Site icon KaltengPos

Ratusan Desa di Kalteng Terdampak Banjir, Warga Mulai Mengungsi

  BANTU KORBAN BANJIR: Kapolsek Aruta Ipda Agung (kanan) bersama jajaran menggendong anak kecil di tengah kepungan banjir di Desa Nanga Mua, Kecamatan Arut Utara, Sabtu (15/10). FOTO: POLSEK UNTUK KALTENG POS

PALANGKA RAYA-Tingginya intensitas hujan sepekan terakhir mengakibatkan ratusan desa di sembilan kabupaten/kota terendam banjir. Kondisi tersebut membuat puluhan ribu warga dilanda kecemasan. Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi bahwa wilayah Kalteng masih akan dilanda hujan selama beberapa hari ke depan. Banjir diperkiraan terus meluas. Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, debit air di beberapa wilayah sedang mengalami peningkatan.

Berdasarkan data yang dirilis BPBPK Kalteng pada Minggu (16/10), sembilan kabupaten/kota dikepung banjir. Satu kabupaten telah berstatus tanggap darurat, yakni Kotawaringin Timur (Kotim). Ketinggian banjir di Kotim lebih dari satu meter. Dampak banjir di sembilan daerah tersebut menyebabkan 132 desa/kelurahan terendam.

Parahnya, banjir di Kotim menyebabkan jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Tualan Hulu, tepatnya di Desa Tanjung Jorong putus akibat disapu arus air yang deras.

“Ketinggian air meningkat kembali hingga mencapai lebih satu meter, sehingga jembatan penghubung antardesa yang berada di Desa Tanjung Jorong putus karena arus air sangat deras,” kata Camat Tualan Hulu Admadisastra, Sabtu (15/10).

Ia menyebut, banjir juga masih melanda wilayah Desa Merah. Debit air mencapai 1,2 meter. Diprediksi ketinggian air terus meningkat, karena hujan yang masih terus terjadi dalam beberapa hari dengan durasi cukup lama.

“Kami berharap cuaca segera membaik agar air tidak meningkat maupun meluas ke desa lain, kami juga terus berkoordinasi dengan kepala desa, meminta mereka terus memantau kondisi banjir di wilayah masing-masing,” ujar Admadisastra.

Ditambahkannya, ada empat desa yang masih dilanda banjir. Meliputi Desa Tumbang Mujam, Merah, Luwuk Sampun, dan Tanjong Jorong.

“Bantuan dari pemerintah terus mengalir, tapi kami juga berharap ada bantuan dari pihak perusahan, karena masyarakat di empat desa ini sudah hampir sebulan tidak bisa beraktivitas karena banjir,” sebutnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Rihel menyebut, karena curah hujan yang cukup tinggi, pihaknya memutuskan memperpanjang status tanggap darurat banjir untuk kedua kalinya.

”Saat ini masih ada puluhan desa yang terendam banjir, sehingga kami memperpanjang lagi status tanggap darurat selama 14 hari, mulai tanggal 3 sampai 17 Oktober, selama banjir belum surut, status tanggap akan terus diperpanjang,” tutupnya.

Bergeser ke Kotawaringin Barat (Kobar), banjir juga terus meluas di wilayah Kecamatan Arut Utara, Arut Selatan, dan Kumai. Kenaikan debit air cukup signifikan. Tim BPBD sudah diterjunkan ke lokasi untuk memberi bantuan dan mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati.

Kapolres Kobar AKBP Bayu Wicaksono melalui Kapolsek Aruta Ipda Agung mengatakan, banjir di Desa Nanga Mua mengakibatkan 20 rumah terdampak. Ketinggian air sudah mencapai pinggang orang dewasa. Untuk itu pihaknya bersama dinas terkait mengambil tindakan cepat untuk mengevakuasi warga ke lokasi yang lebih aman.

“Kami imbau warga untuk mengungsi, menghindari ancaman banjir susulan, kami juga menyerahkan bantuan sosial untuk warga,” ucap Ipda Agung.

Kepala Dinas PUPR Kobar Hasyim Muallim menyebut, intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini membuat wilayah Kobar dikepung banjir. Pihaknya sudah mulai mengambil langkah untuk antisipasi banjir tahunan yang terjadi. Mengingat beberapa ruas jalan dalam kota mulai tergenang banjir, diduga akibat mampetnya drainase. Tentunya ada program penanganan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk upaya jangka pendek, pihaknya melakukan pembersihan saluran atau drainase yang tersumbat akibat kotoran atau sampah. Satgas diturunkan ke lapangan untuk pembersihan parit atau drainase.

“Kami juga akan melakukan normalisasi sungai atau parit yang menuju Tembaga Bu’un dan Bamban.  Lalu untuk penanganan jangka panjang, PUPR akan membuat kolam retensi sebagai penampung air saat debit air meningkat,” bebernya.

Sementara itu, banjir yang terjadi di Kabupaten Lamandau kian parah. Puncaknya pada Minggu (16/10). Terpantau banjir merendam hampir seluruh kecamatan yang ada di kabupaten burjuluk Bumi Bahaun Bakuba ini. Lebih dari 207 jiwa terpaksa mengungsi akibat banjir yang melanda 7 kecamatan. Banjir kali ini dipicu oleh hujan dengan turun dengan intensitas tinggi dalam beberapa hari terakhir, hingga mengakibatkan Sungai Lamandau meluap.

Ketinggian air yang merendam 7 kecamatan berbeda-beda. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau, hingga Minggu (16/10) pukul 16.30 WIB, tercatat banjir masih menggenangi beberapa wilayah hulu hingga dalam Kota Nanga Bulik, dengan tinggi muka air antara 10 cm hingga 150 cm.

BPBD Lamandau mencatat ada 7 kecamatan terdampak banjir. Yakni Kecamatan Delang, Kecamatan Lamandau, Kecamatan Batang Kawa, Kecamatan Bulik, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Sematu Jaya, dan Kecamatan Bulik Timur.

“Banjir merendam 35 desa dan 3 kelurahan di 7 kecamatan. Sebanyak 91 fasilitas umum dan 7 fasilitas sosial ikut terendam,” beber Plt Kepala Pelaksana BPBD Lamandau, Ray Paskan.

Banjir kali ini juga mengakibatkan 2.946 unit rumah terendam. “Hingga saat ini total ada 9.740 jiwa dari 3.238 kepala keluarga terdampak, sedangkan yang mengungsi sejumlah 53 kepala keluarga atau 207 jiwa,” jelasnya.

Bupati Lamandau H Hendra Lesmana mengatakan, terkait bencana banjir ini, pemerintah kabupaten bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti TNI, Polri, dinas terkait, sukarelawan, dan masyarakat untuk upaya penanganan darurat dengan menyalurkan bantuan sembako.

“Total lebih dari seribuan paket bantuan sudah disalurkan ke sejumlah titik untuk membantu kebutuhan warga yang rumahnya terendam banjir,” kata Bupati Hendra.

Sebagai bentuk antisipasi, sejak jauh-jauh hari pemerintah daerah juga telah mendirikan tenda darurat (posko) yang tersebar di sejumlah titik. Juga ada upaya evakuasi ke rumah-rumah warga. “Tim akan disiagakan terus untuk memantau ketinggian air, termasuk melakukan evakuasi ke rumah-rumah warga,” sebutnya.

Terpisah, Kepala BPBPK Kalteng Falery Tuwan mengatakan, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Kalteng diakibatkan intensitas curah hujan yang tinggi belakangan, sebagaimana prediksi pihak BMKG yang menyebut musim hujan datang lebih awal.

“Kemarin sempat menyurut (banjir), jadi tinggal tiga kabupaten, terus hujan lagi mulai dua hari yang lalu dengan intensitas cukup tinggi, sehingga jumlah kabupaten yang terendam banjir bertambah jadi sembilan,” ucap Falery Tuwan kepada Kalteng Pos, Minggu (16/10).

Terkait upaya pihaknya, Falery mengatakan, petugas BPBD di tiap kabupaten/kota telah dalam posisi siaga untuk upaya penanggulangan, seperti penyediaan lokasi evakuasi. “Petugas kami di tiap kabupaten sudah ready semua, kami berkoordinasi dengan TNI, Polri, Satpol PP, dan dinas kesehatan sehingga sarana dan peralatan pun sudah disiagakan semua, termasuk tenda-tenda dan dapur umum,” tuturnya.

Pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap waspada dengan keadaan atau kemungkinan terjadinya banjir susulan. “tetap waspada, perhatikan ramalan cuaca dan peringatan-peringatan dini, jika butuh evakuasi, segera hubungi petugas terdekat, kami selalu siaga di tiap kabupaten,” tandasnya.

Prakirawan Kantor BMKG Kota Palangka Raya Alfandy mengatakan, dalam tiga hari hingga seminggu ke depan, wilayah Kalteng masih berpotensi turun hujan, khususnya daerah-daerah yang berdasarkan data BPBD Provinsi Kalteng telah direndam banjir.

“Terutama untuk wilayah Kalteng bagian barat seperti Lamandau, Sukamara, Kobar, juga Kalteng bagian utara seperti Katingan, Gumas bagian utara, dan Kotim, kemungkinan masih turun hujan dengan intensitas sedang,” bebernya kepada Kalteng Pos, Minggu (16/10).

Terkait kondisi ibu kota provinsi, yang mana satu kelurahan dan satu kecamatan sudah tergenang banjir, diakuinya bahwa dalam satu minggu terakhir turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, karena Kota Palangka Raya berada di wilayah aliran sungai dan sering mendapatkan banjir kiriman dari wilayah hulu. (bah/dan/son/lan/ce/ala)

Exit mobile version