Site icon KaltengPos

Belasan Tahun Menanti, Akhirnya Bisa ke Tanah Suci 

ANTUSIAS IKUTI PEMBEKALAN: Calon jemaah haji Kalteng saat mengikuti manasik haji di Masjid Al Falah, Jalan Tjilik Riwut Km 1, Palangka Raya, Rabu (17/5). ARIEF PRATHAMA/KALTENG POS

Setelah urusan pelunasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (Bipih) diselesaikan, persiapan pemberangkatan jemaah haji Kalteng terus dimatangkan. Jemaah yang masuk dalam kuota pemberangkatan tahun ini mulai mengikuti manasik haji. Berikut cerita beberapa jemaah yang tak henti-hentinya bersyukur setelah dipanggil menunaikan ibadah haji.  

 

DHEA UMILATI-ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

 

LABBAIK allahumma labbaik, labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak. Lantunan talbiyah berkumandang di Masjid Al Falah, Jalan Tjilik Riwut Km 1, Palangka Raya, Rabu (17/5). Sebanyak 120 orang tampak bersemangat melantunkan talbiyah. Mereka merupakan calon jemaah haji yang sedang mengikuti manasik haji.

Salah satu jemaah haji bernama Sarah cukup antusias mengikuti rangkaian manasik haji. Ia mengaku pengetahuan hajinya bertambah setelah mengikuti rangkaian bimbingan manasik haji sejak 11 Mei lalu. “Saya baru dapat pengetahuan tentang haji setelah mengikuti rangkaian kegiatan manasik,” ucap Sarah kepada wartawan, kemarin.

Sarah sangat bersyukur dengan adanya panggilan haji ini, berbarengan dengan ibunya. Setelah belasan tahun menanti, akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam kelima, yakni ibadah haji. Sarah yang merupakan pedagang kelapa ini mengaku sudah mulai menyetor biaya haji sejak 13 tahun lalu.

Di tempat yang sama, Abdul Ghafar yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) mengatakan sudah mendaftar haji sejak tahun 2010. Seharusnya, ia berangkat haji pada 2020 lalu. Namun karena saat itu sedang dilanda pandemi Covid-19, maka tahun itu hanya menjadi jemaah cadangan, dan baru bisa berangkat tahun ini.

“Kalau saya tinggal menunggu panggilan saja, karena sudah lunas dari awal mendaftar, kami berharap untuk kemaksimalan ibadah haji para jemaah yang berangkat, semoga fasilitas dan pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan jemaah,” tuturnya.

Sementara itu, 120 calon jemaah haji mengikuti rangkaian pembimbingan manasik haji yang difasilitasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jekan Raya. Kegiatan tersebut dimulai sejak Kamis (11/5) hingga Kamis (18/5). Jemaah yang mengikuti manasik kali ini terdiri dari 114 jemaah dari wilayah KUA Jekan Raya, 2 orang dari Kecamatan Bukit Batu, dan 4 orang dari Kabupaten Gunung Mas (Gumas).

“Tahun ini kami melaksanakan manasik haji selama delapan hari, tahun lalu dilaksanakan empat hari, karena tahun ini sudah sangat memungkinkan orang berkumpul, maka kami laksanakan delapan hari,” kata Kepala KUA Jekan Raya Mahmud melalui Penyuluh Agama Mujibah, saat dibincangi di sela-sela kegiatan.

Pelaksanaan manasik haji kali ini menghadirkan delapan narasumber yang memiliki sertifikat pembimbing manasik haji. Pelatihan yang diberikan sesuai dengan petunjuk teknis dan silabus. Mulai dari pemberian materi terkait haji hingga praktiknya.

“Materi haji yang diberikan seperti etika haji, budaya Arab Saudi, kesehatan haji, fiqih untuk ibadah selama penerbangan, wajib haji, rukun haji, dan lainnya,” ucapnya.

Praktik haji meliputi pemakaian ihram, thawaf, sai, hingga melontar jumrah.

Mahmud menyebut, tahun ini jemaah haji didominasi jemaah berusia lanjut. Jemaah tertua di wilayah KUA Jekan Raya berusia 80 tahun dengan jumlah tiga orang.

“Sesuai silabus, memang ada bimbingan untuk jemaah haji lansia, melalui manasik haji ini kami ajarkan itu,” ungkapnya.

Manasik haji menjadi hal penting bagi calon jemaah haji, sebagai persiapan sebelum melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci. Melalui manasik haji, calon jemaah haji akan mengetahui gambaran umum pelaksanaan haji, baik materi hingga praktiknya.

“Seperti kita ketahui, untuk mendaftar haji harus melalui masa tunggu yang cukup lama dan biaya yang mahal. Jangan sampai ibadah haji sia-sia. Jangan sampai saat pelaksanaan nanti, jemaah tidak tahu apa-apa, karena jemaah haji dituntut untuk mandiri, mereka harus mengetahui apa yang harus dilakukan selama ibadah haji,” jelasnya. (*/ce/ala)

Exit mobile version