PALANGKA RAYA-Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Kalteng kali ini tidak biasanya. Disebut-sebut terparah dari banjir yang pernah melanda pada tahun-tahun sebelumnya. Bencana ini menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat turun langsung ke Bumi Tambun Bungai untuk menganalisis pemicu bencana musiman ini.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengunjungi Kalteng untuk meninjau secara langsung kondisi bencana alam dan juga masyarakat yang berdampak. Pada Sabtu sore (20/11), Kepala BNPB Suharyanto bersama Gubernur Kalteng H Sugianto Sabaran melaksanakan rapat koordinasi membahas terkait penanganan bencana banjir di Kalteng, di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur Kalteng.
Kemudian pada Minggu (21/11), Kepala BNPB Pusat bersama jajaran Pemprov Kalteng dan Pemerintah Kota Palangka Raya melaksanakan kunjungan ke beberapa titik lokasi banjir. Pihaknya berharap dalam seminggu ke depan tidak turun hujan agar genangan air bisa segera surut.
Suharyanto menilai langkah jangka pendek yang dilaksanakan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdampak banjir sudah tepat. Yakni menyalurkan bantuan berupa makanan maupun logistik lainnya. Tentu saja upaya tidak cukup dengan hal itu. Juga harus dilakukan antisipasi ke depan serta menggali penyebab utama terjadinya banjir, di samping faktor curah hujan yang tinggi.
“Memang saya melihat ada banyak warga yang tinggal di daerah yang sejajar dengan sungai atau berada di titik rendah,” katanya.
Suharyanto menyebut, di samping faktor cuaca, bencana ini juga dimungkinkan karena ada kerusakan hutan di wilayah hulu. Perihal ini harus dikaji secara komprehensif oleh pemerintah daerah maupun BNPB. Sebagai tindak lanjut rencana kajian itu, pihaknya akan menurunkan tim untuk mengetahui secara pasti penyebab terjadinya bencana banjir ini. Ia memastikan tim pusat ini akan secepatnya diturunkan.
“Dari hasil analisis itu nantinya akan dirumuskan langkah-langkah tepat dan komprehensif dengan sasaran jangka menengah, minimal pada akhir 2022 tidak terjadi lagi banjir seperti ini, karena diperkirakan saat itu curah hujannya sama dengan saat ini,” beber dia.
Tak perlu ada saling menyalahkan soal bencana banjir ini. Seharusnya bersama-sama bertanggung jawab, menemukan solusi untuk mengatasi masalah banjir ini agar tidak terulang lagi.
“Karena banjir ini permasalahnya sangat kompleks, maka tidak perlu saling menyalahkan,” tegasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Erlin Hardi mengatakan, kabupaten/kota yang telah melaporkan ke provinsi soal penetapan status tanggap darurat bencana banjir meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kotawaringin Timur, dan Katingan.
“Sementara Kabupaten Kapuas sudah menetapkan status tanggap darurat, tapi belum melaporkan secara tertulis ke provinsi,” katanya.
Ia menyebut bahwa status siaga darurat adalah keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya informasi peningkatan ancaman, berdasarkan sistem peringatan dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan terjadi di masyarakat. Sedangkan tanggap darurat bencana adalah kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban serta pemulihan prasarana dan sarana.
“Hingga saat Pemprov Kalteng memang belum menetapkan status tanggap darurat, karena banjir ini biasanya akan surut hanya hitungan hari, tapi akan terus dievaluasi ke depan, jika memang tidak perlu, maka provinsi tidak akan menetapkan status tanggap darurat bencana banjir,” pungkasnya.
Waspada Melintasi Jalur Tumbang Nusa, Pengendara Minibus Jangan Nekat
Bencana banjir terjadi hampir di seluruh wilayah Kalteng. Lalu lintas di jalur trans Kalimantan, Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren, Kecamatan Pulang Pisau (Pulpis) lebih dari sepekan ini tersendat. Kendaraan roda dua terpaksa menyewa jasa penyeberangan menggunakan perahu tradisional (kelotok) untuk bisa melewati lokasi banjir.
Kemarin (21/11), di lokasi banjir jalan trans Kalimantan Palangka Raya-Banjarmasin, tak jauh dari Jembatan Tumbang Nusa, sejumlah kendaraan roda empat dan lebih mencoba menerobos banjir dengan kedalaman sekitar 79 cm. Namun, untuk kendaraan roda dua belum bisa. Harus menggunakan jasa penyeberangan melintas. Namun sebagian pengemudi yang tak mau mengambil risiko, memilih menyewa jasa derek mobil maupun menyewa jasa tarik menggunaan kendaraan besar.
Kasatlantas Polres Pulang Pisau AKP Winaryo mengatakan, debit air masih di sekitar angka 79 cm. Hanya turun sekitar 5 cm lebih. Ia memastikan bahwa lokasi banjir itu belum bisa dilewati oleh mobil minibus berukuran kecil. Yang bisa hanyalah kendaraan berukuran besar dan sedang.
“Pantauan kami, arus lalu lintas cukup padat di akhir pekan, kami juga mengimbau kepada pengemudi mobil berukuran kecil seperti jenis sedan, Agya, hingga Mobilio agar jangan paksa untuk melintas, karena rawan mogok saat melewati genangan air yang cukup dalam, nantinya berimbas pada kemacetan lalu lintas,” bebernya.
Demi kelancaran arus lalu lintas, pihak Satlantas Polres Pulpis juga menyiagakan personel di titik lokasi banjir, guna melakukan pengaturan lalu lintas dengan sistem buka tutup, agar tidak terjadi penumpukan kendaraan dan menyebabkan kemacetan panjang.
“Kami beri imbauan kepada pengendara supaya berhati-hati saat melintas dan tidak memaksakan kendaraan, karena ada banyak yang terjebak saat melintas,” tuturnya.
Sementara itu, tak sedikit warga di sekitar lokasi banjir mewarkan jasa untuk menyeberangkan kendaraan roda dua, menggunakan perahu tradisional yang dimodifikasi agar bisa mengangkut hingga 3 kendaraan sekali berangkat. Pengendara roda dua harus mengeluarkan biaya tambahan mulai dari Rp15 ribu hingga Rp30 ribu rupiah.
Sedangkan untuk pengemudi mobil yang ragu-ragu menerobos banjir, ditawarkan jasa menarik kendaraan supaya tak hanyut saat melintas. Ongkosnya sekitar Rp30 ribu. Sedangkan untuk sewa jasa angkut derek dikenakan tarif hingga Rp300 ribu rupiah. Walau lebih mahal biayanya, tapi kendaraan dipastikan aman.
Banjir Belum Surut, Harga Pangan Mulai Mahal
Bencana banjir berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat. Terlebih ketika akses yang menghubungkan Kalteng dan Kalsel,tepatnya Desa Tumbang Nusa ikut terdampak banjir kiriman. Distribusi barang-barang pun jadi tersendat. Alhasil, harga kebutuhan sehari-hari merangkat naik atau lebih mahal dari biasanya. Berdasarkan pantauan Kalteng Pos pada pasar tradisional di Kota Palangka Raya, Minggu (21/11), harga sejumlah kebutuhan pokok mulai naik. Kenaikan paling tinggi pada sayuran.
“Melonjak pak, mahal semua,” kata Mama Noor, salah satu pedagang sayur di Pasar Besar Palangka Raya.
Menurut Mama Noor, harga yang paling mahal saat ini pada komoditas terung dan sayur manis. “Biasanya sayur manis itu paling mahal Rp7 ribu atau Rp8 ribu, sekarang ini sampai Rp25 ribu satu ikatnya,” ujar perempuan yang mengaku sudah lebih 25 tahun berjualan sayuran di kompleks Pasar Besar.
Dikatakannya lagi, harga terung dan kacang panjang juga mengalami kenaikan. Saat ini dijual Rp25 ribu seikat. “Harga sayuran lainnya juga mahal, seperti bawang prei sekarang Rp50 ribu satu kilogram, daun sop Rp60 ribu seikat,” tambahnya.
Menurutnya, penyebab utama naiknya harga jual sayuran karena sulitnya mendapatkan pasokan. Banjir menjadi salah satu penyebab utamanya. “Jadi orang enggak bisa nanam, tanaman pada mati semua,” ungkapnya.
Pedagang sayur di Palangka Raya umumnya menerima pasokan dari wilayah Banjarmasin. Namun saat ini tersendat karena banjir di jalur trans Kalimantan. “Kalaupun ada yang datang, harganya mahal,” ujar warga Kereng Bangkirai ini.
“Mudah-mudahan cepat normal lagi, jadi yang jual dan yang beli sama-sama nyaman, pada enggak mengeluh lagi,” harapnya.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas daging ras potong. Harga jual normal ayam ras potong per kilogram berkisar Rp32 ribu hingga Rp33 ribu. Namun kini naik menjadi Rp35 ribu per kilogram. “Kemungkinan besok (Senin hari ini ) bisa naik lagi,” ujar Hisniah, pedagang ayam di Pasar besar.
Salah satu alasan kenaikan harga jual karena adanya musibah banjir saat ini. “Masalah transportasi, mobil pengangkut enggak bisa nyebrang dari sana,” kata Hosniah yang mengaku sering mendapat pasokan ayam dari wilayah Pulang Pisau dan Banjarmasin.
Kenaikan juga terjadi pada bahan sembako, seperti gula dan minyak goreng. HM Abu Bakar Sutran selaku pemilik Toko Sumber Sehat di Pasar Besar mengatakan, harga jual bahan kebutuhan pokok dalam beberapa hari terakhir ini terus mengalami kenaikan. “Semua barang pokok sekarang naik,” ujarnya.
Abu Bakar juga membenarkan bahwa kenaikan harga ini disebabkan sulitnya pasokan barang akibat banjir yang melanda jalur trans Kalimantan.
“Susah lah karena akses jalan juga gak bisa (dilewati) karena banjir,” ujar pria yang mengaku sudah puluhan tahun berdagang di Pasar Besar ini.
Dikatakan Abu bakar, kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan pokok seperti tepung, gula, dan beras bervariasi. Mulai dari Rp1.000-Rp1.500 per kilogram. “Minyak goreng yang paling tinggi ya, sekarang naiknya hampir Rp5.000-Rp7.000 per dus,” tutupnya. (abw/ena/sja/ce/ala)