Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Pemprov Kalteng) terus berusaha untuk mewujudkan peningkatan pelayanan kesehatan di Bumi Tambun Bungai. Seperti upaya peningkatan pelayanan di Rumah Sakit dr Doris Sylvanus (RSDS) Palangka Raya yang menjadi pusat penelitian penyakit jantung di Kalteng.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
HINGGA kini penyakit jantung masih menempati posisi teratas penyakit yang paling banyak ditangani di RSDS Palangka Raya. Karena itu, pelayanan penanganan jantung dinilai krusial. Beberapa langkah dan persiapan sudah dilakukan oleh Pemprov Kalteng. Rabu (22/12), Gubernur H Sugianto Sabran menghadiri dialog bersama pihak Direktorat Jenderal (Ditjen) Pelayanan Kesehatan (Yankes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan pengampu rumah sakit jantung rujukan nasional RS Jantung Harapan Kita di Aula Jayang Tingang Kantor, Gubernur Kalteng.
“Hari ini (kemarin, red) kami melaksanakan rapat sekaligus diskusi dengan pihak Ditjen Yankes Kemenkes RI dan pihak RS Jantung Harapan Kita, bersama-sama kami membahas mengenai bedah jantung terbuka,” kata Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran saat diwawancarai usai kegiatan.
Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran mengatakan, pihaknya berharap pada 2023 nanti RSDS Palangka Raya dapat melakukan bedah jantung terbuka. Tentunya sumber daya manusia (SDM) harus tersedia. Untuk itu pihaknya akan menyekolahkan dokter spesialis maupun konsultan.
“Jika nanti RSDS Palangka Raya sudah bisa melaksanakan bedah jantung terbuka, maka tidak ada lagi masyarakat Kalteng penderita jantung berobat di luar Kalteng,” katanya kepada awak media.
Ia menyebut, selama ini masyarakat Kalteng yang ingin mengobati sakit jantung harus ke Kalsel atau Pulau Jawa. Untuk itu pihaknya meminta dukungan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, sehingga bisa mewujudkan rencana ini.
“Kami siap membelanjakan APBD untuk pelayanan kepada masyarakat Kalteng,” tegas gubernur.
Sementara itu, Direktur RSDS Palangka Raya drg Yayu Indriaty mengatakan, dialog bersama pemerintah pusat itu diikuti oleh 75 tenaga kesehatan dari RSDS Palangka Raya maupun rumah sakit lain. Terdiri dari berbagai unsur. Mengikuti kegiatan ini untuk mendukung program peningkatan sumber daya kesehatan dan program utama rencana strategis RSDS.
Ia mengatakan, sejak 2016 lalu pihaknya sudah melakukan jantung intervensi, tetapi belum terbuka. Kini RSDS sedang menuju ke sana (bedah terbuka, red). “Mudah-mudahan pada 2023 atau 2024 kita sudah bisa melakukan bedah jantung terbuka didampingi pengampu rumah sakit rujukan nasional RS Harapan Kita,” kata Yayu.
Lebih lanjut dijelaskannya, strategi pengembangan penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah ini berdasarkan kompetensi RS yang ada. Saat ini RS masih berada di grup berwarna ungu, sedangkan yang dikejar adalah grup berwarna merah agar bisa melakukan bedah jantung terbuka secara mandiri. Yayu mengaku pihaknya masih mengalami keterbatasan jumlah SDM spesialis bedah jantung terbuka dan spesialis pendamping.
“Pada 2021 ini kami sudah menyusun perencanaan roadmap, 2022-2023 nanti melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas kompetensi SDM bidang jantung dan pembuluh darah serta sarana pendukung lainnya,” tuturnya.
Dengan demikian, diharapankan pada 2024 nanti RSDS sudah bisa melaksanakan bedah jantung terbuka, kemudian pada 2025 dapat melakukan peningkatan jejaring dalam rangka peningkatan mutu pelayanan jantung dan pembuluh darah. Selain itu, RSDS dapat menjadi pusat penelitian penyakit jantung dan pembuluh darah untuk wilayah Kalteng.
“SDM dalam operasi bedah jantung terbuka ini dibutuhkan 12 kompetensi lagi, rencananya tahun ini berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dan RS Harapan Kita untuk melaksanan program beasiswa, setelah itu mereka (penerima beasiswa, red) kembali ke Kalteng untuk meperkuat tim bedah jantung di RSDS,” bebernya.
Kegiatan yang dilaksanakan kemarin itu juga dirangkai dengan launching logo baru dan peresmian gedung hemodialisis RSDS serta penyerahan hibah generator oksigen dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Kalteng. (*/ce/ala)