SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tengah membangun fondasi baru bagi konektivitas udara yang lebih modern.
Targetnya utama menjadikan bandara ini layak didarati pesawat berbadan lebar.
Perpanjangan runway dari 2.060 meter menjadi 2.300 meter sudah masuk dalam usulan resmi ke Kementerian Perhubungan.
Relokasi fasilitas penunjang juga dipersiapkan, termasuk pemindahan gedung PKPPK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran) yang saat ini posisinya dinilai tidak memungkinkan untuk operasional pesawat besar.
“Kementerian Perhubungan siap mendukung, tapi ada syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya, tidak boleh ada gangguan visual maupun aktivitas saat pesawat landing dan take off. Termasuk keberadaan gedung PKPPK yang harus kita pindahkan,” ujar Plt Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kotim, Rody Kamislam, Sabtu (24/5).
Proses pembebasan lahan terus berjalan. Dari kebutuhan delapan hektare untuk proyek perpanjangan, lima hektare sudah diserahkan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Sisanya, sekitar 1,8 hektare, masih dalam proses di Dinas Cipta Karya dan menjadi perhatian utama agar segera rampung.
“Kalau lahan yang untuk gedung PKPPK ini selesai, berarti semua persyaratan lahan sudah clear dan bisa langsung ditindaklanjuti oleh kementerian,” terangnya.
Rody juga menjelaskan bahwa master plan pengembangan bandara telah selesai sejak tahun 2024, saat dirinya masih menjabat di Dinas Perhubungan.
Dokumen itu kini menjadi dasar perencanaan resmi yang digunakan Kementerian Perhubungan untuk pengembangan ke depan.
“Pak Bupati sangat mendorong agar proses ini bisa dipercepat. Kalau tidak dikembangkan sekarang, kita bisa kehilangan layanan penerbangan karena pesawat seri lama akan segera habis masa operasinya,” ujarnya.
Target utama pengembangan ini adalah agar Bandara H Asan bisa melayani pesawat seperti Boeing 737-800 dan Airbus A320.
Untuk itu, runway minimal harus mencapai 2.200 meter agar memenuhi standar keselamatan penerbangan.
Selain peningkatan fasilitas udara, pemerintah daerah juga telah menyiapkan jalur darat alternatif di sisi Jalan Tjilik Riwut.
Jalan ini dulunya sudah dirancang pada masa Bupati Supian Hadi dan kini dilanjutkan sebagai bagian dari infrastruktur pendukung.
Dengan kondisi saat ini, Bandara H Asan baru dilayani satu maskapai dengan rute terbatas.
Pemerintah berharap peningkatan fasilitas akan menarik lebih banyak operator penerbangan dan menciptakan persaingan harga tiket yang lebih sehat.
“Kalau fasilitasnya sesuai standar, maskapai akan tertarik. Dampaknya bukan hanya pada penumpang, tapi juga ke sektor ekonomi seperti hotel, transportasi, oleh-oleh, dan kuliner,” pungkasnya. (mif)