Ratusan jiwa yang tinggal di permukiman padat penduduk kompleks Mendawai, Kelurahan Palangka kehilangan tempat tinggal. Rumah mereka luluh lantak akibat kebakaran hebat yang terjadi pada Minggu (25/7) dini hari. Berikut kisah pilu korban kebakaran yang meludeskan bangunan rumah dan kos-kosan itu.
AGUS JAYA, Palangka Raya
“Aku tidak ada membawa barang apa pun, cuman bawa badan saja,” ucap Raudah, salah satu korban kebakaran di kompleks Mendawai saat berbincang dengan wartawan, kemarin (26/7).
Tak hanya rumah Raudah dan Idris. Rumah anak tertuanya, Abdul Rahman, yang letaknya tepat di samping rumah mereka, serta rumah keponakannya bernama Abdul Hamid juga terbakar habis dalam peristiwa itu.
“Jadi kami di sini ada tiga rumah yang terbakar,” tuturnya.
Ketiga keluarga itu sementara waktu menumpang di rumah adik perempuan Raudah bernama Wahidah, yang letaknya beberapa puluh meter dari lokasi kebakaran.
Raudah mengisahkan, saat kebakaran itu terjadi, ia dan suaminya sedang tidur. Mereka terbangun karena mendengar keributan di sekeliling rumah mereka.
“Aku kira ada suami-istri yang ribut-ribut atau orang lagi berkelahi, ada teriakan tolong..tolong..” tambah Idris yang bergabung dalam pembicaraan itu.
Saat Idris dan istrinya keluar, mereka melihat api sudah berkobar dengan jarak sekitar dua meter dari tempat tinggal mereka. Idris mengatakan, awalnya mereka sempat ikut memadamkan api dengan menyemburkan air ke rumah yang bersebelahan dengan rumah mereka. Termasuk menyirami dinding rumah mereka.
Pria yang mengaku berprofesi sebagai tukang bangunan itu mengungkapkan, kala itu kobaran api sangat besar sehingga membuat warga sekitar tak mampu memadamkan dengan menggunakan peralatan seadanya. Mereka pun panik. Pasangan suami istri ini memutuskan menyelamatkan diri tanpa sempat membawa serta barang dan dokumen berharga.
“Tidak kepikiran lagi menyelamatkan barang di rumah,” timpal Raudah.
Terkait kerugian yang dialami keluarganya, Raudah mengaku belum bisa memperkirakan. “Yang jelas rumah yang sudah puluhan tahun kami tempati, sama barang-barang yang tersimpan di dalam rumah yang rasanya cukup pang sudah, habis semua,” kata perempuan berusia 56 tahun ini.
Kini Raudah beserta suami, anak, menantu, dan keponakannya terpaksa harus tinggal bersama di rumah adiknya. Dia mengaku, sejauh ini bantuan yang diterima keluarganya baru berupa sembako seperti beras, gula, minyak goreng, sabun, serta mi instan.
“Ada juga bantuan baju diantar dari masjid sana, tapi mohon maaf kayanya banyak yang kada sadang di awak,” ujar Raudah dengan logat banjar yang kental.
Meskipun untuk saat ini bisa tinggal sementara di rumah adiknya, tapi satu harapan dari pasutri ini bahwa ke depannya akan ada bantuan dari Pemerintah Kota Palangka Raya atau Pemprov Kalteng supaya mereka bisa membangun kembali rumah.
“Kami harap ada bantuan untuk meulah rumah itu ja,” katanya.
Sementara itu, Radi yang merupaka salah satu anak Raudah berharap agar Pemprov Kalteng dan Pemko Palangka Raya bisa secepatnya mengulurkan bantuan bagi para korban kebakaran di komplek Mendawai.
“Kalau bisa secepatnya (bantuan pembangunan rumah), karena kami tidak enak juga berlama-lama tinggal menumpang, meski di tempat keluarga sendiri,” ucap pria 28 tahun ini mewakili orang tua dan saudaranya. (*/ce/ala)