SAMPIT – Semangat masyarakat Dayak di Kecamatan Tualan Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), berkobar demi menjaga jejak leluhur.
Hal itu tergambar dari dimulainya pembangunan rumah adat Betang di Desa Luwuk Sampun, Sabtu (28/6/2025). Prosesi adat Tampung Tawar pun digelar khidmat sebagai tanda awal pendirian tiang utama betang.
Ketua Damang Kepala Adat (DKA) Tmg Leger Toegal Kunum memimpin langsung ritual adat tersebut. Acara ini juga dihadiri Asisten I Sekretariat Daerah Kotim Rihel, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Camat Tualan Hulu, unsur Muspika, serta tokoh masyarakat dan adat.
Kehadiran para pejabat dan tokoh ini menunjukkan dukungan penuh terhadap pelestarian budaya Dayak yang makin jarang dijumpai.
Ketua Panitia Pembangunan, Anggau, mengungkapkan bahwa dana awal pembangunan Betang dihimpun dari sumbangan pemerintah dan kontribusi pengusaha.
“Material sudah kami siapkan sampai tahap pemasangan tiang utama. Proses pemasangan tiang kami lakukan secara tradisional, sesuai adat Dayak di Tualan Hulu,” jelas Anggau.
Menurut Ketua DKA Tmg Leger Toegal Kunum, pembangunan Betang ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap keberadaan rumah adat yang makin menghilang. Ia menegaskan pentingnya peran dunia usaha, termasuk perusahaan besar swasta (PBS), dalam mewujudkan bangunan yang menjadi simbol identitas Dayak.
“Ini bukan sekadar bangunan fisik, tapi simbol identitas dan potensi wisata budaya yang sangat besar, ini harapan yang lama kita nantikan,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari kalangan legislatif. Anggota DPRD Kotim Dapil V, Hendra Sia, menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan pembangunan Betang melalui program aspirasi.
“Saya akan perjuangkan agar proyek ini masuk dalam skala prioritas pembangunan daerah,” ucap Hendra.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kotim menyebut, pembangunan betang itu sebagai upaya pelestarian budaya.
Terlebuh lagi Kotim hanya memiliki satu buah rumah betang yang ada di Desa Tumbang Gagu.
Rumah betang itu rencananya akan digunakan sebagai permumpulan atau acara keagamaan di wilayah setempat.
“Rumah betang itu simbol gotong royong dan kebersamaan suku dan agama di sana mencerminkan keharmonisan masyarakat,” bebernya, Senin (30/6/2025).
Rumah betang terebut ditargetkan rampung pada 2026 mendatang.
Pembangunan rumah betang itu berkontribusi untuk melestarikan budaya adat dayak dan pemersatu masyarakat dari berbagai golongan.
“Harapannya kedepan bisa menjadi tempat pariwisata juga walaupun bukan aset Disbudpar Kotim,” tandasnya.(mif)