PALANGKA RAYA-Meski diperkirakan pada bulan Juni ini wilayah Kalteng mulai memasuki musim kemarau, tetapi curah hujan yang tinggi masih terjadi di beberapa daerah. Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalteng, musim kemarau akan terjadi secara bertahap di beberapa daerah. Musim kemarau sepenuhnya akan terjadi pada bulan Juli dasarian tiga.
Prakirawan BMKG Kalteng Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Lian Andriani mengungkapkan, dalam sepekan ke depan hujan masih terjadi di beberapa wilayah Kalteng, khususnya Kalteng bagian utara, tengah, dan selatan.
“Terutama di wilayah utara, potensi hujannya cukup tinggi, demikian pula untuk wilayah tengah dan selatan,” beber Lian kepada Kalteng Pos, Rabu (7/6).
Wilayah utara Kalteng meliputi Gunung Mas dan Katingan bagian utara. Adapun saat ini wilayah yang mulai mengalami penurunan curah hujan adalah bagian tengah dan selatan.
“Wilayah bagian tengah hingga selatan, mencakup Kota Palangka Raya, Pulang Pisau, Kapuas, Katingan bagian selatan, dan wilayah-wilayah pesisir, diprediksi curah hujannya akan menurun,” beber Lian.
Ia menambahkan, musim kemarau akan terjadi secara berangsur di wilayah Kalteng sejak pertengahan Juni. Tidak serentak terjadi pada waktu yang bersamaan. Ada beberapa wilayah yang masih turun hujan, meski berangsur dimulainya musim kemarau.
“Belum semua wilayah masuk musim kemarau, ada wilayah yang baru memasuki kemarau pertengahan Juni, ada yang akhir Juni, ada juga yang awal Juli, jadi tidak serentak,” tambahnya.
Pertengahan Juni ini, sebut Lian, wilayah-wilayah yang akan memasuki musim kemarau berdasarkan prediksi pihaknya mencakup Kalteng bagian tengah, bagian timur, dan sebagian daerah di bagian selatan.
“Seperti di Kota Palangka Raya, Katingan bagian tengah, Kapuas bagian tengah, Barito Timur, sebagian wilayah Barito Selatan, Kotawaringin Timur bagian selatan, Seruyan bagian selatan, Kotawaringin Barat bagian selatan, dan Sukamara bagian selatan,” bebernya.
Awal musim kemarau terjadi secara berangsur. Dimulai sejak pertengahan Juni, lalu meluas ke wilayah Kalteng bagian tenggara pada akhir Juni, seperti Kapuas bagian selatan dan Pulpis bagian selatan.
“Kemudian yang terakhir memasuki musim kemarau atau pada awal Juli diperkirakan wilayah Kalteng bagian utara dan timur seperti Barito Utara dan sebagian wilayah Barito Selatan. Jadi tiap wilayah itu berbeda. Bisa dibilang awal musim kemarau terjadi dari Juni pertengahan hingga Juli pertengahan,” ujarnya.
Lian mengatakan, pada Juli akhir hingga awal Agustus, semua daerah di Kalteng diperkirakan telah memasuki musim kemarau.
“Mulai akhir Juli hingga Agustus dan berlanjut hingga September, semua daerah di Kalteng diperkirakan telah memasuki musim kemarau, sementara puncak musim kemarau tiap wilayah berbeda-beda, tetapi sebagian besar daerah akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan Juli,” tandasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, Ahmad Toyib menyebut, dalam menghadapi potensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau tahun ini, pihaknya telah membangun 35 pos lapangan (poslap) yang tersebar se-Kalteng.
“35 poslap itu kami siapkan untuk mempermudah koordinasi dengan petugas lapangan agar selalu terkoneksi. Selain bertugas memantau titik-titik rawan kebakaran, petugas di poslap juga menjalankan peran edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat setempat terkait pencegahan dan penanggulangan karhutla,” ujar Toyib kepada Kalteng Pos via sambungan telepon, Kamis (8/6).
Toyib mengatakan, upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla ke depannya dilakukan melalui koordinasi bersama jajaran terkait, baik di lingkup provinsi, kabupaten/kota, serta komunitas yang memiliki misi mencegah dan menanggulangi karhutla.
“Selama dua minggu ke belakang, titik api dan kejadian kebakaran lahan di beberapa kabupaten dan kota lumayan meningkat jumlahnya, terutama di Palangka Raya, Kotim, dan Kobar,” bebernya.
Pihaknya juga terus menyiagakan personel dan mengingatkan petugas BPBD tingkat kabupaten/kota beserta jajaran, dinas kehutanan beserta jajaran, Manggala Agni, MPA, dan pihak terkait lainnya agar terus bersiaga mencegah dan menanggulangi karhutla di daerah masing-masing.
Sejauh ini, lanjut Toyib, karhutla sudah banyak terjadi di wilayah Palangka Raya, Sukamara, Kobar, Kotim, Lamandau, dan Katingan. “Daerah-daerah tersebut yang langganan karhutla sejak dua minggu ke belakang,” tambahnya.
Dalam menghadapi kemarau yang diprediksi akan terjadi akhir Juli nanti, tutur Toyib, sesuai dengan tupoksi, pihaknya akan memaksimalkan peran 35 poslap yang telah diaktifkan tersebut, terkoordinasi dan terkoneksi melalui grup WhatsApp.
“Karena mereka (poslap, red) tiap hari melakukan patroli sekaligus sosialisasi, selain itu mereka juga dapat melakukan tindakan reaksi cepat karhutla di lapangan, kami dari BPBPK Kalteng tentu akan memaksimalkan 35 poslap itu,” katanya.
Berdasarkan data BPBPK Kalteng, 35 poslap tersebar di delapan daerah se-Kalteng. Mencakup Kobar, Kotim, Kapuas, Barsel, Katingan, Sukamara, Pulpis, dan Palangka Raya.
Ditanya terkait poslap di daerah lainnya, Toyib mengatakan, sejauh ini yang sudah mengusulkan hanya daerah-daerah tersebut.
“Mengenai usulan-usulan dari daerah lainnya, sejauh ini masih kami tampung, kalau memungkinkan secara aturan, nanti kami usulkan poslap baru melalui dana BTT,” tandasnya. (dan/ce/ala)