SAMPIT-Kepala Bank Indonesia (BI) Kalimantan Tengah (Kalteng) Taufik Saleh menyakini Provinsi Kalteng adalah provinsi yang sangat menjanjikan untuk pengembangan sektor pertanian. Tidak hanya padi, tapi juga tanaman hortikultura, dan lainnya. Maka dari itu, BI Kalteng mendukung pertanian di Kalteng. Salahsatu cara yang dilakukan BI Kalteng untuk mengembangkan pertanian komoditas cabai adalah dengan intervensi teknologi.
“BI melihat bahwa salah satu kunci mendukung ekonomi di Kalteng adalah perhatian serius terhadap sektor pertanian, yang saya yakin masih akan terus bisa ditumbuhkembangkan. Apabila kita menunjukan konsen yang besar untuk membangun sektor pertanian di Kalteng. BI salah satu yang selalu berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk membangkitkan sektor pertanian di Kalteng,” kata Kepala BI Kalteng Taufik Saleh saat panen perdana cabai hasil implementasi digital farming di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Hulu, Kabupaten Kotim, baru-baru ini.
Menurut Taufik, Kalteng punya karakter yang berbeda dengan jawa. Di Jawa lahan sempit, orang banyak, sehingga mungkin masih agak gampang mencari buruh tani, meskipun sudah agak susah karena generasi muda yang terjun ke pertanian makin lama makin berkurang. Sedangkan di Kalteng tanah sangat luas, namun penduduk sedikit.
“Oleh karena itu di Kalteng perlu intervensi teknologi yang lebih memudahkan petani untuk produksi pertanian. Kami juga melihat bahwa pengangguran di Kalteng juga kecil sekitar 4 persen, jadi mencari yang nganggur dan mengajak bertani itu memerlukan perjuangan yang agak berat, karena penduduk terbatas dan sebagian sudah mendapatkan pekerjaan,” ujarnya.
Meski begitu, lanjut Taufik, ia mengaku gembira, karena masih ada petani milenial yang mau bertani. Contohnya anggota Kelompok Tani Margo Mulyo yang ada di Kotim. Kelompok tani milenial yang menanam cabai ini menjadi pilot project implementasi digital farming berupa smart fertigation program BI Kalteng.
“BI bekerjasama dengan habibi garden untuk aplikasi teknologinya. Dengan rekanan ini, proses produksinya bisa dikontrol dengan teknologi fiber optik, sehingga tenaga kerja yang harusnya lalu lalang di pertanian berkurang. Ini untuk mengatasi kekurangannya tenaga kerja pertanian di Kalteng,” ujarnya.
”Proyek ini sebagai percontohan, kita buat impelmentasi ini bersama Pemprov Kalteng dan Dinas di Kotim,”imbuhnya.
Menurut Taufik, proyek tersebut berhasil dalam tiga hal. Pertama, efisiensi tenaga kerja, karena monitoring menjadi otomotis dan terjadwal. Bahkan BI yang ada di Kota Palangka Raya bisa memonitornya dari Hp.
Kedua, efisiensi penggunaan pupuk dan air, karena smart fertigation. Artinya, pemupukan dan penyiraman bisa disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Ketiga, mengurangi kegagalan panen. Sebab kondisi tanaman cabai bisa dicek apabila ada indikasi ada kegagalan panen, hama atau apapun, sehingga bisa langsung diatasi.
Taufik berharap, melalui upaya yang dilaksanakan tersebut bisa menjadi cikal bakal, untuk strategi pengembangan pertanian berikutnya.
“Kami melihat ada masa depan pertanian, salah satunya ada di Kotim, sehingga jika betul-betul dikembangkan akan menjadi tumbuh luar biasa. Saat ini kami coba di Kotim, dan tentu ada juga wilayah di Kalteng yang berpotensi yang sama, seperti Pulang Pisau, Kapuas dan Katingan serta Kobar juga berpotensi melakukan hal yang sama,” ujarnya.
“BI Kalteng terus bergerak bersama Pemerintahan di Kalteng, untuk sama-sama memastikan produksi pangan bisa membaik di Kalteng,” tandasnya. (aza)