Senin, Mei 19, 2025
24.7 C
Palangkaraya

Alat Berat Terbatas Mobilitas, Camat di Kotim Usulkan Solusi Mini Ekskavator


SAMPIT – Keberadaan alat berat di wilayah Kecamatan Pulau Hanaut ternyata belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Hal itu sempat menjadi perhatian bagi berbagi pihak.

Camat Pulau Hanaut, Dedi Purwanto, menyampaikan bahwa keterbatasan akses dan kondisi infrastruktur membuat alat berat tersebut tidak bisa difungsikan sebagaimana mestinya.

“Alat beratnya di kantor BPP Pulau Hanaut. Sudah ada sebelum saya menjabat, kemungkinan diseberangkan dari Samuda menggunakan kapal,” ujarnya, Senin (19/5/2025).

Menurutnya, upaya untuk menggerakkan alat berat tersebut menghadapi berbagai kendala teknis. Jalan-jalan di wilayah tersebut sempit dan tidak dirancang untuk menahan beban alat berat.

“Pergeseran alat berat agak susah karena lebar jalan di sana hanya dua meter, dan itupun jalan semenisasi tidak cukup kuat untuk bobot alat berat yang sekitar 4 sampai 6 ton,” jelasnya.

Baca Juga :  Kapolda Kalteng Hadiri Kalteng Berdzikir secara Virtual

Selain itu, akses menuju kelompok tani (poktan) hanya tersedia satu jalur yang kondisi infrastrukturnya sangat terbatas. “Jembatan-jembatan kecil di sana hanya dari kayu. Kalau dipaksakan dilewati alat berat, bisa hancur jembatannya. Jadi memang tidak memungkinkan,” tegasnya.

Ia juga menyebut, opsi lain seperti menggunakan kapal logging tidak masuk akal karena biayanya tinggi. “Kalau pakai kapal logging tidak memungkinkan juga karena biayanya mahal, di atas 10 jutaan. Intinya saya tanya sama BPP, tidak memungkinkan karena bisa rusak jalan dan jembatan,” imbuhnya.

Dedi menekankan, alat berat tersebut bukannya tidak terpakai, melainkan mobilitasnya terbatas. Untuk itu, ia menyambut baik rencana Bupati Kotim yang sedang mencari solusi alternatif.

“Tidak apa-apa, artinya ada solusi lain yang bisa untuk membantu masyarakat Pulau Hanaut, misalnya dengan ekskavator mini yang ukurannya lebih kecil dan tidak merusak infrastruktur yang ada,” tuturnya.

Baca Juga :  Banjir Terjang Desa Wilayah Mandau Talawang

Ia juga menyayangkan jika alat berat dipaksakan untuk digunakan di kondisi saat ini. “Dipaksakan juga tidak bisa, karena bisa merusak jalan dan akan membuat masyarakat sana juga marah,” tambahnya.

Dedi pun membuka opsi jika alat berat tersebut akan ditarik dan dimanfaatkan di kecamatan atau dinas lain. “Monggo kalau itu mau ditarik, mungkin bisa dimanfaatkan untuk kecamatan atau dinas lain. Mudah-mudahan ada solusi lain, misalnya ekskavator mini yang sekiranya bisa dimuat di kelotok yang besar,” ujarnya.

Terkait kondisi alat berat tersebut, Dedi memastikan masih dalam kondisi baik. “Kondisinya masih bagus, jarang digunakan hanya sesekali dipanaskan oleh petugas BPP,” pungkasnya. (mif)

SAMPIT – Keberadaan alat berat di wilayah Kecamatan Pulau Hanaut ternyata belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Hal itu sempat menjadi perhatian bagi berbagi pihak.

Camat Pulau Hanaut, Dedi Purwanto, menyampaikan bahwa keterbatasan akses dan kondisi infrastruktur membuat alat berat tersebut tidak bisa difungsikan sebagaimana mestinya.

“Alat beratnya di kantor BPP Pulau Hanaut. Sudah ada sebelum saya menjabat, kemungkinan diseberangkan dari Samuda menggunakan kapal,” ujarnya, Senin (19/5/2025).

Menurutnya, upaya untuk menggerakkan alat berat tersebut menghadapi berbagai kendala teknis. Jalan-jalan di wilayah tersebut sempit dan tidak dirancang untuk menahan beban alat berat.

“Pergeseran alat berat agak susah karena lebar jalan di sana hanya dua meter, dan itupun jalan semenisasi tidak cukup kuat untuk bobot alat berat yang sekitar 4 sampai 6 ton,” jelasnya.

Baca Juga :  Kapolda Kalteng Hadiri Kalteng Berdzikir secara Virtual

Selain itu, akses menuju kelompok tani (poktan) hanya tersedia satu jalur yang kondisi infrastrukturnya sangat terbatas. “Jembatan-jembatan kecil di sana hanya dari kayu. Kalau dipaksakan dilewati alat berat, bisa hancur jembatannya. Jadi memang tidak memungkinkan,” tegasnya.

Ia juga menyebut, opsi lain seperti menggunakan kapal logging tidak masuk akal karena biayanya tinggi. “Kalau pakai kapal logging tidak memungkinkan juga karena biayanya mahal, di atas 10 jutaan. Intinya saya tanya sama BPP, tidak memungkinkan karena bisa rusak jalan dan jembatan,” imbuhnya.

Dedi menekankan, alat berat tersebut bukannya tidak terpakai, melainkan mobilitasnya terbatas. Untuk itu, ia menyambut baik rencana Bupati Kotim yang sedang mencari solusi alternatif.

“Tidak apa-apa, artinya ada solusi lain yang bisa untuk membantu masyarakat Pulau Hanaut, misalnya dengan ekskavator mini yang ukurannya lebih kecil dan tidak merusak infrastruktur yang ada,” tuturnya.

Baca Juga :  Banjir Terjang Desa Wilayah Mandau Talawang

Ia juga menyayangkan jika alat berat dipaksakan untuk digunakan di kondisi saat ini. “Dipaksakan juga tidak bisa, karena bisa merusak jalan dan akan membuat masyarakat sana juga marah,” tambahnya.

Dedi pun membuka opsi jika alat berat tersebut akan ditarik dan dimanfaatkan di kecamatan atau dinas lain. “Monggo kalau itu mau ditarik, mungkin bisa dimanfaatkan untuk kecamatan atau dinas lain. Mudah-mudahan ada solusi lain, misalnya ekskavator mini yang sekiranya bisa dimuat di kelotok yang besar,” ujarnya.

Terkait kondisi alat berat tersebut, Dedi memastikan masih dalam kondisi baik. “Kondisinya masih bagus, jarang digunakan hanya sesekali dipanaskan oleh petugas BPP,” pungkasnya. (mif)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/