PALANGKA RAYA – Nilai impor Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencapai US$2,48 juta atau turun sebesar 10,79 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat US$2,78 juta, selama April 2022. Hal ini sebanding dengan volume impor Kalimantan Tengah yang mengalami penurunan pada April 2022, yaitu turun sebesar 38,48 persen atau 1,82 ribu ton, dari 4,73 ribu ton di Maret 2022 menjadi 2,91 ribu ton di April 2022.
“Menurunnya nilai impor ini disebabkan oleh turunnya impor migas dari US$1,82 juta menjadi tidak ada impor sama sekali. Sementara itu, impor non migas meningkat sebesar 29,84 persen, dari US$1,91 juta (Maret 2022) menjadi US$2,48 juta (April 2022),” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Eko Marsoro, belum lama ini.
Eko melanjutkan, menurut komoditas, untuk penurunan impor di Kalimantan Tengah utamanya dikarenakan menurunnya impor hasil minyak berupa komoditas bahan bakar mineral (aspal), yaitu tidak ada impor pada April 2022.
“Sementara itu, impor non migas mengalami peningkatan sebesar 29,84 persen didorong oleh peningkatan hasil industri yang terdiri dari kelompok pupuk (kalium klorida) sebesar 1,44 persen, dan kelompok mesin/pesawat mekanik (boiler) sebesar 9.100,00 persen,” terangnya.
Ia juga menegaskan, untuk komoditas impor Kalimantan Tengah selama April 2022 adalah pupuk berupa kalium klorida yaitu US$1,41 juta, mesin/pesawat me kanik berupa mesin boiler US$0,92 juta dan berbagai produk kimia berupa katalisator US$0,15 juta.
Menurut dia, penurunan nilai impor Kalimantan Tengah 10,79 persen, utamanya dipengaruhi oleh menurunnya impor kelompok bahan bakar mineral 100,00%, dimana pada April 2022 tidak ada impor bahan bakar mineral sama sekali.
“Sementara itu, nilai impor untuk kelompok pupuk dan kelompok mesin/pesawat mekanik mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 1,44 persen (pupuk) dan 9.100,00 persen (mesin/pesawat mekanik),” ujarnya.
“Jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2021, terjadi penurunan nilai impor pada April 2022 adalah 0,80 persen, khususnya kelompok berbagai produk kimia yang menurun 16,67 persen, dari US$0,18 juta menjadi US$0,15 juta. Sementara itu, impor dari kelompok pupuk merupakan satu-satunya yang mengalami peningkatan, yakni sebesar 8,46 persen,” tandasnya. (aza/ko)