PALANGKA RAYA-Bencana banjir yang melanda Kalimantan Tengah (Kalteng) cukup mengganggu dan menghambat sektor pelayanan publik penting. Salah satunya proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Sejumlah sekolah di tiga wilayah terdampak banjir, yakni Barito Selatan (Barsel), Barito Utara (Batara), dan Murung Raya (Mura), ikut terendam banjir. Akibatnya, proses belajar mengajar pun terpaksa dilaksanakan secara daring hingga air surut.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalteng, Muhammad Reza Prabowo mengungkapkan, sekolah menengah atas (SMA) terdampak banjir di Kalteng lumayan banyak. Pada Senin (29/1), pihaknya sudah menyurati kepala sekolah yang bangunan sekolahnya terdampak banjir untuk segera melakukan pendataan dan laporan berkala tiap hari.
“Tetapi sampai dengan saat ini surat itu belum dibalas oleh para kepala sekolah, di surat itu saya imbau agar proses belajar mengajar tetap dilaksanakan, walau secara virtual,” bebernya kepada awak media saat diwawancarai di Kantor Gubernur Kalteng, Selasa (30/1).
Reza membeberkan, di Barsel, Batara, dan Mura yang terdampak banjir, ada SMA yang bangunannya tak luput dari terjangan banjir. Namun proses belajar mengajar tetap dilaksanakan secara daring.
“Dari laporan yang dikirim ke saya, kalau tidak salah di Barsel paling banyak sekolah terdampak banjir, informasi ini sudah sampai ke Kemendikbudristek,” jelasnya.
Jangka waktu belajar virtual akibat bencana banjir yang menggenangi sejumlah sekolah tersebut, pihaknya memberi jangka waktu satu minggu sejak surat diturunkan. Namun jika sampai dengan batas waktu yang ditentukan itu banjir tak kunjung surut, maka aktivitas belajar secara virtual dapat dilanjutkan.
“Insyaallah Pak Gubernur dan Pak Wagub ada rencana berkunjung ke beberapa sekolah yang terdampak banjir, rencanya dalam minggu-minggu ini,” sebutnya.
Menurut Reza, kondisi demikian dapat dimaklumi karena merupakan bencana alam yang tak bisa dihindari. Di Mura ada sekolah yang menjadi langganan banjir. Terkait dengan solusi jangka panjang, Reza menyebut relokasi sekolah dapat dilakukan jika dianggap perlu, dengan catatan lokasi bangunan sekolah yang bersangkutan selalu terdampak banjir.
“Sekolah yang menjadi langganan banjir, air yang menggenanginya tinggi segala macam, itu kami relokasi, membangun unit sekolah baru di tempat yang baru, tidak masalah sih selama proses perencanaannya matang,” tuturnya. (dan/ce/ala)