SAMPIT- Temuan anak buaya yang mati mengundang perhatian Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit.
Kepala Resort, Muriansyah, mengungkapkan bahwa Sungai Kukup sejatinya bukanlah habitat alami buaya muara. Namun, perubahan perilaku manusia bisa jadi penyebab hewan liar itu mendekat ke lingkungan warga.
“Banyak warga masih buang sampah rumah tangga ke sungai, bahkan bangkai binatang juga. Hal ini bisa memancing datangnya buaya,” terang Muriansyah.
Ia juga menyebutkan adanya kebiasaan sebagian warga memelihara ternak di kandang terapung di atas sungai, yang makin memperbesar potensi kehadiran buaya.
“Kami terus lakukan edukasi agar masyarakat tidak melakukan hal-hal yang dapat menarik buaya datang. Termasuk larangan membuang bangkai dan memelihara ternak di tepi sungai,” tegasnya.
Untuk sementara, warga diimbau agar lebih waspada dan mengurangi aktivitas di sungai, terutama anak-anak.
Untuk diketahui, warga di bantaran Sungai Kukup, Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dibuat geger oleh seekor anak buaya ditemukan mati mengambang.
Penemuan itu memicu kekhawatiran warga bahwa masih ada buaya lain yang berkeliaran di sekitar permukiman mereka.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat siang, (23/5/2025). Desy, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari lokasi penemuan, mengisahkan momen ketika suara gaduh anak-anak di jembatan memecah keheningan.
Desy pun meminta suaminya mengangkat bangkai hewan tersebut untuk segera dikuburkan.
Namun yang lebih mengganggunya adalah kekhawatiran akan keberadaan buaya lainnya. Apalagi Sungai Kukup selama ini sering menjadi tempat bermain dan mandi anak-anak.
“Baru kali ini saya tahu ada buaya di sungai ini. Saya takut, soalnya anak-anak sering mandi di situ. Badan buayanya juga utuh, nggak ada luka,” tambahnya.(mif/ram)