Site icon KaltengPos

Elpiji 3 Kg Dijual Rp22.000

PALANGKA RAYA-Harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram (kg) di Kota Palangka Raya seharusnya Rp22.000. Sayangnya, masih ada oknum pemilik pangkalan yang memasarkannya dengan harga cukup mahal. Mulai dari Rp35.000 hingga Rp50.000 per tabung. Pemko Palangka Raya pun turun tangan mengatasi kondisi ini. Mendesak para agen untuk menjual elpiji subsidi di pasar murah yang tersebar di beberapa titik lokasi di ibu kota provinsi ini.

Plt Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian (DPKUKMP) Kota Palangka Raya Amandus Frenaldy mengatakan, pasar murah elpiji 3 kg tersebut merupakan permohonan pemko kepada Pertamina, yang kemudian memerintahkan agen-agen untuk menjual elpiji pasar murah seusai HET.

“Kita bermohon ke Pertamina, mereka yang lantas meminta agen untuk menyiapkan tabung-tabung gas tiga kilogram untuk operasi pasar, dijual sesuai harga HET,” kata Amandus Frenaldy kepada Kalteng Pos, Kamis (20/10).

Dua wilayah di Kota Palangka Raya yang menjadi titik operasi pasar murah yakni Pasar Kahayan dan Pasar Besar. Adietya Diadman selaku pengawas operasi pasar sekaligus subkoordinator bagian pengawasan energi dan air tanah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalteng mengatakan, pihaknya bergerak sesuai arahan gubernur untuk mengadakan operasi pasar penyeimbang lanjutan, dengan menjual elpiji 3 kg yang menjadi salah satu penyumbang inflasi di Kalteng.

Dinas ESDM Kalteng bergerak bersama Pertamina untuk membuka pasar penyeimbang elpiji 3 kg di Kota Palangka Raya dan Kota Sampit.

“Secara keseluruhan ada empat titik, di Palangka Raya dua dan di Sampit dua, pasar penyeimbang di Kota Palangka Raya digelar di Pasar Kahayan dan Pasar Besar,” sebutnya.

Adietya membeberkan, berdasarkan kesepakatan pihaknya dengan Pertamina, tiap hari akan disediakan 250 tabung gas elpiji 3 kg untuk dibeli masyarakat. Kegiatan ini berlangsung hingga 31 Desember. Ditetapkannya Pasar Besar dan Pasar Kahayan sebagai lokasi digelarnya pasar penyeimbang karena kedua tempat itu merupakan lokasi pengambilan sampel oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penilaian inflasi.

Terkait persyaratan untuk mendapatkan elpiji 3 kg, Adietya menjelaskan, pihaknya telah menentukan syarat agar bisa menyaring pihak yang layak mendapatkan elpiji bersubsidi ini. Merujuk peraturan perundang-undangan, gas elpiji 3 kg hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin, pelaku usaha mikro, dan nelayan. Namun realitas di lapangan, banyak konsumen pengguna elpiji 5,5 kg beralih ke elpiji 3 kg. “Karena perbedaaan harga yang terlalu jauh antara tabung lima setengah kilo dengan yang tiga kilo,” ucapnya.

Agar penjualan gas elpiji subsidi tepat sasaran, warga yang ingin membeli elpiji 3 kg atau elpiji subsidi di pasar murah wajib menunjukkan fotokopi kartu keluarga (KK) dan KTP. “KTP harus orang yang terdata pada kartu keluarga yang ditunjukkan,” ucapnya.

Selain itu, per kepala keluarga hanya dibolehkan membeli satu tabung gas elpiji3 kg. “Jadi bisa mencapai target peruntukkannya, yakni satu orang untuk satu KK,” tuturnya.

Adietya menambahkan, operasi pasar penyeimbang untuk penjualan elpiji 3 kg ini akan dilaksanakan hingga 31 Desember. Dibuka setiap hari dari pukul 07.00 WIB hingga stok ludes terjual. Sejak dimulainya operasi pasar beberapa hari lalu, diakuinya ada oknum tertentu yang memberi modal dan tabung kosong kepada warga untuk menukar elpiji di subsidi pasar penyeimbang.

“Itu baru terjadi di Kotim, untuk mengawasi itu, kami punya tim independen yang bertugas mengawasi, sejauh ini di Pasar Kahayan belum kami temukan kasus seperti itu,” ucapnya.

Terkait warga yang kedapatan melakukan hal-hal seperti itu, tutur Adietya, hukuman akan diberikan dan disesuaikan tingkat pelanggaran. “Meniagakan elpiji dalam skala besar, itu masuk pidana, kami bisa libatkan penegak hukum seperti kepolisian. Kalau masih skala kecil, kami lakukan upaya persuasif dahulu. Kalau memang tidak bisa, kami mengajak Satpol PP yang punya kewenangan untuk penegakan aturan,” tegasnya.

Sementara itu, salah seorang pembeli elpiji 3 kg, Sri Mulyati mengaku sangat terbantu dengan digelarnya pasar penyeimbang. Pemilik warung kecil-kecilan itu menyebut, sejak naiknya harga elpiji subsidi, ia cukup kesulitan mendapatkan elpiji yang dijual dengan harga terjangkau. Ia berharap ke depannya operasi pasar penyeimbang yang menjual elpiji juga digelar di daerah lain, sehingga lebih banyak masyarakat yang terbantu.

Sementara itu, Nina, penjual gorengan di kompleks Mendawai juga merasa terbantu dengan pasar penyeimbang elpiji subsidi ini. Kini ia bisa memaksimalkan usaha kecilnya itu sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Nina berharap ke depannya harga elpiji 3 kg kembali normal sehingga tidak memberatkan masyarakat berekonomi menengah ke bawah. “Karena kalau kami naikkan harga jualan, nanti enggak laku, di Mendawai ini, 1.000 ke atas enggak laku, terpaksa ambil untung sedikit saja,” bebernya. (dan/ce/ala)

Exit mobile version