Senin, Mei 19, 2025
26.7 C
Palangkaraya

Semarak Karnaval Budaya FBIM 2025, Ini Foto-Fotonya

PALANGKA RAYA-Alunan musik tradisional dan riuh tepuk tangan menyambut, saat ribuan peserta karnaval melintasi jantung kota pada gelaran Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025, Minggu pagi (18/5/2025).

 

Di tengah gegap gempita perayaan hari jadi ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Bundaran Besar menjelma menjadi panggung raksasa, tempat di mana kostum etnik, mobil hias megah, dan tarian Dayak nan eksotis berpadu dalam harmoni keberagaman yang memesona.

 

Langit Palangka Raya yang cerah, bersiap dihiasi warna-warni budaya yang menjadi tradisi. Jantung ibu kota provinsi bergemuruh oleh semarak Karnaval Budaya dalam rangkaian FBIM 2025.

Sejak mentari beranjak naik, warga dari berbagai penjuru berbondong-bondong datang ke Bundaran Besar, titik sentral perhelatan ini.

Mereka datang membawa semangat, kamera, anak-anak, dan rasa bangga akan warisan leluhur. Suara pukulan gendang dan alunan musik khas Dayak mengisi udara, menciptakan suasana yang tidak hanya meriah, tetapi juga magis.

 

Berbalut tema Bersatu Dalam Keberagaman Budaya, karnaval tahun ini menjadi panggung akbar bagi perwakilan 14 kabupaten/kota, komunitas seni, ormas, paguyuban lintas etnis, serta institusi pemerintahan, kampus, BUMN, dan BUMD. Mereka menampilkan pertunjukan terbaik dalam parade budaya, sembari menyusuri jalan-jalan utama kota.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, mobil hias menjadi pusat perhatian. Dihias dengan detail luar biasa, miniatur rumah betang, patung burung enggang, mandau raksasa, hingga motif ukiran Dayak yang rumit, mobil-mobil tersebut bukan sekadar kendaraan, melainkan karya seni berjalan yang menuturkan kisah tentang adat dan identitas.

Para peserta yang berjalan kaki tak kalah mencuri perhatian. Para penari dan pemusik tradisional tampil dalam balutan kostum etnik yang sarat makna. Kepala mereka dihiasi bulu enggang. Tubuh mereka berselimut manik-manik dan kain tenun khas.

Baca Juga :  Soal 305 Produk Hukum Daerah Belum Sesuai Prinsip HAM, Dirjen HAM Angkat Bicara

Gerak tubuh mereka begitu luwes diiringi alunan musik tradisional. Panggung FBIM menjadi cermin keberagaman yang bersatu dalam harmoni.

Rute karnaval dimulai dari depan Istana Isen Mulang menuju Bundaran Besar. Untuk kendaraan hias, perjalanan dilanjutkan ke Jalan Yos Sudarso dan berakhir di simpang Jalan Galaxy Raya. Sementara, peserta jalan kaki berakhir di Jalan MH Thamrin.

Sepanjang jalur itu, masyarakat memadati sisi kiri dan kanan jalan. Semangat mereka luar biasa, meski harus bertahan di bawah terik matahari.

Gubernur Kalteng H Agustiar Sabran didampingi Wakil Gubernur Edy Pratowo secara resmi membuka karnaval budaya ini. Dalam sambutan, ia menegaskan bahwa karnaval ini bukan sekadar hiburan visual, melainkan bagian dari strategi promosi pariwisata, pelestarian seni budaya, dan penguatan identitas daerah.

“Karnaval ini adalah bagian dari upaya kita mendukung program nasional seperti Wonderful Indonesia, Kharisma Event Nusantara (KEN), serta gerakan Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia,” ucap Agustiar.

Gubernur berharap FBIM tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi lebih dari itu sebagai media pembinaan generasi muda dalam menumbuhkan rasa cinta akan budaya, sekaligus sarana memupuk solidaritas antarkelompok masyarakat di Bumi Tambun Bungai.

Turut hadir dalam acara itu, Ketua DPRD Kalteng Arton S. Dohong, Ketua TP PKK Kalteng Aisyah Thisia Agustiar Sabran, Bupati dan Wali Kota se-Kalteng, unsur forkopimda, kepala perangkat daerah, serta tamu-tamu kehormatan lainnya. Kehadiran mereka bukan sekadar simbolis, tetapi juga representasi komitmen bersama dalam merawat kekayaan budaya daerah.

Baca Juga :  Ormas DPW Macan Borneo Kalteng Mendukung Program MBG, Ini Alasannya

Di kawasan Bundaran Besar dan sepanjang rute karnaval, geliat ekonomi rakyat ikut menyala. Pedagang kaki lima, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan perajin lokal memanfaatkan momen ini untuk menjajakan makanan khas, suvenir tradisional, dan kerajinan etnik. Karena itu, FBIM menjadi ruang yang hidup, tempat budaya, dan ekonomi lokal yang saling menghidupi.

Anak-anak tampak terpukau menyaksikan keindahan yang tersaji. Para remaja sibuk swafoto. Sebagian penonton justru mengenang kembali nilai-nilai budaya yang dahulu akrab semasa muda.

FBIM bukan sekadar agenda tahunan. Ia adalah panggilan jiwa, panggung pemersatu, dan cermin jati diri masyarakat Bumi Tambun Bungai. Di tengah laju modernisasi dan teknologi, denyut budaya lokal tetap hidup dan berdentang.

Malam harinya, meski diguyur hujan lebat, ribuan warga tetap antusias menyaksikan pembukaan FBIM 2025 di Stadion Tuah Pahoe, Jalan Tjilik Riwut. Dengan mengusung tema Spirit of Isen Mulang, pembukaan festival ini disemarakkan parade budaya dari kabupaten/kota se-Kalteng.

Agustiar Sabran menegaskan, FBIM merupakan wadah merayakan dan melestarikan warisan budaya Kalteng. Selain itu, festival ini juga menjadi ajang memberikan penghargaan kepada para pelaku seni, seniman, dan budayawan lokal yang terus menghidupkan nilai-nilai kearifan lokal.

Ia juga menyebut FBIM sebagai bentuk dukungan nyata terhadap Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI), dengan melibatkan para pelaku UMKM dan industri kreatif. (ovi/mut/ce/ram)

PALANGKA RAYA-Alunan musik tradisional dan riuh tepuk tangan menyambut, saat ribuan peserta karnaval melintasi jantung kota pada gelaran Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025, Minggu pagi (18/5/2025).

 

Di tengah gegap gempita perayaan hari jadi ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Bundaran Besar menjelma menjadi panggung raksasa, tempat di mana kostum etnik, mobil hias megah, dan tarian Dayak nan eksotis berpadu dalam harmoni keberagaman yang memesona.

 

Langit Palangka Raya yang cerah, bersiap dihiasi warna-warni budaya yang menjadi tradisi. Jantung ibu kota provinsi bergemuruh oleh semarak Karnaval Budaya dalam rangkaian FBIM 2025.

Sejak mentari beranjak naik, warga dari berbagai penjuru berbondong-bondong datang ke Bundaran Besar, titik sentral perhelatan ini.

Mereka datang membawa semangat, kamera, anak-anak, dan rasa bangga akan warisan leluhur. Suara pukulan gendang dan alunan musik khas Dayak mengisi udara, menciptakan suasana yang tidak hanya meriah, tetapi juga magis.

 

Berbalut tema Bersatu Dalam Keberagaman Budaya, karnaval tahun ini menjadi panggung akbar bagi perwakilan 14 kabupaten/kota, komunitas seni, ormas, paguyuban lintas etnis, serta institusi pemerintahan, kampus, BUMN, dan BUMD. Mereka menampilkan pertunjukan terbaik dalam parade budaya, sembari menyusuri jalan-jalan utama kota.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, mobil hias menjadi pusat perhatian. Dihias dengan detail luar biasa, miniatur rumah betang, patung burung enggang, mandau raksasa, hingga motif ukiran Dayak yang rumit, mobil-mobil tersebut bukan sekadar kendaraan, melainkan karya seni berjalan yang menuturkan kisah tentang adat dan identitas.

Para peserta yang berjalan kaki tak kalah mencuri perhatian. Para penari dan pemusik tradisional tampil dalam balutan kostum etnik yang sarat makna. Kepala mereka dihiasi bulu enggang. Tubuh mereka berselimut manik-manik dan kain tenun khas.

Baca Juga :  Soal 305 Produk Hukum Daerah Belum Sesuai Prinsip HAM, Dirjen HAM Angkat Bicara

Gerak tubuh mereka begitu luwes diiringi alunan musik tradisional. Panggung FBIM menjadi cermin keberagaman yang bersatu dalam harmoni.

Rute karnaval dimulai dari depan Istana Isen Mulang menuju Bundaran Besar. Untuk kendaraan hias, perjalanan dilanjutkan ke Jalan Yos Sudarso dan berakhir di simpang Jalan Galaxy Raya. Sementara, peserta jalan kaki berakhir di Jalan MH Thamrin.

Sepanjang jalur itu, masyarakat memadati sisi kiri dan kanan jalan. Semangat mereka luar biasa, meski harus bertahan di bawah terik matahari.

Gubernur Kalteng H Agustiar Sabran didampingi Wakil Gubernur Edy Pratowo secara resmi membuka karnaval budaya ini. Dalam sambutan, ia menegaskan bahwa karnaval ini bukan sekadar hiburan visual, melainkan bagian dari strategi promosi pariwisata, pelestarian seni budaya, dan penguatan identitas daerah.

“Karnaval ini adalah bagian dari upaya kita mendukung program nasional seperti Wonderful Indonesia, Kharisma Event Nusantara (KEN), serta gerakan Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia,” ucap Agustiar.

Gubernur berharap FBIM tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi lebih dari itu sebagai media pembinaan generasi muda dalam menumbuhkan rasa cinta akan budaya, sekaligus sarana memupuk solidaritas antarkelompok masyarakat di Bumi Tambun Bungai.

Turut hadir dalam acara itu, Ketua DPRD Kalteng Arton S. Dohong, Ketua TP PKK Kalteng Aisyah Thisia Agustiar Sabran, Bupati dan Wali Kota se-Kalteng, unsur forkopimda, kepala perangkat daerah, serta tamu-tamu kehormatan lainnya. Kehadiran mereka bukan sekadar simbolis, tetapi juga representasi komitmen bersama dalam merawat kekayaan budaya daerah.

Baca Juga :  Ormas DPW Macan Borneo Kalteng Mendukung Program MBG, Ini Alasannya

Di kawasan Bundaran Besar dan sepanjang rute karnaval, geliat ekonomi rakyat ikut menyala. Pedagang kaki lima, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan perajin lokal memanfaatkan momen ini untuk menjajakan makanan khas, suvenir tradisional, dan kerajinan etnik. Karena itu, FBIM menjadi ruang yang hidup, tempat budaya, dan ekonomi lokal yang saling menghidupi.

Anak-anak tampak terpukau menyaksikan keindahan yang tersaji. Para remaja sibuk swafoto. Sebagian penonton justru mengenang kembali nilai-nilai budaya yang dahulu akrab semasa muda.

FBIM bukan sekadar agenda tahunan. Ia adalah panggilan jiwa, panggung pemersatu, dan cermin jati diri masyarakat Bumi Tambun Bungai. Di tengah laju modernisasi dan teknologi, denyut budaya lokal tetap hidup dan berdentang.

Malam harinya, meski diguyur hujan lebat, ribuan warga tetap antusias menyaksikan pembukaan FBIM 2025 di Stadion Tuah Pahoe, Jalan Tjilik Riwut. Dengan mengusung tema Spirit of Isen Mulang, pembukaan festival ini disemarakkan parade budaya dari kabupaten/kota se-Kalteng.

Agustiar Sabran menegaskan, FBIM merupakan wadah merayakan dan melestarikan warisan budaya Kalteng. Selain itu, festival ini juga menjadi ajang memberikan penghargaan kepada para pelaku seni, seniman, dan budayawan lokal yang terus menghidupkan nilai-nilai kearifan lokal.

Ia juga menyebut FBIM sebagai bentuk dukungan nyata terhadap Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI), dengan melibatkan para pelaku UMKM dan industri kreatif. (ovi/mut/ce/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/