Site icon KaltengPos

Siapa Saja yang Mau Belajar, Kami Sediakan Alatnya

MEMBATIK: Suasana di lokasi pembuatan batik benang bintik di Jalan Badak XXV, Kelurahan Bukit Tunggal, Selasa (4/7). ARIEF PRATHAMA/KALTENG POS

Bagi Anang dan Paramita (istri), membatik tidak hanya kegiatan bisnis, tetapi juga melestarikan kebudayaan. Pasangan suami istri (pasutri) ini tidak pelit dengan ilmu yang dimiliki. Membolehkan siapa saja untuk belajar seni membatik di rumah produksi batik mereka.

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

TOKO Batik Benang Bintik Paramita terletak di Jalan Badak XXV, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya. Berseberangan langsung dengan rumah produksi batiknya. Anang Rizkianto dan Paramita adalah pasutri yang mengampu langsung bisnis itu di lokasi kediaman mereka. Keduanya telah merintis bisnis kriya batik tersebut sejak 2009 lalu.

Saat dijumpai di rumah produksi batik miliknya, Selasa (4/6), Anang tengah asyik mengecek proses produksi batik. Berkeliling dari satu bagian ke bagian lainnya sembari mengecek proses kerja kreatif dari 15 karyawannya. Itulah rutinitas yang dilakukannya bersama sang istri selama waktu produksi. Produksi batik dilakukan dari Senin hingga Sabtu, pukul 08.00 – 15.00 WIB.

Di antara 15 karyawan itu, ada yang tengah menggambar motif batik menggunakan pensil di atas kain putih untuk membuat pola dasar, tahap awal membatik. Ada yang mempertebal garis di atas pola dasar motif batik. Ada juga yang mewarnai motif dari pola dasar yang telah dipertegas itu. Setelah proses itu, tinggal menjemur hingga kering. Itulah proses dalam yang dilalui dalam pembuatan batik tulis.

Pria kelahiran 1978 itu mengatakan, rumah produksi batik yang diampunya memproduksi dua jenis batik, yakni batik tulis dan batik cetak. Untuk pembuatan batik tulis, kata Anang, prosesnya lebih panjang daripada membuat batik cetak.

“Pembuatan batik tulis lebih lama prosesnya, karena harus diawali dengan menggambar pola di atas kain terlebih dahulu, kalau batik cetak tinggal mencetak pola di atas kain menggunakan cetakan, sehingga prosesnya lebih singkat,” terang Anang kepada Kalteng Pos di sela-sela kesibukannya mengecek proses produksi.

Batik yang disediakan di toko dikhususkan untuk yang bermotif khas Kalimantan Tengah (Kalteng) saja. Ada batik benang bintik, batik batang garing, dan batik burung tingang. Namun tidak tertutup kemungkinan membuat pola batik lainnya, tergantung selera pemesan.

“Inspirasi untuk motif batik hampir semuanya berdasarkan kearifan budaya setempat. Kami biasa menggunakan batik dari kain katun, kain dobi, kain katun jepang, dan kain primis, motifnya khusus Kalteng,” tuturnya.

Toko Batik Benang Bintik Paramita memang selalu ramai dikunjungi pembeli. Saban hari, tak kurang 5-10 orang menyambangi tokonya untuk melihat langsung hasil produk. Ada yang langsung membeli. Ada pula yang memesan tertentu terlebih dahulu sesuai selera motifnya.

“Pembeli masih terbatas dalam wilayah Kalteng, kebanyakan yang beli dari Palangka Raya. Biasanya pembeli dari kantor pemerintah untuk acara formal atau untuk acara-acara pernikahan,” tuturnya.

Harga kain batik pada setiap jenisnya cukup bervariasi. Pria anak tiga itu menyebut, harga produk batik dipatok dari Rp165 ribu hingga Rp1,2 juta. Yang membedakan adalah kerumitan motif produk.

“Yang membedakan mahal tidaknya tergantung apakah produknya berupa batik cetak atau batik tulis, plus kerumitan motif, desain, dan bahannya. Paling mahal tentunya batik tulis, karena proses pengolahannya cukup rumit,” tuturnya.

Anang mengaku tidak terlalu menghitung omzet penjualan secara mendetail. Namun tiap bulannya, laba kotor yang didapatkan mencapai kurang lebih Rp100 juta.

“Kami sudah merintis usaha ini sejak 2009 di Gang Bethel selama enam tahun dengan menyewa rumah, tahun 2014 baru pindah ke sini, sebelum punya usaha sendiri, kami ikut kerja dengan orang,” ungkapnya.

Sejauh ini pemasaran produk hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut dan event-event pameran yang digelar pemerintah daerah melalui Dekranasda. “Dari pemerintah kami dibantu untuk ikut pameran-pameran, sehingga sangat membantu dalam upaya pemasaran produk,” ucapnya.

Citra batik, tidak bisa tidak, selalu melekat dengan kebudayaan bangsa. Batik merupakan kearifan budaya milik Indonesia. Karena pamor batik yang melekat dengan kebudayaan itulah, bagi pria asal Pekalongan ini, perlu dilestarikan. Khususnya batik-batik dengan pola yang menampilkan ciri khas daerah tertentu.

“Kami ingin melestarikan budaya membatik ini, khususnya batik-batik dengan motif khas Kalteng,” ujarnya.

Sejalan dengan keinginan melestarikan kebudayaan membatik, Anang dan istri tidak pelit ilmu. Kerap kali mereka diundang untuk mengisi seminar, workshop, dan pelatihan membatik. Tak hanya itu, mereka juga membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang ingin belajar membatik di rumah produksi Batik Benang Bintik Paramita.

“Baru-baru ini kami diundang ke lapas perempuan untuk mengajar membatik. Kalau ada yang mau belajar, kami siap untuk mengajarkan, kemarin saya barusan dari Sukamara memberikan pelatihan membatik. Siapa saja boleh belajar membatik, kami akan bantu sediakan alat dan lain-lain,” ujarnya.

Anang dan istrinya punya keinginan membangun tempat pelatihan membatik di samping rumah sekaligus toko mereka. “Siapa saja yang mau belajar, nanti kami sediakan alatnya. Sejauh ini sudah banyak yang datang ke toko kami, mulai dari kalangan mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum,” tutupnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version