Festival Budaya Isen Mulang Digelar Kembali Tahun Ini
PALANGKA RAYA-Seiring melandainya kasus Covid-19 dan meratanya masyarakat yang divaksin, pemerintah provinsi memutuskan untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-65 semeriah mungkin. Bakal ada banyak event yang digelar untuk memeriahkan hari jadi Bumi Tambun Bungai ini.
Puncak peringatan HUT Kalteng akan digelar 23 Mei mendatang. Namun beberapa rangkaian kegiatan akan dilaksanakan terlebih dahulu semeriah mungkin. Di antaranya yakni Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) dan Kalteng Expo, yang dalam dua tahun terakhir ditiadakan karena kondisi pandemi. Tahun ini dua event itu akan digelar kembali. Kerinduan masyarakat untuk menyaksikan olahraga tradisional dan pameran di Kalteng Expo bisa terobati tahun ini.
Kamis (12/5), Pemprov Kalteng sudah me-launching logo HUT ke-65. Logo ini tak sekadar ada untuk memeriahkan HUT Kalteng, tapi memiliki makna mendalam.
“Kami sudah me-launching logo HUT ke-65 Provinsi Kalteng, kami ingin sampaikan kepada masyarakat bahwa ini merupakan hasil dari pada pembangunan yang sudah dilaksanakan selama ini,” kata Asisten Setda Kalteng Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Katma F Dirun saat dibincangi di Kantor Gubernur Kalteng, kemarin.
Ia menyebut, logo HUT ke-65 Provinsi Kalteng mengandung makna semangat masyarakat Kalteng dalam membangun Bumi Tambun Bungai ini, dalam rangka mewujudkan Kalteng berAKHLAK penuh keBERKAHan.
“Masyarakat cukup antusias dalam rangka memperingati dan menyemarakkan HUT ke-65 Kalteng ini,” katanya.
Saat ini banyak yang sudah mendaftar untuk mengambil bagian dalam berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka memeriahkan peringatan HUT ke-65 ini. Momentum perayaan hari jadi Provinsi Kalteng ini menjadi pelepas rindu bersama masyarakat, sekaligus dilaksanakan hasupa hasundau.
“Rangkaian perayaan HUT ke-65 Kalteng ini sebagai ajang silaturahmi, apalagi masih dalam momentum bulan syawal Idulfitri,” pungkasnya.
Rangkaian HUT Kalteng ini dimeriahkan dengan berbagai perlombaan olahraga tradisional yang digelar 17-22 Mei.
Kota Palangka Raya sebagai tuan rumah siap merebut juara umum dari belasan nomor lomba olahraga tradisional. Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Palangka Raya Supriyanto.
“Kawan-kawan peserta yang akan mewakili Palangka Raya sudah membuat persiapan jauh-jauh hari sebelumnya. Kami optimistis mampu merebut juara umum nanti,” ucap Supriyanto, Rabu (11/5).
Ia mengatakan, ada 75 peserta dari kontingen Palangka Raya, termasuk pelatih dan pendamping. Pesertanya berasal dari sejumlah kalangan, seperti pelajar, pegiat budaya, dan lainnya.
“Kontingen Palangka Raya akan mengikuti 10 cabang lomba dari 17 cabang yang diperlombakan,” bebernya.
Dikatakannya, tidak ada latihan terpusat untuk peserta lomba. Proses peatihan diserahkan sepenuhnya kepada tim pendamping dan pelatih.
Terpisah, salah satu pegiat budaya sekaligus atlet manyipet dari kontingen Kota Palangka Raya, Bambang mengatakan bahwa pada perhelatan kali ini, targetnya adalah meraih poin maksimal supaya bisa merebut juara umum, sehingga nantinya bisa diutus untuk mengikuti perlombaan tingkat nasional.
“Kami akan memaksimalkan latihan supaya meraih poin penuh di kejuaraan FBIM kali ini,” ucapnya saat ditemui di halaman Museum Balanga, Kamis (12/5).
Meski usianya tak muda lagi, Bambang mengaku masih semangat memainkan alat tradisional itu. Ia juga mengajak sanak saudaranya untuk tetap melestarikan. Ia mengaku bangga bisa mempertahankan budaya manyipet yang saat ini hanya segelintir orang saja yang bisa memainkannya, terutama di kalangan anak muda. Menurutnya, tidak semua orang bisa memainkan alat tradisional ini karena pipa sumpit. Tidak semua orang mau memiliki dan membelinya.
Sementara itu, Agustin salah satu anak didik Bambang yang bakal ikut dalam perlombaan manyipet nanti, mengaku sudah mulai menyukai manyipet sejak duduk di bangku kelas 2 SMP.
“Ketika kelas 2 SMP, saya diajak paman untuk latihan. Sejak saat itu saya mulai sering memainkan alat tersebut,” ucap remaja berusia 17 tahun ini.
Menurutnya, jarang ia menemukan anak seusianya yang menyukai menyipet atau bisa memainkan alat tersebut. “Sudah jarang sih mas, bahkan teman-teman kurang berminat waktu diajak untuk memainkan alat ini,” tuturnya. (abw/*irj/uni/ce/ala/ko)