Site icon KaltengPos

Meski Punya Lapak Sederhana, Hari-Hari Mereka Tetap Bahagia

MAHASISWA KREATIF: Dimas dan Lisa memperlihatkan bunga-bunga segar di lapak dagang mereka.

NAMA Tinkerlflow terinspirasi dari peri Tinkerbell. ‘Tinker’ diambil dari nama peri, sedangkan ‘flow’ berarti bunga.

“Nama itu seakan kami adalah peri bunga yang membawa kebahagiaan,” ucap Siti Nurhaliza sambil terkekeh.

Tinkerlflow merupakan sebuah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Palangka Raya. Memanfaatkan peluang berjualan bunga segar di pinggir jalan dan car free day (CFD). Usaha ini didirikan oleh Siti Nurhaliza dan Dimas Aryarafi sejak Februari 2024.

Mereka biasa berjualan di depan TVRI Kalteng, samping Hotel Dandang Tingang, tiap Jumat-Minggu pukul 16.00-20.00 WIB. Sementara, saat car free daya (CFD) di Bundaran Besar Minggu pagi, Tinkerlflow pun hadir.

“Saya berharap usaha ini bisa memberikan kebahagiaan dan memperbaiki suasana hati para pembeli,” kata Lisa, sapaan akrab Siti Nurhaliza, kepada Kalteng Pos beberapa hari lalu.

Bunga yang dijual antara lain bunga matahari, pikok, krisan, gerbera, dan mawar. Jika ada permintaan khusus, mereka berdua menyediakan bunga impor, seperti bunga lily, baby’s breath, dan tulip. “Bunga impor membutuhkan perawatan ekstra, jadi harganya lumayan mahal,” tutur gadis penggemar warna merah muda itu.

Dimas menambahkan, bunga lily menjadi yang termahal dengan harga jual Rp80–Rp90 ribu per tangkai. Sementara bunga pikok paling laris dan dijual dengan harga Rp5.000 per tangkai.

“Untuk harga buketnya mulai dari Rp30 ribu hingga Rp1 juta,” beber Lisa, yang juga penggemar kuliner mi ayam.

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) ini menyebut bahwa stok bunga dipasok dari Pulau Jawa dan diimpor dari luar negeri. Keuntungan dari penjualan bunga digunakan untuk mengembangkan usaha toko florist yang estetik.

Gadis yang pernah berjualan jajanan dan menjadi reseller skincare ini, mengungkapkan impiannya untuk membuka workshop mandiri dan toko bunga permanen, serta terus berinovasi agar stan florist mereka menarik di mata pelanggan. Meski memiliki rencana membuka toko, mereka tetap akan berjualan di pinggir jalan.

Lisa, perempuan kelahiran Palangka Raya dan penyuka drama Korea, mengaku belajar mengelola bunga dari video florist lain dan mengikuti workshop online dari florist Yogyakarta. “Kami merasa cocok bekerja sebagai florist, meski dengan lapak sederhana, karena pekerjaan ini membuat kami merasa lebih bahagia,” kata Lisa.

Ada pembagian tugas yang jelas di Tinkerlflow. Lisa bertanggung jawab sebagai admin, konten kreator, merangkai bunga, dan mengatur pengiriman. Sementara, Dimas bertugas merangkai bunga, mengolah pesanan, dan merawat bunga.

Dimas Aryarafi, yang juga pemilik usaha ini, menceritakan bahwa tantangan awal yang mereka hadapi adalah keterbatasan dana. Meski mereka mengestimasi modal awal sebesar Rp800 ribu, kenyataannya uang yang dikeluarkan lebih dari itu. Selain itu, masalah tempat berjualan di CFD juga sempat menjadi kendala.

Tinkerlflow tidak memiliki target khusus untuk pembeli. Jadi, cocok untuk semua kalangan. “Sebagian besar pembeli justru orang tua, karena bunga biasanya diletakkan di vas untuk meja makan atau ruang tamu,” ujar pemuda berusia 22 tahun ini.

Lisa menambahkan, merawat bunga memerlukan perhatian khusus. Ketahanan bunga bergantung pada suhu ruangan dan udara. “Air di vas harus diganti tiap hari dan ujung tangkai dipotong miring agar dapat menyerap air baru,” tuturnya. (ce/ram)

Exit mobile version