PALANGKA RAYA-Banjir yang menggenangi jalur Bukit Rawi masih tinggi. Kemacetan lalu lintas dan antrean panjang kendaraan masih terjadi di jalan trans Kalimantan poros tengah penghubung ibu kota provinsi dengan daerah Barito dan Gunung Mas (Gumas) tersebut. Masyarakat yang berencana melakukan perjalanan melewati jalur Bukit Rawi diingatkan untuk menunda sementara rencana perjalanan.
“Melihat kondisi banjir yang masih tinggi, sebaiknya masyarakat yang berencana melakukan perjalanan melalui jalur tersebut (Bukit Rawi) bisa melalui rute lain atau menunda sementara perjalanan,” kata Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Kalteng pada Kementerian PUPR Hardi Siahaan kepada Kalteng Pos, kemarin (13/9).
Sosialisasi dan informasi mengenai kondisi jalur Bukit Rawi, lanjut Hardi Siahaan, selalu disampaikan kepada masyarakat. Pengguna jalan diminta untuk tetap berhati-hati.
“Banjirnya masih tinggi karena air lagi naik, upaya yang bisa dilakukan saat ini adalah bersinergi dengan petugas kepolisian untuk melakukan pengaturan lalu lintas di lokasi,” ujar Hardi.
Menurut Hardi, pihaknya terus memberikan support di lapangan untuk perlengkapan dan lainnya yang dibutuhkan, seperti patok-patok, alat berat, rambu-rambu, dan posko.
“Posko masih ada sampai sekarang, di mana ada petugas dari pihak terkait seperti polres, BNPB, dan BPBD. Kelotok-kelotok yang stand by untuk mengangkut speda motor diimbau untuk teratur agar tidak terjadi kemacetan,” tegasnya.
Sementara itu, terkait pengerjaan pile slab, Hardi menyebut, sejauh ini terus dipacu pengerjaannya meski sedang banjir. Ke depan, kata Hardi, kondisi air di jalur Bukit Rawi sudah surut, pihaknya akan melakukan penambahan sumber daya manusia untuk memacu penyelesaian pekerjaan.
“SDM yang akan ditambahkan nanti seperti tenaga kerja, tim kerja, dan lainnya yang dibutuhkan. Termasuk peralatan yang dibutuhkan nanti di lapangan. Progres yang berjalan saat ini masih berkisar 60 persen dan akan terus dipacu agar bisa segera rampung,” tuturnya.
Hardi menyebut, banjir yang terjadi tak dapat dihindari karena merupakan banjir kawasan. “Kalau dari saluran jalan mungkin kita bisa atasi dengan menaikkan badan jalannya. Kalau terjadi banjir, maka tidak dapat dihindari kemacetan lalu lintas, karena badan jalan terendam air. Kami juga menyediakan rambu-rambu dan bekerja sama dengan polisi maupun pihak lain untuk mengatur lalu lintas,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa apabila pile slab sudah fungsional, maka persoalan banjir sudah bisa diatasi. “Sekali lagi kami mengingatkan masyarakat untuk hati-hati saat melintas di ruas jalan yang digenangi air, karena rata-rata kondisi aspalnya rusak akibat sering tergenang air. Kami memastikan akan tetap melakukan penanganan. Karena itu sangat diharapkan kesabaran masyarakat,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Kalteng H Shalahuddin mengatakan bahwa sesuai arahan Gubernur H Sugianto Sabran, pihaknya terus melakukan koordinasi bersama Balai Jalan dan pihak terkait lainnya agar pengerjaan pile slab bisa secepatnya diselesaikan.
Menurutnya, keberadaan ruas jalan Bukit Rawi sangat strategis, karena menghubungkan ibu kota provinsi dengan sejumlah kabupaten seperti Gunung Mas, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, dan Murung Raya.
”Artinya ruas jalan itu penting untuk diperhatikan, karena menghubungkan sejumkah kabupaten dan dua provinsi lainnya. Semoga dengan pengerjaan yang terus dikebut, persoalan (banjir, red) yang selama ini dirasakan bisa teratasi dengan adanya jembatan gantung ini,” ucapnya.
Ditambahkannya, apabila nanti pembangunan pile slab telah diselesaikan, maka dipastikan arus lalu lintas tetap lancar meski saat musim hujan. Jarak tempuh pun dipersingkat. Juga dapat meningkatkan dan membangkitkan perekonomian masyarakat di daerah sekitar.
“Selama ini masih sering terjadi banjir saat musim hujan, lalu lintas jadi terganggu. Kalau jembatan layang itu selesai pembangunannya, maka tidak ada lagi hambatan di ruas jalan itu, sekalipun saat musim hujan,” pungkasnya.
13 Kelurahan Palangka Raya Terdampak Banjir
Sementara itu, titik banjir di Kota Palangka Raya bertambah. Seperti yang terjadi di Kelurahan Kalampangan. Kondisi banjir dilaporlan terjadi kemarin pagi dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kota Palangka Raya Emy Abriyani mengatakan, banjir di Kalampangan baru terjadi. Sementara di daerah lain seperti Kelurahan Palangka, tepatnya di Jalan Mendawai, air sudah mulai surut sekitar 10 hingga 15 cm.
“Ada penambahan titik lokasi banjir yakni di Kelurahan Kalampangan, tapi di Jalan Mendawai sudah mulai surut,” katanya saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Senin (13/9).
Diungkapkannya, saat ini tercatat ada 13 kelurahan di ibu kota provinsi ini yang terdampak bencana banjir. Emy menyebut, banjir yang terjadi ini sebagai dampak dari banjir yang terjadi di wilayah hulu seperti Katingan dan Gunung Mas (Gumas). Begitupun banjir yang saat ini menggenangi Kelurahan Kalampangan merupakan kiriman dari Kelurahan Bereng Bengkel dan Kameloh Baru.
“Banjir di ibu kota ini kiriman dari hulu ke hilir, jadi kalau di hulunya banjir, maka dampakknya wilayah hilir juga banjir,” tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, daerah-daerah yang terletak di bantaran sungai berpotensi terendam air luapan sungai. Pihaknya berharap lima hari ke depan banjir yang terjad di sejumlah kelurahan itu surut.
“Saat ini kami sudah mendirikan posko, melayani kesehatan, mendirikan dapur umum, dan membantu mobilitas masyarakar, saat ini banyak juga warga yang meminta bantuan mengamankan barang-barang elektronik,” pungkasnya.
Kondisi banjir yang melanda beberapa titik di Kota Palangka Raya membuat kegiatan masyarakat terganggu. Contohnya, ketika ada warga yang meninggal dunia di daerah banjir. Ambulans yang digunakan untuk membawa jenazah tidak bisa mengantar sampai ke rumah duka. Terpaksa petugas dari TNI-Polri, BPBD, dan relawasan ERP bersama warga menerobos banjir menggunakan mobil pikap.
Babinsa Kelurahan Palangka Serda Sunardi yang turut membantu membawa jenazah menuju ambulans mengaku mendapat informasi bahwa warga bernama Syahruddin (44) meninggal dunia akibat sakit.
“Setelah dapat informasi, saya bersama rekan relawan, BPBD, hingga kepolisian langsung bergegas ke rumah duka, sekaligus membantu mengantar jenazah menuju ambulans. Namun karena area yang dilalui masih banjir, ambulans tidak bisa ke lokasi, akhirnya bersama warga kami membawa jenazah menggunakan mobil pikap,” ucapnya.
Sementara itu, menurut penuturan Hidayati, suaminya meninggal karena menderita asam lambung beberapa hari belakangan. Dinyatakan meninggal dunia pada pukup 12.00 WIB. Rencananya jenazah akan dibawa ke Banjarmasin.
“Iya, sudah lama sakit asam lambung, tadi siang meninggal dan mau dimakamkan di Anjir, Banjarmasin, jenazah diantar dulu ke rumah keluarga di sana,” tutupnya.
Terjunkan Petugas Medis untuk Pengobatan Korban Banjir
Masih tingginya banjir di Kota Palangka Raya membuat dinas kesehatan (Dinkes) mengambil kebijakan menerjunkan sejumlah tenaga medis untuk memberi pelayanan kesehatan kepada warga terdampak banjir di kompleks Mendawai dan Jalan Anoi, Keluraham Palangka. Pelayanan kesehatan bagi warga terdampak banjir itu dilakukan oleh petugas medis dari Puskesmas Bukit Hindu .
Menurut Koordinator Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Indayati Dewi S.Kep yang diwawancarai Kalteng Pos, kemarin (13/9), sudah dua hari pihaknya membuka posko pelayanan kesehatan untuk korban banjir di wilayah tersebut. Sejauh ini pihaknya telah memberi pengobatan kepada 83 orang warga.
“Hari ini (kemarin, red) dari pukul 08.00 WIB sampai 12.00 WIB cuma ada 13 orang, hari sebelumnya yang banyak, sekitar 71 orang,” ujar Indayati yang ditemui di tenda Posko BNPB di muara Jalan Arut, Kota Palangka Raya.
Berdasarkan keterangan Indayati, sebagian besar warga korban banjir yang ditangani oleh petugas kesehatan mengeluh gatal-gatal atau alergi dan diare .
“Gatal-gatal itu keluhan sakit yang umum saat terjadi banjir,” kata Indayati sembari menambahkan bahwa ada juga warga yang datang untuk mengobati hipertensi dan keluhan badan lemas.
Menurut perawat yang juga seorang surveilance kesehatan ini, penyakit gatal-gatal dan alergi yang dikeluhkan warga korban banjir kemungkinan timbul karena warga terpaksa menggunakan air banjir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan cuci.
“Saat banjir seperti ini, air yang ada sudah tentu tercemar, karena tercampur dari segala penjuru, diduga air banjir ini digunakan warga untuk mandi, makanya timbul penyakit itu,” ucapnya.
Indayati mengaku sempat mendengar keluhan dari warga terkait kesulitan mendapat air bersih di saat banjir. “Memang mereka ada mengeluh kurangnya air bersih, jadi efek dari banjir ini muncullah gatal-gatal pada kulit,” tambahnya.
Ia mengatakan, petugas kesehatan dari Puskesmas Pahandut akan terus melakukan pemantauan kesehatan terhadap warga di kompleks Mendawai yang saat ini sedang menghadapi banjir. (abw/ena/sja/ce/ala)