PALANGKA RAYA-Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran benar-benar peduli terhadap dunia pendidikan di Bumi Tambun Bungai. Gubernur memberikan beasiswa rutin kepada peserta didik di semua tingkatan hingga perguruan tinggi. Tak hanya sampai di situ, orang nomor satu di Kalteng ini juga mempermudah para guru untuk mendapatkan rumah.
Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024, Sugianto Sabran secara resmi meluncurkan program 1.000 unit Rumah Guru Berkah dengan DP 0%. Launching tersebut dilakukan saat halalbihalal sekaligus ekspos capaian pembangunan periode 2016-2024 di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng, Kamis (2/5).
Gubernur mengatakan, kuota yang disediakan saat ini adalah 1.000 unit rumah subsidi. Jika kuota tersebut telah terpenuhi, maka akan ada penambahan lagi. Untuk menjalankan program tersebut, pemprov bekerja sama dengan Bank Kalteng.
“Subsidi uang muka untuk guru kami siapkan 10 juta per unit rumah, jika dihitung 1.000 guru maka nilainya Rp10 miliar, anggaran telah disiapkan oleh disdik,” ucapnya.
Guru yang akan melakukan akad, tidak perlu lagi membayar down payment (DP) atau uang muka, alias DP nol persen. Namun akan mengajukan kebijakan grace periode selama tiga bulan. Suginato menyebut, program rumah subsidi ini sementara hanya berlaku untuk guru yang berada di bawah naungan Pemprov Kalteng. “Guru SMA, SMK, dan SLB. Yang mana ada yang statusnya GTT, PPPK, dan PNS,” ujarnya.
Pendaftaran untuk program ini bisa diakses melalui website, sehingga dapat di-apply dokumennya secara elektronik tanpa harus mendatangi kantor disdik.
“Telah kami siapkan rumah dengan berbagai tipe, ada tipe 36, 45, dan 54, disesuaikan dengan penghasilan per bulan, silahkan di-apply, ataupun semisal tenaga pendidik itu PPPK tetapi statusnya lulus PPPK suami istri, tidak jadi masalah jika ingin mengajukan tipe yang lebih besar, disesuaikan saja dengan kemampuan keuangan masing-masing,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, penerima bantuan rumah subsidi, Fransusi mengungkapkan rasa senangnya. Ia mengaku telah mengabdi sebagai guru SMA selama 20 tahun. Selama ini ia belum memiliki rumah pribadi. Hanya bisa mengontrak.
“Sebelum saya pindah ke SMA 10 Palangka Raya, saya mengajar di Rakumpit, jaraknya cukup jauh dari kontrakan. Barulah tahun 2014 saya mutasi ke SMA 10, itu pun saya masih mengontrak, belum punya rumah pribadi,” ungkapnya.
Dengan tabungan yang dimiliki, ibu dua anak itu akhirnya mampu membeli tanah dan membangun rumah seadanya. Tidak mengontrak lagi. Dengan begitu bisa mengurangi pengeluaran, sekaligus bisa menabung untuk keperluan lain.
“Kami buat rumah sederhana seperti yang di video tadi, tetapi bersyukurlah sudah punya rumah sendiri, tidak perlu ngontrak lagi. Apalagi sekarang ada program subsidi yang DP nol persen. Mudah-mudahan juga bisa meringankan kami yang belum punya rumah atau yang masih ngontrak. Karena ada banyak guru yang sampai sekarang masih tinggal di rumah dinas karena tidak mampu beli rumah,” tuturnya.
Susi mengatakan, dirinya mendapat informasi perihal program rumah subsidi tersebut dari salah satu rekan.
“Saya diyakinkan waktu itu, katanya siapa tahu ada perbaikan (rehab) yang dibantu oleh pemerintah. Makanya kemari waktu pihak dinas ke rumah saya mau buat video, saya bilang tidak apa, karena memang kenyataannya seperti itu,” katanya.
Wanita berusia 49 tahun itu mengaku masih ragu untuk ikut dalam program bantuan rumah guru itu, karena masih memiliki utang pinjaman dana untuk membeli tanah dan membangun rumah.
“Karena saya sudah punya rumah, mungkin biaya rehab bantuan itu sekitar Rp10 juta ke atas, mungkin nanti 0 persen dari pihak Bank Kalteng atau gimana, belum tahu juga, kan ada kerja sama bank dengan pemerintah. Saya senang karena bunganya ringan, mudah-mudahan juga bunganya tidak berubah ke depannya, mudah-mudahan semuanya sesuai dengan yang dicanangkan,” pungkasnya. (zia/ce/ala)