Di antara riuhnya suara anak-anak yang bermain di lorong sekolah, seorang bocah tampak duduk dengan percaya diri menunggu kedatangan penulis untuk diwawancarai. Sesekali ia menanggapi candaan temannya sembari tertawa kecil. Namanya Nabhan Rafa Setiawan, siswa kelas 6 SD Darussalam yang telah menghafal juz 30.
DHEA UMILATI, Palangka Raya
DALAM kurun waktu satu tahun, Nabhan berhasil menghafal 1 juz Al-Qur’an. Saat berbincang dengan penulis, ia mengaku mulai menghafal sejak duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar (SD).
Menghafal Al-Qur’an bukan hal yang mudah. Meski demikian, Nabhan punya cara sendiri untuk menikmatinya. Sejak duduk di bangku kelas 5 SD, ia mulai serius menghafal. Kini, di bangku kelas 6, ia sudah menuntaskan satu juz. Baginya, kunci utama dalam menghafal adalah konsistensi.
“Lumayan susah, tapi kalau dihafalin terus tiap hari jadinya gampang. Satu hari minimal satu atau dua ayat,” ucapnya, Jumat (6/3/2025).
Menurutnya, konsistensi sangat diperlukan dalam menghafal Al-Qur’an, sehingga tidak perlu menunggu disuruh untuk menghafal.
“Kalau di sekolah biasanya ditemani guru, misalnya hari ini lima ayat, besok lima ayat lagi. Kalau di rumah, aku ulang-ulang sendiri sampai benar-benar hafal,” ungkapnya.
Meski menikmati proses menghafal, Nabhan mengakui ada beberapa tantangan yang dihadapi. Surah Abasa merupakan salah satu surah yang cukup sulit dihafalnya karena panjang. Namun, ia tetap gigih menghafal.
“Kalau surah pendek biasanya lebih gampang, tetapi yang panjang kayak Abasa harus lebih sering diulang-ulang biar enggak lupa,” katanya.
Karena bersekolah di SD Darussalam, sebuah sekolah Islam yang memiliki suasana yang nyaman dan asri, suasana nyaman untuk menghafal Al-Qur’an sangat terasa.
Di sela-sela jam istirahat, beberapa siswa tampak duduk berkelompok. Ada yang bercengkrama, ada pula yang saling menyetorkan hafalan dengan teman sekelas. Nabhan sering memanfaatkan waktu senggang untuk menghafal, baik di sekolah maupun di rumah.
“Di sekolah enak sih buat menghafal. Teman-teman aku juga sibuk sama hafalan mereka sendiri, jadi suasananya mendukung,” ungkapnya.
Saat berada di rumah, keluarga pun sangat memahami kebiasaannya. Nabhan sering menyendiri di kamar untuk mengulang hafalan. Dengan begitu bisa lebih fokus.
Menariknya, di sela kesibukannya sebagai hafiz cilik, bocah kelahiran 2013 ini juga memiliki hobi yang tak kalah menarik, bermain game.
Ia suka bermain Free Fire, Mobile Legends, dan PlayStation (PS). Dari ketiga permainan itu, ia paling menyukai PS, karena menurutnya lebih mudah dimainkan dan tampilan visualnya lebih menarik.
Meski suka bermain game, Nabhan tetap mampu mengatur waktu dengan baik. Ia memastikan bahwa bermain game tidak mengganggu hafalan.
“Aku enggak lupa sama hafalan walaupun main game. Waktu bermain dan menghafal sudah aku atur. Bahkan, kadang sambil main game, aku juga sambil mengulang hafalan,” ungkapnya sambil tertawa kecil.
Pada usianya yang masih belia, Nabhan sudah memiliki cita-cita besar. Ia ingin menjadi seorang hafiz Al-Qur’an, sekaligus berkecimpung di dunia entertainment. Ia bercita-cita bisa menjadi seorang pemain game (gamer) profesional yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
“Aku pengen jadi hafiz Qur’an, tetapi juga pengen jadi gamer dan masuk entertainment, soalnya terasa seru aja. Nanti waktu main game bisa dipakai buat mengulang hafalan,” katanya penuh semangat.
Menurutnya, menghafal Al-Qur’an tidak harus mengorbankan hobi dan kesenangan masa kecil. Dengan manajemen waktu yang baik dan dukungan lingkungan yang kondusif, ia mampu menyeimbangkan keduanya.
Saat ini, Nabhan tengah mempersiapkan diri melanjutkan pendidikan ke jenjang berikut.
Ia berencana melanjutkan sekolah di SMP Darussalam, yang dikenal sebagai sekolah berbasis Islam dan lingkungan yang mendukung pengembangan karakter dan hafalan Al-Qur’an.
“Aku bakal jadi pribadi yang lebih baik lagi di sana, bisa ketemu teman baru, dan semoga hafalanku makin banyak,” ucapnya optimistis. (bersambung/ce/ala)