnya. (*/ce/ram)

Exit mobile version