Rabu, November 6, 2024
23.7 C
Palangkaraya
- Advertisement -spot_img
- Mobile -spot_img

TAG

menapaktilasi

Panglima Batur Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional

Tidak terasa, catatan Kalteng Pos menapaktilasi jejak perjuangan tokoh Islam di tanah Barito memasuki edisi terakhir. Diawali dengan syiar Islam ulama Ya’far Siddik di Kampung Santalar, dan ditutup dengan ulasan terkait proses pengusulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional.

Pemkab Batara Peduli terhadap Keturunan Panglima Batur

Keturunan Panglima Batur yang masih hidup hingga kini yakni Muhammad Yusuf. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas kontribusi sang panglima yang telah memimpin perjuangan masyarakat melawan penjajah hingga wafat, keturunannya yang selama ini menetap di Anjir Barunai, direlokasi ke Muara Teweh.

Panglima Batur Ditangkap saat Berunding dengan Belanda

Sekitar 116 tahun silam, Panglima Batur dijatuhi hukuman gantung oleh pihak Belanda. Panglima Batur dinyatakan sebagai pemberontak paling dicari kala itu. Pejuang di tanah Barito ini ditangkap ketika memenuhi panggilan penjajah untuk berunding di Muara Teweh.    

Jalankan Perintah Sultan, Inisiasi Pertemuan Kalang Kaloh 1902

Panglima Batur memimpin pasukan Tanah Pagustian menyerang Benteng Rakit Montallat. Dalam penyerangan itu, Panglima Batur dibantu Panglima Kumis Baja, Haji Muhammad Amin, dan rakyat Montallat. Benteng dikepung selama empat hari empat malam.

Panglima Batur Perkuat Benteng Baras Kuning

Panglima Batur bin Barui merupakan putra dusun yang lahir pada tahun 1852 di Desa Buntok Kecil, Kabupaten Barito Utara (Batara). Batur beragama Islam dan sangat taat menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Ayahanda bernama Barui, dari Suku Bakumpai, keturunan orang hulu Benteng Bahandang Balau.

Panglima Batur Lanjutkan Perlawanan terhadap Belanda

Sekitar empat tahun lamanya, terhitung sejak 1902 hingga 1906, Panglima Batur mencatatkan sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda. Ia meneruskan perjuangan Pangeran Antasari, Temanggung Surapati, dan Sultan Muhammad Seman.

Pertahankan Agama dan Tanah Kelahiran dari Jajahan Belanda

Sultan Muhammad Seman tak hanya dikenal sebagai pahlawan yang mempertahankan tanah Kalimantan dari penjajah Belanda, tetapi juga pahlawan agama yang mempertahankan agama Islam di daerah aliran sungai (DAS) Barito pada abad ke-18.

Muhammad Seman Meneruskan Perjuangan Ayah Mengusir Penjajah

Perjuangan menggempur para serdadu Belanda di tanah Barito terus berlanjut. Setelah Pangeran Antasari dan pejuang lainnya wafat, perlawanan dilanjutkan oleh tokoh Islam berdarah Dayak, Muhammad Seman. Putra dari Pangeran Antasari ini bersama rakyat terus bertempur dengan pasukan penjajah. 

Ratu Zaleha, Memimpin Perempuan Dayak Berperang Melawan Belanda

Nama Panglima Batur, Tumenggung Mangkusari, dan Tumenggung Surapati merupakan sederet nama pejuang yang memimpin pertempuran melawan serdadu Belanda saat Perang Barito. Selain nama-nama itu, ternyata ada juga pejuang perempuan yang dengan gagah berani ikut berperang melawan penjajah. Salah satunya adalah Ratu Zaleha.    

Peziarah Datu Mangkomot Datang dari Berbagai Penjuru Kalimantan

Datu Malik bin Karma dan Datu Sura bin Karma atau yang dikenal dengan Datu Mangkomot memiliki peran besar dalam syiar Islam di tanah Barito sekitar abad ke-18. Sampai saat ini, kecintaan masyarakat Barito terhadap Datu Mangkomot tidak pernah pudar. Makam keduanya yang terletak di Desa Benangin I selalu ramai dikunjungi peziarah.

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
/