Kalteng Pecahkan Rekor MURI
PALANGKA RAYA-Seperti pada minggu-minggu sebelumnya, masyarakat antusias berkumpul di Bundaran Besar, Kota Palangka Raya untuk menikmati car free day (CFD). Minggu (22/5), pengunjung makin membeludak di area CFD. Ya, karena kemarin dilaksanakan pemecahan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) mangenta dengan peserta terbanyak, bagian dari rangkaian Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) untuk memeriahkan peringatan HUT ke-65 Provinsi Kalteng.
Masyarakat maupun para peserta pemecahan rekor MURI berbondong-bondong datang ke Bundaran Besar. Sejak subuh sudah dipenuhi ribuan peserta. Masing-masing tim sudah menyiapkan peralatan untuk pengolahan kenta.
Kenta merupakan salah satu makanan tradisional khas masyarakat Dayak Kalteng yang saat ini tergolong langka. Sehingga diperlukan upaya-upaya konkret untuk memperkenalkan makanan lokal ini kepada masyarakat luas, sekaligus sebagai bagian dari pelestarian budaya.
Kebiasaan membuat kenta terkait erat dengan aktivitas agraris masyarakat Dayak, dengan bahan baku utamanya adalah ketan. Ketan ditanam bersamaan dengan padi, tapi dengan luas lahan lebih kecil dalam satu hamparan ladang. Pembuatan kenta seringkali dilakukan bersamaan dengan panen padi, dan dihidangkan kepada warga yang membantu proses panen sebagai manifestasi dari praktik gotong royong.
Pembuatan kenta tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Hanya orang-orang tertentu saja. Oleh karena itu, sebagai penutup rangkaian FBIM Kalteng tahun ini, diadakan pemecahan rekor MURI mangenta dengan peserta terbanyak. Tercatat sebanyak 1.304 ikut terlibat sebagai peserta dalam kegiatan ini.
Proses pengolahan kenta dimulai dengan menyangrai gabah ketan. Kemudian menumbuk gabah pada lesung dengan menggunakan alu. Lalu dilanjutkan dengan proses pemilahan kulit dengan menggunakan tampah.
Pemecahan rekor MURI ini dibuka secara langsung oleh Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran. Gubernur menyebut bahwa animo masyarakat sangat besar dalam menyambut HUT ke-65 Provinsi Kalteng. Terbukti dengan padatnya masyarakat di Bundaran Besar, Palangka Raya untuk menyaksikan pemecahan rekor MURI mangenta.
“Kalteng ini memiliki budaya gotong royong. Dengan adanya pemecahan rekor MURI mangenta ini, kami berharap kekayaan budaya Kalteng tetap terjaga, karena ini sudah mengakar sejak zaman leluhur,” ucapnya.
Usai acara, Senior Manager MURI Awan Rahargo menyerahkan piagam MURI kepada perwakilan Pemerintah Provinsi Kalteng, diterima oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kalteng Leonard S Ampung.
Dalam momen itu, Awan Rahargo mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi pemecahan rekor MURI mangenta dengan peserta terbanyak ini, dalam rangka pelestarian budaya Kalteng. Sesuai kriteria MURI, peserta minimal berjumlah 500 orang.
“Saya sempat berbincang dengan para peserta, banyak dari mereka yang juga baru mengetahui cara membuat kenta, selama ini mereka hanya memakan saja,” ucapnya.
Karena itu, pemecahan rekor MURI mangenta ini menjadi salah satu wujud upaya pelestarian budaya yang sudah seharunya dirawat dan dilestarikan. Untuk itu MURI hadir dan mempersembahkan penghargaan pemecahan rekor MURI.
“Proses pembuatan mangenta ini tidak semua orang bisa, untuk itu MURI akan mencatatnya sebagai pemecahan rekor,” tegas Awan.
Pihaknya berharap mangenta ini tetap menjadi warisan budaya yang semestinya dijaga oleh generasi muda sebagai penerus. “Proses mangenta ini memang terlihat sederhana, tapi jangan salah bahwa mungkin ada teknik ataupun pemilihan yang memang hanya mereka yang tahu, inilah yang luar biasa dan jadi keunikan Indonesia,” beber Awan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Adiah Chandra Sari mengatakan, tiap tahun selalu ada lomba mangenta pada rangkaian FBIM. Namun hanya diikuti oleh kabupaten/kota.
“Kami melihat bahwa kenta ini makanan khas Kalteng, tidak banyak yang mengenal itu, maka kami ingin angkat dan memperkenalkan kepada masyarakat luas,” kata Adiah.
Pada pemecahan rekor MURI kemarin, pihaknya juga mengundang chef hotel berbintang di Kota Palangka Raya. “Semoga saja nantinya kenta bisa menjadi salah satu camilan yang disajikan di hotel-hotel yang ada di Kalteng ini,” katanya.
Ada harapan kenta ini tidak hanya dinikmati dengan citarasa original. Para chef dan pelaku usaha kuliner bisa mengembangkan kreativitas dan berinovasi untuk membuat varian baru kenta.
“Bisa berupa kenta cokelat keju, kenta kacang, atau sebagainya, tapi tetap menggunakan bahan dasar kenta, sehingga suatu waktu kenta juga bisa menjadi makanan moderen yang disukai oleh banyak orang,” pungkasnya. (abw/dha/b5/ce/ram/ko)