JAKARTA-Pemerintah bersiap melakukan langkah besar di sektor pertanian dan energi: mengalihkan 2,7 juta hektare lahan karet tidak produktif menjadi perkebunan kelapa sawit.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi percepatan hilirisasi sawit untuk mendukung ketahanan energi nasional melalui pengembangan biodiesel.
Dikutip dari sawitindonesia.com, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menggelar rapat maraton selama dua hari, pada 28–29 Juni 2025 di kediaman pribadinya, untuk menyusun rencana strategis tersebut.
Rapat dihadiri jajaran pimpinan Kementerian Pertanian dan mitra teknis, sesuai arahan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya hilirisasi sektor strategis.
“Sawit bukan sekadar CPO. Ini tentang masa depan energi kita. Potensi biodiesel kita sangat besar untuk mendukung kemandirian energi nasional,” kata Amran, dilansir Pertanian.co.id, Senin (30/6/2025).
Dalam rapat itu, Kementan memutuskan konversi 2 juta hektare lahan karet tidak produktif untuk tahap awal.
Pemerintah juga menargetkan pembangunan 20 pabrik biodiesel yang akan memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus menyerap tenaga kerja melalui skema Hari Orang Kerja (HOK) selama tiga tahun ke depan.
Amran menegaskan, keberhasilan program ini akan diukur dari peningkatan nilai tambah produk sawit, penciptaan lapangan kerja, serta kontribusi terhadap ketahanan energi. Untuk mendukung pelaksanaan, ia memberi waktu dua hari kepada jajarannya untuk merampungkan rencana teknis implementasi.
Kementan juga mendorong keterlibatan generasi muda dalam pengembangan perkebunan sawit, antara lain dengan skema pengelolaan lahan maksimal 5 hektare per petani milenial. PT Perkebunan Nusantara diminta menyediakan bibit unggul dan membantu pengelolaan lahan secara presisi.
Selain sawit, strategi hilirisasi juga akan menyasar komoditas strategis lain seperti tebu, kakao, kopi, kelapa, dan mete. Namun, sawit tetap menjadi prioritas utama karena kontribusinya yang signifikan dalam industri energi dan ekonomi nasional.(net/ram)