Site icon KaltengPos

Kampung Santallar Benteng Pejuang dan Tempat Dakwah (

BERSEJARAH: Warga menunjukkan Makam Rangga Niti yang mendakwahkan Islam di Kelurahan Montallat II, Kabupaten Barito Utara, Jumat (24/3/2023). FOTO: ROBY CAHYADI/KALTENG POS

Ajaran R Aji Sulaiman dan Rangga Niti membuat penduduk Kampung Santallar disegani, karena dianggap berilmu tinggi di bidang agama. Tak heran pengikut R Aji Sulaiman semakin banyak.

ROBY CAHYADI, Muara Teweh

RADEN Aji Sulaiman pernah menuntut ilmu Islam kepada seorang ulama besar, Syeh Muhammad Arsyad Albanjari yang terkenal dengan kitab Sabilal Muhtadin. Menurut cerita warga, kedatangan R Aji Sulaiman yang belakangan disebut Syaid Sulaiman di Kampung Santallar, karena bersembunyi dari kejaran serdadu Belanda yang ingin menangkapnya.

Penyebabnya, R Aji Sulaiman telah membunuh seorang antek Belanda di Jembatan Pasar Arba Kalua Kalimantan Selatan (Kalsel). Hal ini disampaikan R Aji Sulaiman kepada penghulu Busama yang  berada di Kampung Santallar.

Sejak tahun 1814 itulah R Aji Sulaiman menetap di Kampung Santallar, kemudian mengajarkan Islam yaitu ilmu tauhid, fiqih dan membaca Alquran. Termasuk ilmu kanuragan kepada penduduk Santallar. Karena itu, banyak yang menjadi pengikut R Aji Sulaiman, menjadikannya panutan dan pemimpin agama. Ia mempersatukan penduduk Kampung Santallar dalam ukhuwah Islamiyah.

Mardiansyah, Ketua Pengurus Masjid Jami Annur Kelurahan Montallat, Jumat (24/3) menuturkan, R Aji Sulaiman ketika itu bekerjasama dengan Busaman dan Pembakal Jinu yang menikah dengan perempuan mualaf keturunan Mut Timang Tuha, lalu tinggal di rumah Betang.

Sekitar tahun 1830, datang ke Kampung Santallar seorang pemuda berkebangsaan Hindustan, bernama Rangga Niti, lalu menetap di kampung. Dia memeluk agama Islam dan pernah menuntut ilmu kepada Syeh Muhammad Arsyad Albanjari. Rangga Niti pergi dari kesulatan Banjar dan bertemu dengan R Aji Sulaiman.

“Rangga Niti tinggal di Rumah Betang Pembakal Jinu, selanjutnya bergabung dengan R Aji Sulaiman menyiarkan Islam kepada penduduk,” ujar Mardi, Sapaan akrab Mardiansyah. Aji Sulaiman menjadi imam Masjid Nurul Yaqin sekaligus mengajarkan ilmu kepahlawanan untuk membela tanah pegustian.

Pembakal Jinu meninggal tahun 1841, kemudian diangkat Pembakal Darma untuk menggantikan. Karena ajaran R Aji Sulaiman dan Rangga Niti membuat penduduk Kampung Santallar disegani, karena dianggap berilmu tinggi di bidang agama.

Suatu ketika Rangga Niti menunjukkan kesaktian, sehingga mendapat julukan Panglima Kumis Baja. Demikian pula R Aji Sulaiman diketahui memiliki keilmuan dan karomah sehingga dijuluki Panglima Sakti Jaya. Sulaiman beristrikan seorang muslim di Kampung Santallar. Dia dirakarunia dua putra dan tiga putri.

Mardiansyah, Ketua Pengurus Masjid Jami Annur Kelurahan Montallat termasuk keturunan keempat dari R Aji Sulaiman. Anak perempuannya bernama Nyai Zariah dijodohkan dengan pemuda bernama Muhammad Tarai yang berjuluk Panglima Salimbada.

Diutarakan Mardi, R Aji Sulaiman diketahui pernah membantu perjuangan Pangeran Antasari mendirikan benteng di Gunung Tongka. Disitulah R Aji Sulaiman beserta pejuang lokal dari Santallar mempersiapkan diri dengan sebutan pasukan siluman.

Belanda menyerang Benteng Tongka melewati Sungai Santallar, sehingga terjadi pertempuran antara pasukan Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati di benteng tersebut. Dalam pertempuran itu, komandan pasukan Belanda tewas, sehingga serdadu penjajah marah dan menembak membabibuta.

Ketika hari mulai senja, turunlah hujan lebat, sehingga pertempuran dihentikan. Pada esok harinya, Belanda menyerang benteng lagi, namun sudah tidak ada satu orangpun pasukan Antasari yang berada di sana. Belanda pun membakar benteng dan melakukan pengejaran.

Keterangan Mardi diperkuat oleh Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Barito Tengah. KPHP telah mengunjungi situs di kawasan hutan Desa Tongka. Di daerah tersebut terdapat bekas benteng Bungut Inai. “Di benteng pertahanan warga saat melawan Belanda dikenal dengan sebutan Perang Tongka terjadi pada tahun 1861,” ungkap Bahrudinsyah, Kepala KPHP Barito Tengah kepada media beberapa waktu lalu.

Saat pengejaran Antasari, serdadu Belanda diserang pasukan siluman dibawa pimpinan R Aji Sulaiman. Serdadu penjajah dikepung ke lembah Datai Layo. Di situlah sebanyak 60 serdadu Belanda dinyatakan hilang setelah diserang pasukan R Aji Sulaiman. Sebagai tanda, salah seorang anggota pasukan R Aji Sulaiman bernama Panglima Batu Amping menanam enam pohon madu atau jalemu di sekitar kejadian. (bersambung/ala)

 

 

 

 

Exit mobile version